chapter satu • permulaan

22 7 9
                                    

hey kamu!
Iya. Kamu yang lagi baca cerita ini. Bisa tidak, kalau kita saling menguntungkan? Kamu ngasih saya vote dan comment. Saya suguhkan cerita terbaik saya.

Setuju?

.
.
.
.
.
.
.
sorry for typo’s
happy reading

||||🐙||||


Arabella Zahira Salsabila. Seorang perempuan berusia 15 tahun itu sedang melangkahkan kakinya menuju sekolah barunya.

Iya. Sekarang dia sudah resmi menjadi murid Sekolah Menengah Atas di salah satu SMA Favorite di Jakarta.

Setelah Papanya mengantarkannya sampai gerbang sekolah itu lima menit yang lalu, dia mulai gugup sendiri. Membàyangkan kalau misalnya nanti, dia tidak akan mempunyai teman. Dan berakhir sendirian kemanapun.

Sungguh, itu mengerikan. Karena setahunya hanya dia dan dua orang laki-laki —yang tidak begitu dia kenal sama-sama sekolah disana.

Jadi, gadis itu hanya bisa menghembuskan nafasnya pasrah. Murid-murid berseragam putih—abu-abu masih banyak nongkrong diberbagai tempat di SMA yang luas itu.

Sedangkan dirinya? Melirik dengan tatapan iri anak-anak SMA yang telah mempunyai teman itu.

3 orang Guru berderet dan menjulurkan tangan mereka dan segera disambut dengan saliman oleh anak murid.

Zahira-pun melakukan hal yang sama. Tersenyum, menyalim, dan kembali melangkah ke koridor satu sekolah itu.

Dilihatnya mading. Dan segera mencari-cari namanya.

“Yey! Ketemu!” Serunya riang.

Arabella Zahira Salsabila, X-C’ dia melangkahkan kakinya menuju kelas yang telah ditentukan untuknya.

Setelah sampai dikelas sembilan C itu, Zahira meletakkan tas-nya tepat dibangku paling depan nomor tiga dari kanan. Bertepatan didepan meja guru.

Zahira mendudukkan tubuhnya ke bangku tersebut, dan melirik anak-anak yang juga sekelas dengannya.

Disebelah kirinya, ada seorang anak memakai kacamata yang belum ia ketahui namanya tersenyum padanya. Zahira membalas senyuman itu. Mungkin, anak kacamata itu sudah berteman dengan anak kacamata yang berada disebelah kirinya.

Zahira menolehkan lagi kepalanya kebelakang. Seorang anak tersenyum lagi padanya. Zahira membalas senyumannya.

Kini yang bisa ia lakukan hanyalah membalas senyuman orang lain, tanpa mau mengajaknya kenalan.

Bodoh

Zahira merutuki dirinya sendiri.

Akhirnya, seorang anak berlesung pipit, bertubuh pendek dan sedikit gembil menyapanya. “Hai!” katanya dengan senyuman pipi bolongnya.

“Hai!” Jawab Zahira.
“Reishya Ananda, panggil Echa,”
“Eh. Arabella Zahira Salsabila. Panggil Zahira,”

Percakapan Zahira dan anak bernama Echa itu terhenti ketika mendapati seorang guru memasuki kelas. Guru wanita berkulit putih dan memiliki lesung pipi di pipi kanan.

“Hai anak-anak. Selamat pagi,”

“Hai Bu Guru. Selamat pagi,” Jawab kami serentak.

“Nama Ibu Annisha Ratika, panggil Bu Nisa, ibu yang akan menjadi wali kelas kalian, dan ibu mengajar sebagai guru fisika disini, Ibu mau kalian juga berkenalan. Jadi.... silahkan perkenalkan diri kalian. Dari sana!” Tunjuk Bu Nisa ke arah kiri paling depan.

Wah.... itu berselisih, tiga anak dengan Zahira. Jantung Zahira berdegup semakin kencang.

Anak yang merupakan laki-laki itu memperkenalkan diri. Sampai... akhirnya giliran Zahira.

Zahira berdiri dari kursinya. “H-hai semua.... nama saya Arabella Zahira Salsabila, umur 15 tahun, pindahan dari SMP Garuda Jakarta, salam kenal,” ucap Zahira, dengan agak sedikit gugup.

“Salam kenal,” Balas yang lain.

Zahira tersenyum, dia kembali duduk pada bangkunya. Senang bisa berinteraksi, meski sedikit dengan penghuni dikelas itu.

Setelah selesai berkenalan. Kami digiring oleh Bu Nisa ke lantai tiga—aula. Setelah mendengar bel, yang menandakan anak baru memang disuruh ke aula, yang berada dilantai tiga.

Aku bergegas pergi ke aula.

Duduk di kelompok sembilan c.

beberapa menit berlalu. Akhirnya acara dimulai. Ternyata ini adalah acara penyambutan murid-murid baru. Tahun ajaran 2019—2020.

Aku bertepuk riuh saat kakak kelas yang menjadi MC, bernama Kak Ariysha Shakira membuka acara.

Tepukan tangan bergemuruh di aula itu.

Diawali dengan Ibu Kepala Sekolah yang mengucapkan selamat datang dan beberapa kata-kata motivasi yang lain, pertunjukan guru, membaca al-quran, pertunjukan band. Dan yang terakhir game khusus untuk murid baru.

Kami disuruh bangkit, Zahira berdiri dari duduknya. Mereka disuruh untuk berlari membentuk lingkaran.

Zahira segera berlari menuju pojokan. Dan mereka disuruh saling bergenggam tangan, Zahira dan yang lain melakukan itu.

Kemudian yang terakhir—mereka disuruh menghafal lima nama murid yang berada disebelah kanan dan sebelah kiri. Dalam satu menit harus bisa dihafal, dan nanti akan disetor pada wali kelas.

Zahira segera bertanya. Dia ingat nama-namanya. ‘Alysha-Alya-Farannisha-Natasha-Arina’.

Mulut Zahira berkomat-kamit menghafal lima nama murid yang telah ia tanyakan namanya.

Setelah acara itu. Akhirnya diakhiri dengan Doa dan harapan ditahun ajaran baru.

Setelah berakhir, Zahira bangkit. Tetapi, dua orang murid perempuan—yang ia ketahui satu kelas dengannya menyapanya.

“Hai.... Zahira kan?” Tanya murid yang bertubuh mungil.

“I-iya, kamu. Alya kan?”
“Iya.”
“Aku Alysha, masih ingat kan?”

“Pasti,”

“Gimana kalau kita jalan sama-sama ke kelas?” Usul Alya. Zahira mengangguk semangat. Ini yang dia tunggu-tunggu.

“Boleh,”

Dan akhirnya mereka bertiga, jalan beriringan menuju kelas.

|||||🐙||||
to be continue
masih prolog loh. Jangan bosan. Belum tentu bahasanya begitu. Seiring berjalan waktu, bebel bakalan rubah cara panggilannya :')

vomment

bella/bebel

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REVAGEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang