Oneshoot

1.7K 160 6
                                    

Watch You From Afar

.

.

Kyungsoo POV

Disana, kau terlihat sangat bahagia. Jujur, aku ikut bahagia.

Bahagia melihat senyuman yang tak pernah luntur dari bibir tipismu. Oh, kau begitu sempurna dengan senyuman termanis yang pernah kulihat seumur hidupku.

Bukankah aku menyedihkan?

Duduk menyendiri disudut kantin dengan novel pada genggaman telapak kecilku.

Aku hanya merasa..

Hampa.

Kau tertawa dengan ceria bersama seseorang yang kau pilih— yang memang sudah Tuhan takdirkan untuk berdiri disampingmu.

Yang pasti itu bukan diriku.

Diriku yang sederhana ini.

Orang-orang pasti sedang menertawakan diriku saat ini.

Do Kyungsoo yang malang. Kau sendirian lagi sekarang. Tidak akan ada yang menemani hari-harimu lagi untuk saat ini dan yang akan datang.

Lelaki yang sangat kau cintai lebih memilih wanita lain ketimbang dirimu yang tidak ada apa-apanya ini.

Kim Jongin sudah menetapkan hatinya pada wanita lain dan kau harus menerimanya. Demi kebahagiaannya, kebahagiaanmu.

Kebahagiaanku?

Aku merenung mendengar sanubariku berbicara tidak masuk akal seperti meneriakkannya tanpa henti di dalam kepala.

Kebahagiaan?

Bagian mana yang bisa kuanggap sebagai kebahagiaan jika hati ini rasanya seperti dibakar diatas perapian terpanas didunia.

Hangus.

Apakah perasaan yang hangus ini bisa dikatakan sebagai suatu kebahagiaan?

Aku rasa tidak.

Semua orang rasa pun tidak— jika orang tersebut masih bisa dikatakan mempunyai akal sehat. Karena aku masih memilikinya.

Rasanya perih.

Seperti teriris pisau saat memotong bawang bombay untuk dijadikan sebuah nasi goreng kimchi yang lezat. Perih pada jari yang terpotong, sekaligus mata yang melihat.

Sama seperti hatiku saat ini.

Perih pada hati sekaligus mataku yang mengeluarkan setetes— mungkin beberapa tetes cairan bening saat melihat dirinya dengan seluruh hal yang ia sebut sebagai suatu kebahagiaan.

Aku berpura-pura membaca buku ini. Salah satu buku favoritku.

Biasanya Jongin selalu berkeluh kesah dengan buku ini. Ia selalu menyumpah serapahi si sampul merah ini karena aku sering mengabaikannya demi membaca bait demi bait yang tercantum didalamnya.

Namun sekarang semuanya berubah. Tidak akan ada lagi yang peduli dengan si sampul merah, begitupun dengan diriku.

Aku menutup si sampul merah dengan tulisan besar "Me Before You" karya Jojo Moyes yang sudah beberapa kali kubaca dengan kasar, memasukkannya kedalam tas selempang rajut berwarna kuning pastelku. Kuusap kedua mata bulatku pelan, menghilangkan sisa cairan bening yang menitik sedikit-sedikit lantas berlalu pergi dari kursi kantin ini.

Watch You from AfarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang