Gue mengerjapkan kedua mata secara perlahan. Rasanya tempat ini asing gak asing buat gue. Lah? Gimana coba? Gak tau deh, gue juga bingung. Seketika, gue langsung menyingkap selimut yang menutupi seluruh badan gue. Alhamdulillah, masih utuh. Tapi serius deh, ini dimana?
'Tok tok tok'
Yang pasti, itu suara pintu di ketuk. Gue mulai agak parno nih. Kali aja itu orang yang bawa gue kesini dan berniat mau ngapa-ngapain gue.
'Ceklek'
Pintu pun terbuka dan menampilkan seorang perempuan yang usianya gak tua-tua amat. Eh tapi? Kok gue kayak kenal ya?
"Oca, bangun, nak. Udah siang"
Gue mengerjapkan kedua mata gue. Kaget, bro. Tapi, gue masih diem diatas tempat tidur dan gak bergerak satu senti pun darisana.
"Rosa, yang lain udah nunggu. Yuk, sarapan dulu"
Kembali pada respon gue sebelumnya. Ya, mengerjapkan mata. Dan tetap memperhatikan perempuan itu.
"Yaudah, nanti pasta kamu, keburu abis sama abang dan adek kamu, lho"
Perempuan itu menutup pintu kamar perlahan. Wait, kok dia bisa tau gue suka pasta? Gue berpikir keras, mencerna semua kejadian yang baru aja terjadi.
H-HELL? ITU KAN.... MA..MA?
🌺B.O.Y.S🌺
Stupid, Rosa!
Masa sama Mama sendiri bisa lupa sih? Ah, kebangetan emang lu mah! Gila kali ya! Itu Mama kandung lu sendiri woy!
Gue merutuki diri dalam hati sedari tadi, semenjak insiden Perempuan itu -yang baru gue inget bahwa itu adalah Mama.
'Huft'
Gue menghela napas sebentar dan menatap pantulan diri gue di depan cermin meja rias. Apa setelah kejadian ini, gue bakal langsung di coret dari Kartu Keluarga sama Mama?
'Argh'
Gue mengacak rambut gue frustasi. Liburan ke tempat Nenek di Ausie selama seminggu kayaknya bukan bikin gue tambah pinter deh. Apa gue nya aja yang emang bloon?
'Ah iya, mungkin emang gue yang bloon dari lahir'
Setelah berkutat cukup lama dengan pikiran dan perasaan takut, gue pun akhirnya memutuskan untuk beranjak dari sana dan pergi keluar dari kamar -gue sendiri.
Gue membuka pintu perlahan, menyembulkan kepala gue terlebih dahulu dan menengok ke kiri dan kanan. Sekedar memastikan keadaan aja, bahwa cukup aman untuk gue keluar.
'Sepi, kan?'
Gue memastikan bahwa jawabannya adalah iya. Kemudian, gue keluar dari wilayah territorial gue tersebut dan menutup pintu kamar secara perlahan.
Dan, kedua kaki gue pun mulai melangkah menuju ruang makan keluarga. Kedua kaki gue melangkah secara bergantian dan tenang, ya bisa di bilang langkah yang santai. Sampai seseorang mengagetkan gue dari belakang....
"Woy, Ca! Gileee, tinggi ya lu sekarang!"
Dia merangkul pundak gue dan mengacak-acak rambut gue. Seolah, kita ini akrab dan saling kenal satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOYS; A Jaerose Fanfiction [dalam perbaikan]
Teen FictionDikelilingi banyak laki-laki di hidupnya, membuat Rosa Alya Soebagdjo memahami beberapa sifat dari kaum adam tersebut. Akan tetapi, saat bertemu dengan Jeffrey, ia mulai mencoret satu-persatu pemikiran negatifnya tentang seorang laki-laki. Akankah J...