Senja menyambut baik untuk sekedar kehangatan hati ini meski sekejap. Seperti kebahagiaan yang ada di dalam hidupku, yang datang hanya sekejap. Tapi aku tau Allah punya rencana paling baik dibalik kesedihan ini.
Sore itu aku berjalan menyusuri trotoar jalanan ibu kota, sendirian.
Aku belum memperkenalkan diri, aku Afira Nurul Afifah, umur 16. tahun, Anak dari Umi Dan Abi, tinggal di kota Jakarta , tinggal bersama Bunda dan Kakak tiriku, kulitku putih turunan dari Ummi, Punya rona merah di pipi, diajari banyak hal baik oleh Abi terutama Umi,hingga sekarang saya terapkan di hidup saya.
Sebenarnya meski aku tinggal bersama bunda dan kakakku, aku tetap merasa sendirian, meski kakakku yang satu lumayan baik dari yang lain.
Tapi bukan berarti yang lain tidak baik, hanya bersikap dingin. Tidak semua keluarga tiri itu jahat ya, hanya saja yang sekarang aku rasakan bukan dijahati tapi tidak dipedulikan.
Aku sekolah di sekolah menengah akhir, salah satu sekolah negeri di kota Jakarta , aku memiliki sahabat, namanya Dinda, aku sayang Dinda, dia baik peduli juga perhatian, aku bersyukur, walaupun aku selalu dalam kesedihan Allah tetap memberiku kawan baik yang selalu perhatian kepadaku.
Aku tinggal dirumah peninggalan Abi, rumah Abi dulunya ada di Surabaya, setelah Ummi meninggal dan karena ada urusan kerja, Abi memboyongku ke Jakarta dan di Jakarta inilah Abiku bertemu dengan Bunda.
Iya itu menjadi rumahku, meski Bunda dan kakakku masih tinggal disana,tapi jangan salah,mereka bukan bermaksud untuk merebut rumahku ini, aku yang meminta untuk menemaniku, karena aku tidak punya siapa siapa kecuali Bunda dan Kakak kakakku. Bunda juga termasuk orang yang berada, jadi beliau tidak mungkin mengambil rumah peninggalan Abi ini. Setauku di Surabaya aku punya saudara tapi aku tidak terlalu mengenalnya, jadi aku pilih tinggal bersama bunda dan kakakku saja, nenek dan kakekku sudah meninggal waktu umurku masih 6 tahun. Kakek nenekku dari Abi dan Ummiku sama sama hanya memiliki satu anak, jadi Ummi dan Abi tidak memiliki saudara kecuali saudara jauh. Jadi aku tidak mengenal sama sekali.
Miris, tapi tidak apa, aku tetap bersyukur karena masih memiliki bunda kakakku dan teman-temanku.~~~~~~
Aku sekarang tengah berada di toko buku dekat rumahku, aku sengaja mampir untuk membeli novel islami koleksi kesukaanku.
Lama mengelilingi rak buku, tapi kebanyakan novel disana yang sudah aku punya dirumah, aku keliling lagi, mencari cari yang pas untuk menemani keadaanku sekarang, novel itupun aku temukan tapi sayang, itu terlalu tinggi dan aku tidak bisa menjangkaunya.
Kucari abang abang yang biasanya mau mengambilkan buku tapi kali ini tidak ada, akhirnya aku loncat loncat menggapai novel itu, tapi hasilnya nihil, tiba tiba seseorang mengambil novel tersebut
Awalnya aku kecewa mungkin dia yang akan membelinya kan dia yang ambil duluan,tapi dia malah memberikan novel tersebut untukku, aku tersenyum kepadanya, namanya Dion, aku lihat dari name tag yang ada di bajunya, kelas 12 SMK.
"Trimakasih" kataku menunduk, dan langsung meninggalkan dia menuju kasir untuk membayar dan bergegas keluar toko.
Membeli buku telah terwujudkan, aku langsung pulang kerumah karena hari sudah mulai gelap.
Aku memilih jalan setapak sempit jurusan rumahku, karena membantuku menjauh dari pria perayu yang biasanya di jembatan jalan raya.
Sampai dirumah, aku agak kaget, karena kondisi rumahku gelap sekali hanya lampu depan rumah yang menyala, aku pun masuk, mencari saklar dan menyalakan lampu, sebelumnya aku kira mungkin mati lampu ternyata tidak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Hidup
Teen FictionSetiap kehidupan sudah tentu ada rintangan. Sabar dan tawakal harus diutamakan. Dibalik kepedihan pasti ada kebahagiaan. Ikuti saja alurnya, Karena garis yang tuhan lukis itu selalu indah....