Ha Sungwoon

68 14 0
                                    

Ini bukan seperti seorang Ha Sungwoon.

Orang waras mana yang suka rela menghabiskan waktu berdiam diri di tengah lapangan parkir dengan air hujan yang mengguyur deras membasahi badan selama hampir 20 menit?--yah, kecuali kamu memang seorang pecinta hujan garis keras. Sungwoon tidak dalam keadaan mendesak untuk segera pergi dari kampus di tengah hujan lebat seperti sekarang, lagi pula, dia memiliki payung.

Salah Sinju. Kenapa dia mengabaikan pesan Sungwoon? Kenapa gadis itu tidak memberinya kabar apa-apa setelah percakapannya lewat telepon genggam tadi pagi? Begitu pikir Sungwoon sesaat sebelum dirinya menerobos hujan kemudian berdiam diri bak orang dungu sehabis putus cinta.

Ini benar-benar bukan seperti seorang Ha Sungwoon.

Dia hanya ingin diperhatikan ... Oleh Sinju.

Oh, tunggu, tunggu. Kata 'diperhatikan' agaknya masih sedikit asing untuk Sungwoon terima. Selama ini, dia selalu menjadi pihak yang memerhatikan. Memberi atensi sebesar mungkin saat Sinju berada di sekitarnya, mengamati gerak-gerik gadis tersebut, dan memastikan Sinju dalam keadaan baik-baik saja.

Apakah mungkin Sungwoon dalam keadaan ingin apa yang telah dilakukannya pada Sinju berbalik juga pada dirinya? Diam-diam, Sungwoon mengatakan iya.

Bukannya Sungwoon pamrih atau apa. Bahkan tanpa diminta pun, dia akan tetap selalu memerhatikan Sinju meski gadis itu tidak akan pernah tau. Hanya saja, dalam keadaan tertentu, seperti sekarang, dia juga ingin Sinju memerhatikannya. Bagaimana, ya, ini kondisi yang sulit dijelaskan sebenarnya.

Sungwoon tidak tahu ini bermula sejak kapan. Sudah lama sekali. Mungkin ketika Sinju tidak sengaja memanggilnya dengan sebutan 'Kak' alih-alih dengan -ssi--panggilan formal saat orang Korea seumuran namun belum begitu dekat--kala Sinju meminta soal yang diberikan guru sekolah menengah pertamanya karena dia tidak mendengar, mungkin ketika Sungwoon sehabis itu mengatakan bahwa dia bukan Kakak Sinju dengan nada ketus, mungkin ketika Sungwoon dan Sinju setelahnya malah menjadi dekat dan memutuskan menjadi adik-kakak bohongan. Sudah lama sekali.

Sebetulnya Sungwoon tidak begitu suka dengan Sinju yang memanggilnya dengan sebutan 'Kak'. Itu digunakan untuk perempuan yang memanggil kakak kandung laki-lakinya dan seorang pria yang lebih tua darinya serta sudah sangat mengenal. Dan Sungwoon bukan keduanya.

Jadi ketika Sinju melupakan akhiran 'Kak' saat gadis itu memanggil namanya, Sungwoon akan bertanya kenapa dia tidak memanggilnya seperti biasa? Dia berharap Sinju mengatakan bahwa Sinju sudah bosan memanggilnya dengan sebutan itu dan ingin memulai babak baru dengannya, seperti berpacaran, misalnya.

Dan mengetahui fakta Sinju sedang bersama Seungwoo sekarang, Sungwoon harus segera membuat Sinju pulang dengan kesadarannya sendiri.

"Tunggu!" Bus berhenti tepat di depan halte kampus. Melihat Sinju yang langsung melompat dari tempat duduk kemudian berlari ke arah pintu, Seungwoo berseru.

"Sinju, tunggu!" Merasa seruannya diabaikan, Seungwoo kembali memanggil Sinju.

Seungwoo melepas jaketnya dan menyampirkannya di kepala Sinju saat gadis itu berhenti hendak membuka pintu bus. "Pake ini, seenggaknya kamu nggak akan terlalu kebasahan."

"Terus Kak Seungwoo gimana?" tanya Sinju, hampir menanggalkan jaket Seungwoo dan berniat mengembalikannya.

Seungwoo menahan tangan Sinju. "Pake aja, nggak papa, gampang. Ayo, cepet."

