Ainara Syakila

116 18 0
                                    

******

"Liatin aja terus," kata Elvira dengan tatapan yang lurus menatap layar laptop.

Ainara Syakila meliriknya dengan decakan serta rasa malu dalam hati, lagi-lagi dia ketahuan. Tapi untungnya hanya teman sebangkunya ini yang selalu memergokinya sedang menatap--secara diam-diam--seseorang di depan sana.

Ainara kembali meluruskan pandangannya, novel di tangannya dia pegang erat-erat. Ia tidak membaca novel, sekarang tidak, itu hanya alibi supaya teman-teman kelasnya yang lain 'menganggapnya' sedang membaca novel. Tapi tidak, matanya lurus-lurus mengamati seorang cowok yang sibuk menggambar sesuatu di sketcbooknya.

'Nge-gambar lagi, apa sih yang setiap hari dia gambar? Gue penasaran.'

"Bola mata yang lo puja-puja itu bentar lagi jatoh, liat aja." ucap Elvira disusul kekehan.

Ainara kembali meliriknya, dia mendorong pelan lengan sahabatnya itu. "Nggak usah ganggu gue deh, nonton aja sana!"

"Dih, ganggu. Kalo suka mah bilang aja kali, Ra."

"Gue nggak suka. Cuman.. "

"Cuman apa? Cinta?" Potong Elvira.

"Enggak!" kata Ainara dengan pelototan. "Kita udah kelas tiga. Nggak boleh lagi mikirin gitu-gituan,"

Elvira mencibir, "Anak SD aja udah mikirin yang gitu-gituan," gumamnya.

Ainara berusaha memusatkan fokusnya pada novel di depannya, tapi tidak bisa. Ingatannya terlempar pada saat pertama kali dia mengenal Airon Gandhi beberapa bulan yang lalu. Waktu itu ada rapat Osis yang turut mengundang seluruh ketua kelas di sekolahnya. Dan salah satu diantara mereka adalah Airon. Ainara sebenarnya tau Airon sudah sejak kelas satu, tapi hanya sekedar tau. Setelah bertemu dan berada dalam satu ruangan bersama cowok itu, Ainara sedikit ditarik perhatiannya. Airon Gandhi punya daya tarik sendiri yang membuat Ainara sesekali di tegur wakil sekretarisnya karna kurang fokus saat itu.

Setelah hari itu, entah kenapa Airon mudah sekali tertangkap retinanya. Di kantin, koridor kelas, bahkan di tempat yang jarang di kunjungi anak-anak seperti perpustakaan. Makin hari Ainara makin dibuat penasaran dengan cowok itu, dari yang hanya menatapnya tiga detik sampai sesekali menanyakan tentangnya pada teman-temannya. Setelah mendengar dari beberapa orang, Ainara dibuat kagum dengan cowok itu. Airon pintar, dia beberapa kali ikut olimpiade membawa nama sekolah dan tak jarang memenangkannya. Dia juga masuk tim basket inti. Yang lebih membuat Ainara makin kagum, gambar cowok itu bagus sekali. Airon mendapatkan juara pertama saat ada lomba menggambar di sekolahnya. Gambarnya dipajang di mading membuat seisi sekolah dapat melihatnya.

Yang membuat Ainara sedikit senang, tahun terakhirnya di SMA, dia diberi kesempatan untuk sekelas dengan Airon. Makin kewalahanlah dia dengan kelebihan-kelebihan cowok itu.

"Pawangnya dateng, tuh."

Ainara reflek mengangkat kepalanya, seorang gadis muncul di balik pintu kelas dengan senyum yang mengembang, langkahnya tanpa ragu menuju bangku Airon lalu menempelkan kaleng minuman di pipi cowok itu yang membuatnya kaget. Gadis itu tertawa kemudian duduk di tempat duduknya, di samping Airon.

Namanya Natari Aurellia. Yang dia tau, gadis itu teman kecil Airon. Mereka tidak terpisahkan dari TK hingga sekarang. Tari selalu mengekor kemana pun Airon pergi. Sampai-sampai teman-teman kelasnya selalu bilang, dimana ada Airon, disitu ada Tari. Tari jugalah yang membuat Ainara sedikit sungkan mengajak Airon berbicara dan melakukan pendekatan seperti yang disarankan oleh Elvira.

SketchBookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang