01

8.2K 654 21
                                    

happy reading!
sorry for typo(s)

.

Yoongi menatap datar pemuda berparas manis di depannya. Ia sedikit meringis melihat keadaan pemuda di depannya itu. Wajah manis itu terdapat beberapa lebam. Belum lagi kaki dan tangannya memar, bahkan ada yang sedikit membengkak. Yoongi membawa pemuda itu ke rumah sakit. Ia teringat perkataan dokter yang tadi telah memeriksa Jimin.

"Ia baik-baik saja, untung tidak ada luka serius. Sepertinya dia telah mengalami kekerasan seksual. Banyak sekali bekas tamparan di tubuhnya. Beruntung kau tepat waktu membawanya kemari. Tenang saja, kita hanya perlu menunggu dia sadar."

Dahi Yoongi mengernyit, merasa bingung sekaligus penasaran apa yang terjadi pada Jimin. Dan kenapa pula Jimin berada di club malam? Setahunya, Jimin adalah mahasiswa baik-baik dan cerdas. Jimin juga pendiam dan tidak banyak tingkah. Lantas, bagaimana mungkin Jimin bisa ada di sana?

"Sshh~awh!" suara ringisan itu membuyarkan lamunan Yoongi.

Yoongi menegakkan badannya saat melihat kedua kelopak mata Jimin perlahan terbuka. Manik hazel Jimin terlihat, menatap Yoongi dengan tatapan terkejut. Sontak pemuda manis itu berusaha bangkit duduk. Tapi, tangannya terasa sangat sakit dan nyeri.

"A-awh!"

Yoongi menahan pundak Jimin, "kau istirahat saja, lukamu belum pulih total." ujarnya datar.

Dengan diam dan menunduk, Jimin menuruti ucapan Yoongi. Begitu terus hingga Yoongi terpaksa harus memulai pembicaraan.

"Aku belum mengabari keluargamu. Kau bisa kabari mereka sekarang."

"A-aku tidak punya keluarga lagi." lirih Jimin sangat pelan, tapi masih dapat didengar Yoongi.

"Lalu, kau hidup sebatang kara?" Jimin hanya mengangguk samar merespon pertanyaan Yoongi.

Yoongi ikut mengangguk paham, dia tidak tahu banyak tentang Jimin. Ia bahkan hanya pernah melihat Jimin sekilas di kampus. Jimin cukup terkenal cerdas dan pendiam di kampus mereka. Hanya itu yang Yoongi tahu tentang Jimin. Lagipula, mereka berbeda semester. Ya, Jimin adalah adik tingkat Yoongi.

"A-apa s-sunbae yang telah membawaku kemari?" Jimin berbisik lirih.

"Iya, aku menemukanmu di club semalam. Kau pingsan di depanku, lalu kubawa kau kemari."

Jimin semakin menunduk, jemarinya memainkan selimut yang dikenakannya kini. "M-maaf, telah merepotkan sunbae."

"Tidak masalah. Boleh aku bertanya sesuatu?" kata Yoongi.

Perlahan Jimin mendongak, menatap Yoongi ragu. "T-tentu,"

Sejenak Yoongi terdiam, hanya menatap manik hazel adik tingkatnya itu. Ia sebenarnya sangat penasaran apa yang telah terjadi pada Jimin. Bukan hanya satu, tapi ada banyak pertanyaan di benak Yoongi. Tapi, dia tidak yakin untuk menanyakannya. Memang Yoongi siapanya Jimin?

Melihat Yoongi hanya diam sambil menatapnya, Jimin jadi bingung. Bukankah tadi hendak bertanya?

"Kau..."

Alis Jimin terangkat, menunggu ucapan Yoongi yang terjeda.

"Bisakah kau bicara normal? Tidak perlu gugup." akhirnya kalimat itu yang keluar dari mulut Yoongi.

"Ah, maaf. Aku hanya tidak terbiasa dengan orang asing." cicit Jimin berusaha tidak gugup lagi.

"Kalau begitu, kita harus berkenalan. Aku Yoongi, Min Yoongi." Yoongi mengulurkan tangannya pada Jimin.

sunshine ✧ yoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang