Bulir Bulir air Mata (1)

6 4 0
                                    

   Dingin yang menusuk tubuh, desiran angin malam yang meraup wajah, malam malam sunyi sebagai bumbu tambahan rasa sepi yang setiap hari ku lalui, tapi semua bukan suatu penghalang  bagiku untuk alasan hati dan jiwaku menjadi rapuh, aku memiliki tuhan sebagai pelindung dan penguat hati.

Aku yang kuat dihadapan orang lain namun rapuh di Hadapan Tuhan, aku bersyukur atas semua nikmat yang diberikan Tuhan, selalu menguatkan dan memberi jalan keluar, juga tempat terbaik untuk menyampaikan keluh kesahku bemanja manja memanjatkan do'a.

Semua yang diujikan tuhan bukan berarti tuhan tidak sayang kepadaku, tapi Tuhan sedang menguji seberapa besar kesabaranku, karena aku tau, Tuhan tidak akan memberikan ujian melampaui batas kemampuan hambanya.

Pagi yang dingin, namun selalu menyejukan, bagian dari nikmat yang diberikan Allah, ku gunakan untuk menemani sepi yang selalu melanda dengan bersujud pagi meminta permohonan ampun atas segala dosa yang aku perbuat dan doa doa yang selalu aku langitkan kepada Allah swt, meminta agar selalu diberi ketabahan.

Mungkin tuhan sedang menguji kesabaranku ataupun sedang memberi balasan atas apa yang dulu pernah aku lakukan,kapan dan apakah itu? Entahlah aku tidak tahu, hanya Allah ta'ala yang tau.

Hari hariku selalu dalam keterpurukan dan kesedihan, tapi aku yakin Tuhan tidak pernah menjauh dariku, selalu menemaniku dan melindungiku.

        Mentari menyambut pagi ini dengan kehangatan, tanda bahwa subuh telah berlalu, seperti hari hari sebelumnya, hari ini tetap sama, tidak ada yang pernah berbeda, tapi aku percaya tuhan memiliki rencana terbaiknya.


Selesai bersiap, kubawa langkahku  menuruni tangga, sembari mencangklong tas dan menenteng buku, aku berjalan menunduk menuju Bunda dan kakakku di meja makan.

Sampai dibawah, kulihat Bundaku hanya melirik kearahku, tanpa menawarkan untuk duduk dan makan bersama.

"Ra, sudah turun? Sini duduk kita makan"

Itu tawaran kakakku, Kak Reza, nama lengkapnya Asyif Nur Reza, dia orang yang baik, manis, perhatian, dia dianugerahi kecerdasan dan ketampanan tentu aku akui dia tampan, memang begitu faktanya. Kak Reza alhamdulillah termasuk orang yang sukses.

Hanya kak Reza yang paling perhatian kepadaku, dia kakak yang baik. Kakakku yang satu lagi hanya tersenyum kepadaku, dia terkenal pendiam, namanya kak Akmal.

Aku kenalkan juga, namanya Hafidz Nur Akmal. Orangnya pendiam, adik kak Reza, dia juga baik, alhamdulillah sukses pula sama seperti kakaknya. Kak Akmal sangat tertutup, agamanya juga kental. Maka dari itu sangat menjaga jarak denganku.

"Iya kak" Jawabku dengan senyuman kecil.

"Tapi aku ada piket pagi kak, jadi aku harus berangkat pagi pula" Kataku.

"Oh, begitu, ya minum saja susu ini" tawar kak Reza.

Akupun menengguk susu yang diberikan kak Reza, dan pamit berangkat sekolah, aku mengulurkan tangan untuk salim kepada kak Reza kak Akmal juga, Bunda.

Bundaku, Ainun Salamah, aku sayang bunda, walaupun beliau bukan Bunda kandungku sendiri, Abi menikah dengan bunda setelah Umiku meninggal lima tahun yang lalu, awalnya hubunganku dan Bunda, iya Bunda tiriku baik-baik saja, Bunda sangat sayang dan perhatian padaku, bunda sangat menyayangiku, tapi Setelah ayah meninggal, bunda menjadi bersikap dingin kepadaku, bunda sering memarahiku sebelumnya, tapi sekarang tidak, bunda membisu, tapi hanya kepadaku.

Aku sangat bersedih, aku kehilangan Umi, lalu Abi, dan sekarang walaupun masih ada,aku tetap merasa telah kehilangan Bunda.

Yang perhatian hanyalah kak Reza, tapi kak Reza orangnya sibuk, aku tidak terlalu bebas dengannya.

Cahaya Hidup Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang