Hujan? Kalian tau apa tentang hujan sehingga menghujatnya?
Lihatlah secara rinci dari awal tetesan hujan turun hingga ke tanah, perhatikan baik-baik saat hatimu sedang dilanda masalah pasti semuanya serasa lega. Ya menurutku sih begitu.
Hai.. Kenalin aku raina melviani, panggil aku rain. Jangan tanya kenapa aku bilang panggil rain, semua itu karna aku suka hujan. Hujan membuat hatiku yang remuk menjadi tenang. Jangan bilang kamu suka hujan jika kamu menggunakan payung dibawahnya. Jangan pernh sesekali kamu bilang suka hujan jika kamu tak pernah berlari-lari bahagia ditengah-tengah derasnya hujan tanpa merasa malu dengan orang sekitar.
Hari ini hujan, sesuai dengan yang kudoakan. Segera aku berlari keluar apartementku, aku berlari, berputar-putar ditengah-tengah derasnya hujan tanpa takut akan sakit. Entahlah kenapa aku begitu mencintai hujan, menurutku hujan bisa membuat hatiku tenang seperti kali ini. Aku melihat mereka kembali bertengkar, segera aku berlari dari hadapan mereka dan menuju ke apartement. Inilah gunanya aku membeli apartement itu hanya untuk tempat pelarianku ketika meliat mereka bertengkar.
Kupejamkan mataku, kuhembuskan nafas dengan kasar. Jika mereka selalu menunjukkan pertengkaran didepanku, Apa gunanya aku ada didunia ini? Mereka memang memenuhi semua kebutuhanku tapi aku ga butuh semua itu. Aku hanya ingin mereka seperti keluarga kecil yang teman-temanku selalu ceritakan gimana keluarganya. Aku hanya ingin melihat mereka damai, becanda gurau didepan televisi bersamaku walaupun dengan hidup sederhana itu lebih baik.
Tak terasa hujan sudah berhenti aku segera berlari menuju apartement, badanku sudah menggigil kedinginan. Kuguyur badanku dibawah shower dengan segera aku mengambil handuk dan memakai bajuku.
Kuhempaskan badanku dikasurku, kutatap langit yang gelap tanpa satu bintang pun yg muncul. Mereka seakan tau dengan perasaanku ini. Kuliat foto keluargaku terbingkai dengan sedemikian rupa dimeja belajarku. Iya itu dulu saat perayaan ulang tahunku di umur 5 tahun dan disitu juga akhir dari keluargaku yang damai. Tak terasa air mata menetes dan membasahi bingkai itu, kuelus wajah mereka orang yang sangat amat kusayangi
"Ma,pa aku mau keluarga kita seperti dulu, aku ingin kembali ke masa itu masa dimana keluarga kita masih utuh, masih akur, bukan kayak yang sekarang. Hampir setiap hari aku melihat pertengkaran kalian. Apa kalian tidak peduli denganku? Apa gunanya aku disini jika kalian layaknya tak pernah memberi kasih sayang ke aku. Aku iri sama mereka yang punya keluarga utuh dan damai. Aku pengen ngerasain yang mereka rasain tapi itu kayaknya mustahil" kataku sambil meneteskan kembali air mataku.
Tanpa terasa mataku seperti tertarik untuk tertutup. Aku tertidur dengan keadaan mata sembab, idung merah, sambil memeluk bingkai tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Teen FictionSeorang anak broken home yang sangat menyayangi orang tuanya harus menghadapi suatu kemungkinan yang tak pernah terbayangkannya sebelumnya. Kekacauan akan sirna ketika dia melihat hujan. Apakah ada seseorang yang berhak menjadi hujannya?