Keduanya meloncat dari bus. Berteduh sebentar sampai bus kembali melanjutkan perjalanan.

"Kak, aku duluan, nanti aku balikin jaketnya."

Seungwoo tersenyum, membenarkan jaketnya agar benar-benar melindungi kepala Sinju dari air hujan. "Oke, hati-hati."

Sinju menerobos hujan, dia berjalan cepat di sisi bangunan gedung kampusnya agar badannya tidak terlalu basah kuyup.

Alasan kenapa dirinya terburu-buru balik ke kampus sesaat setelah menghubungi Sungwoon adalah karena pemuda itu menjawabnya dengan suara bergetar menahan dingin.

Apa, sih yang Sungwoon lakukan? Apa dia tiba-tiba kehujanan saat sedang menuju parkiran mobil namun tempat berteduh terlalu jauh? Apa dia baru menyadari jika langit menumpahkan air saat sedang berjalan keluar gedung kampus dan tidak cepat menyelamatkan diri? Atau  ... Apa dia dirundung oleh kakak tingkat dan disiram air?

Oke, lupakan saja kedua hipotesis terakhir Sinju. Sungwoon bukan anak bodoh yang tidak menyadari hujan dan dia juga bukan anak yang bermasalah dengan kakak tingkatnya.

Presensi Sungwoon mulai terlihat begitu Sinju berbelok ke arah tempat parkir mobil. Pemuda itu tengah berdiri di depan pintu gedung kampus Fakultas Ilmu Sosial--yang langsung berhadapan dengan tempat parkir, sedang menyilangkan tangan di dada sembari menggenggam ponsel.

Astaga, menyedihkan sekali. Pikir Sinju.

"Kak Sungwoon!"

Yang dipanggil menoleh, tidak menjawab, mendapati ekspresi khawatir sekaligus sebal di wajah Sinju.

"Kok bisa kehujanan?" tanya Sinju heran. Gadis itu melepas jaket milik Seungwoo dan meletakannya di bahu Sungwoon.

"Kakak nggak tau kalau lagi hujan." jawab Sungwoon asal.

"Konyol. Mana mungkin." Sinju cemberut.

Sungwoon meraih pundak Sinju. "Mau pulang sekarang atau tunggu hujan reda dulu?" Dia mengalihkan topik pembicaraan.

"Pulang sekarang aja. Udah tanggung. Takutnya malah demam kalau kelamaan pake baju basah."

"Sini." Sungwoon mengeratkan dekapan. Berbagi jaket milik Seungwoo untuk melindungi kepala keduanya.

Sinju teringat pada motornya yang masih diparkir sejak kemarin sesaat setelah Sinju dan Sungwoon memasuki mobil.

"Kemarin juga nggak ilang, kan?" jawab Sungwoon ketika Sinju ingin pulang mengendarai motornya saja.

"Bukan gitu," sanggah Sinju. "Adek udah bilang ke Kak Sehun mau bawa pulang motornya hari ini."

"Nanti kakak yang bantu ngomong."

Sinju menghembuskan napas. "Yaudah." Tangannya meraih sabuk pengaman untuk menggunakannya.

Namun yang tidak Sinju tahu, Sungwoon juga berniat meraih sabuk pengaman di tempat duduk Sinju dan hendak memasangkannya. Jadi secara tidak sengaja, ketika Sinju telah memegang sabuknya dan menoleh, bibirnya menempel tepat pada bibir milik Sungwoon.

Reaksi pertama yang dilakukan keduanya?

Tidak ada.

Baik Sinju maupun Sungwoon merasa waktu terhenti selama beberapa detik. Lalu detik selanjutnya, Sungwoon yang pertama menguasai keadaan dan menjauhkan badan dari Sinju.

"Ma-maaf," ucap Sungwoon patah-patah.

"Kayaknya adek pulang naik motor aja."

"Tapi--"

"Tenang, ada jas hujan, kok." Setelah memotong perkataan Sungwoon, Sinju buru-buru keluar dari mobil dan berlari menuju parkiran motor. Masa bodoh dengan hujan yang masih mengguyur dengan deras.

Pikiran Sinju bercabang. Tetapi untuk saat ini, dia hanya ingin pulang sendirian dan memukul-mukul bantal. <>

11 First KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang