semua tau

15 5 0
                                    

Author POV

Setelah mengantarkan Acha masuk ke kamarnya, Devan bertemu dengan abangnya Acha. Ifan tak sengaja melihat Devan dan Acha masuk tadi, ia melihat wajah adik nya yang lusuh dan matanya yang sembab.
"Acha kenapa?" Tanya Ifan dengan wajah datarnya.
"Gue juga gak tau fan. Waktu di acara itu Acha tiba-tiba lari ninggalin gue. Terus pas gue ketemu sama dia, dia udah nangis." Ucap Devan khawatir.
"Bukan gara-gara lo kan?" Kali ini Ifan bertanya dengan tatapan tajamnya.
"Gak lah. Gila lo." Jawab Devan yang mulai tersulut emosi.
"Awas aja kalau gara-gara lo. Bakal ke rumah sakit lo." Ucap Ifan kembali santai.
"Okeee, gue siap. Sekarang gue balik dulu." Kata Devan sambil berlalu.

Setelah Devan pergi, Ifan pun langsung menuju kamar Acha.
Ketika Ifan sudah membuka pintu kamar Acha, ia dibuat bingung karena melihat Acha masih termenung dan mengeluarkan air mata.
"Cha, lo kenapa?" Tanya Ifan lembut sambil duduk di tepi tempat tidur Acha. Acha hanya menggeleng sebagai respon dari perkataan Ifan.
"Cerita sama gue Cha. Gue bingung kalau kaya gini. Apa gara-gara Devan? Hm?." Ucap Ifan sambil mengelus rambut adiknya. Acha menggeleng lagi.
"Cerita aja. Siapa tau gue bisa bantu?" Ucap Ifan tak sabar.
"Bantu apa!? Hah!?" Bentak Acha yang membuat Ifan kaget. Karena Acha tidak pernah membentaknya kecuali hanya bergurau.
"Lo juga bakal terpuruk kalau tau! Keluarga kita bakal hancur! Gak akan lagi dengar gurauan dari mama papa! gak akan ada lagi sarapan bersama! Gue juga udah gak ngarepin lagi satu meja makan sama si jalang!" Setelah Acha mengucapkan kata jalang langsung merasa pipinya memerah akibat tamparan dari Ifan.
Ifan sudah tersulut emosi "to the poin aja!" Bentak Ifan.
Acha pun menjawab dengan nada tinggi "gue ngeliat nyokap lo selingkuh sama pria lain, dia ciuman sama pria lain! Bukannya marah, dia malah ketawa! Waktu gue tegur dia, dia malah gak nganggep gue anaknya! Kaya gak ada perasaan bersalah sama sekali! Puas lo!? Hah?! Kenapa senyum!? Lo butuh bukti!? Bakal gue cari CCTV di tempat itu!?".
Ifan berdiri dan tersenyum meremehkan "hehe, lebay lo, alay."
Acha tak percaya dengan apa yang dikatakan abangnya itu "maksud lo apa?" Ucap Acha sedikit melembut karena kecewa dengan ucapan abangnya itu.
"Gue udah pernah berada di posisi elo, gue juga pernah sealay elo, gue pernah selebay elo." Ucapan Ifan terhenti ia menjadi teringat kembali dengan masalah itu.
"Jadi lo udah tau?" Ucap Acha sambil meneteskan air mata. Ifan hanya mengangguk.
"Cerita?!" Ucap Acha singkat dan dingin.
Ifan pun kembali duduk dan mulai menceritakannya "Gue udah tau semuanya. Waktu itu gue ke club, gue ketemu sama papa, papa marah sama gue dan langsung nyuruh gue pulang. Gue bingung kenapa papa ada di club itu, gue pura-pura pulang, tapi akhirnya gue masuk lagi ke club, gue lihat papa lagi sama satu wanita, gue liatin dia mulai dari joget-joget, mabuk-mabukan, sampai akhirnya papa udah gak kekontrol lagi, dia nyium tu cewek di depan umum, terus mereka menuju ke satu ruangan. Untungnya gue sempet ngambil gambar nya, buat ngelapor ke mama." Ifan berhenti ketika melihat acha udah berhenti menangis, namun ia melihat sorot mata Acha yang tajam.
"Jadi papa yang mulai ini duluan!? Ucap Acha dengan mata tajamnya yang masih merah karena habis nangis.
"Dengerin dulu! Habis itu gue pulang. Gue pengen banget langsung ngelapor, tapi mama juga gak ada di rumah waktu itu. Paginya, waktu itu gue bolos, abis lo berangkat sekolah, tinggal gue sama mama yang ada di ruang makan. Gue langsung nunjukin foto-foto itu, dan cerita ke mama. Mama hanya diam. Gak lama abis itu, papa dateng, dengan wajah kusutnya dan baju berantakan, bau alkohol papa keciuman banget, mungkin saat itu papa bingung kenapa gue gak sekolah. Mama langsung bilang sama papa, ini saatnya dia tau." Perkataan Ifan di sela oleh Acha "mama gak marah?" Ifan menggeleng dan melanjutkan ceritanya "papa cerita kalau dia udah punya keluarga baru dan istri barunya sedang hamil saat itu, gue langsung nonjok muka bokap, sampai bibirnya koyak, sempat terjadi adu jotos antara gue sama bokap. Akhirnya, nyokap ngelerai. Disitu nyokap langsung nangis dan meluk gue. Gue kasian banget sama mama waktu itu. Tapi akhirnya bokap angkat suara. Dia bilang kalau mama juga sering jalan sama laki-laki lain, sering ke club. Di situ gue langsung ngehempas tubuh mama. Mama bilang jangan sampai elo tau, pura-pura aja kalau kita gak ada masalah. Tapi gue gak bisa nerima keadaan. Akhirnya gue minta buat pindah ke rumah ini." Lagi lagi perkataan Ifan terhenti. "Berarti itu udah tiga tahun yang lalu?" Sela Acha.
"Hm." Jawab Ifan dengan wajah datarnya.
"Kenapa lo gak ngasi tau?!" Kini Acha membentak.
"Gue sayang sama lo, gue takut lo gak ngerasain keluarga lebih lama lagi, gue takut lo kaya gini, jangan marah sama gue." Ucap Ifan sambil memengan pundak Acha.
Kini Acha berdiri dari tempat tidurnya "lo gak tau sakitnya dibohongi sama keluarga sendiri!?"
"Gue minta maaf." Ucap Ifan lirih.
"Kenapa gak jujur aja sih, kenapa harus ada kepura-puraan?" Kini Acha menangis lagi.
"Nyokap sama bokap udah gak saling cinta, tapi mereka sayang sama kita. Gue juga sakit saat harus pura-pura ketawa waktu kita ngumpul sama-sama. Gue sakit saat sarapan harus ngeliat drama di depan mata gue." Ucap Ifan tertunduk.
"Akting lo bagus juga. Hebat!" Ucap Acha sambil bertepuk tangan.
"Jangan benci sama gue. Itu alesan kenapa gue jarang banget ngumpul. Gue gak mau ngeliat lo terus ditipu sama orang terdekat lo. Gue gak sanggup." Lirih Ifan
"Udah malem gue ngantuk. Silahkan keluar". Ucap Acha sambil menunjuk pintu kamarnya. Ifan pun sadar bahwa Acha memang membutuhkan waktu sendiri. Begitu Ifan keluar ia langsung menutup pintu kamar. Ia tidak langsung pergi ia masih setia di depan pintu Acha, takut Acha melakukan hal yang tidak-tidak.

Didalam kamar, Acha menangis, ia mengeluarkan maki-makiannya.
"Munafik, sial, anjing, jalang, murahan, nyesal gue pernah ngebanggain keluarga gue. Arghhh."
"Kenapa harus ada kebohongan, ambil aja nyawa guee Tuhaaaannn." Ucapan Acha terhenti ketika ia merasa ada yang memeluknya dari samping.
"Tenang sayang, maafin mama" ucap orang yang memeluk Acha yang tak lain dan tak bukan adalah mamanya. Ketika Acha mendongak ia melihat mama dan papanya sudah berada di hadapannya.
'kemana Ifan? Ngapa dia gak ngelarang ni orang masuk?' batin Acha.
"Salsa udah tau semuanya. Ifan yang cerita. Kalian sama. Tidak perlu mengucapkan kata maaf. Untuk saat ini silahkan pergi tante." Ucap Acha sambil menekan kata tante.
"Kamu harus bisa terima keadaan Cha, kami sayang sama Acha." Ucap papa Acha sambil mengelus rambut Acha.
"Iya. Salsa mohon, pergi!" Ucapnya datar tanpa ada air mata yang keluar, bahkan senyum yang terukir.
"Mama minta maaf karena gak nganggep kamu anak mama tadi." Ucap mama Acha sambil memegang tangan Acha.
"Tidak perlu mengucapkan kata maaf jalang." Ucap Acha dengan tatapan tajam.

Plak

Mama Acha sudah tersulut emosi. "Yang sopan kamu sama orang tua."
"Sekarang aja baru minta maaf, tadi kemana! Hah! Rasa bersalah aja gak ada. Situ terciduk selingkuh masih aja ketawa. Udah selesai lo ciuman sama pria aneh tadi!" Ucap Acha berdiri sambil tertawa meremehkan di ujung kalimatnya.

Plak

Satu tamparan mendarat lagi di pipi Acha.

"Yang sopan kamu sama mama kamu!" Ayah Acha membentak Acha

"Acha minta maaf, Acha gak sanggup."  Lirih Acha.

"Uang bulanan kamu akan tetap kami kirim, bilang aja kalau kurang. Kalau kamu mau balik ke rumah bilang aja. Biar kita kumpul sama-sama lagi. Kami pergi, jaga diri baik-baik, mama sama papa sayang kok sama Acha. Tapi sayang itu harus di bagi." Ucap papa Acha tegas.

"Dengan keluarga baru kalian masing-masing? Kenapa gak cerai aja sekalian?!" Ucap Acha membentak.

"Kamu gak tau alasannya. Kami pergi. Jaga diri." Ucap mama Acha. Kemudian mama dan papa Acha pergi.

Setelah itu Acha naik ke atas tempat tidurnya lagi. Acha menangis tersedu-sedu. Kemudian ia merasakan pelukan hangat yang menenangkan. Acha tau siapa orang itu. "Maafin gue Fan." Orang itu kemudian melepaskan pelukannya kemudian mengangguk. "Tidur aja. Satu pesan gue buat lo, jangan kayak gue." Ucapnya sambil memeluk tubuh Acha. Acha masih saja menangis. Hingga lama-lama ia tertidur di pelukan Ifan.

Kenapa harus ada kepura-puraan?
Illy mell

melankolisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang