BAB 2 : FIRST MEET

90 9 2
                                    

“ARGGGHH!!! Ini guru suka banget muridnya stres!” geram Ako.

“Lo mending bu Ita apa guru kita sekarang?” celoteh Riko tak jelas. Memang kalau mereka BERALASAN mengerjakan tugas kepada orang tuanya, ujung-ujungnya ghibah-in gurunya.

“ Ya bu Ita lah, tapi lebih mending lagi jikalau gak ada pelajaran ini, gak ngerjain soal, dan ngademin pikiran di kamar mandi sambil ngobok-ngobok bak mandi sampai ikannya sekarat” jawab Ibex lebih tak jelas.

“Ges cepet ikut gue ke mesjid sebelah, pingin rukyah gue, biar ini otak kinclong nan mulus SEPERTI MEMAKAI CLING”

Subhananallah wal hamdulillah wa laailaahaillallah wa llahu akbar” ucap Ako dan Riko serempak sambil melempari Ibex dengan es batu bolong yang mereka dapat dari es teh Miss Siti, panggilan kesayangan mereka kepada penjual es teh, martabak telur, siomay, batagor, es campur, dll di depan sekolah.

“Noh udah gue kerjain nomor 1 sampai 5, sekarang kerjain nomor 6 sampai 30, gue mau mati sesaat dulu” perintah Arkan kepada teman- temannya sambil menyodorkan bukunya.

“Gila kali ini bocah, otak  seseger sprite ngerjain soal cuma 5 nomor, adik gue PAUD juga bisa kali!” cerca Ako.

“Panggil adik lo ke sini, coba aja kalau bisa!”tatapansilet karatan yang disuguhkan  Arkan membuat mulut ketiga sahabatnya teriris membentuk dadu-dadu kecil.

“Dasar zombie!” sekali lagi Ako menyerca sahabatnya sedari TK-nya ini. Tak ada jawaban dan sambutan hangat dari zombie tersebut. Mungkin memang sudah mati ini bocah, batin Ako.

PASRAH.

Itu yang kata yang tertera di otak ketiga bocah lelaki itu. Mereka terus mencoba segala rumus aneh yang ditampilkan di bukunya dengan mulut komat-kamit. Kalau bukan menyumpahi zombie tersebut dengan segala macam isi perut binatang alam semesta, apa lagi yang bisa mereka lakukan, toh kalau diteruskan mereka sendiri yang kalah mencari pembelaan.

*****

Arkan menaiki motornya dengan kepala yang penuh dengan bayangan seseorang, siapa lagi kalau pacarnya, Anastasya. Meski manusia ini tidak memiliki hati, tapi dia juga cowok yang cukup normal. Dia merututi setiap perkataan tak pantas yang ia ucapkan kepada kekasih hatinya tersebut, pasti saat ini Anastasya sedang bersedih.

Memasuki parkiran toko buku dan menggantungkan helmnya di spion kanan, memang dia sedikit malas untuk pulang ke rumah.

Deretan buku soal berbanjar rapi memenuhi lorong tersebut. Lebih sepi dibandingkan ketika beberapa kali dia ke sini. Memilih buku di rak matematika, pelajaran kesukaan kekasihnya. Maka dari itu, Arkan memilih buku daripada sekuntum bunga mawar yang akan layu.

Brak

“Argggh shit!” gerutu gadis itu. Mungkin hanya dia yang bisa mendengarkan kata kasarnya ini.
“Ma... af...” ketika gadis ini melihat seragam lelaki di depannya sama persis dengan miliknya, dan badge-nya menampilkan warna berbeda. Seketika dia membenahi perkataannya tadi.

“Maaf, Kak.” Permintaan maaf dengan nada datar membuat Arkan sedikit tersinggung.

“Emm” jawab Arkan dengan nada serupa.

“Jalan pakai mata jangan pakai dengkul” bisik Arkan pelan saat gadis ini melewatinya.

Demi pemilik semesta ini. Maafkan Ariel melakukan ini, batinnya.

Plakk

“Kenapa lo nampar gue!?” saat ini raut wajahnya tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Pasalnya sedari tadi mood-nya kacau akut, ditambah gadis muda gila biadap di depannya.

“Lo tersinggung gue nampar lo! ?” tantang gadis ini. Seketika Arkan melihat nametag yang terjahit di baju gadis tersebut. Ariela Alodya, memang sekarang ini dia sedang berhadapan dengan beruang kutub yang terbangun saat hibernasinya.

“Kalo nggak berani nggak perlu ngomong, beraninya bisik-bisik doang, laki nggak lo!?”.

“Dasar cewek gak tahu diri, apa lo nggak diajari sopan santun sama mak lo, hah!?, dasar gadis biadap!!” cerca Arkan sambil mengangkat jari telunjuknya di depann wajah Ariel.

“Apa urusan lo nyangkutin mak gue, lo sebenernya laki gak sih, lo ngadepin siapa yang lo bawa nama siapa, dasar BANCI ALAY!!!” bentak Ariel yang kemudian segera beralih menuju ke kasir dan segera pergi meninggalkkan toko buku tersebut. Dia sedikit tersinggung karena ibunya sudah meninggal dua tahun lalu.

*****

Ceklek

Seketika Ariel membantingkan tasnya dan berbaring di awan putihnya.

"Ngapain enaknya?" gumam Ariel bak monolog dalam novel atau buku lainnya.

They think we just dropped out
Living at my mom's house
Paris must be so proud
They know it all
They don't speak our language
They say we're too savage
No, no we don't need them anymore

Suara sonar Jonas Blue bergema dalam telinga Ariel.

Gadis itu membuka benda persegi panjang milikknya, mengecek notifikasi dari beberapa sosmed. Tangannya sangat terampil dalam men-stalk lelaki yang ia selama ini mengisi hatinya, namun cintanya bertepuk sebelah kaki. Terdapat salah satu foto dari salah postingannya menandai dia. Siapa itu?

@arkanferdian

****

Halo, Nas?
maafin aku ya, maaf banget
aku bisa jelasin kok
keluar ya aku udah di depan, oke?

Maaf? kamu udah bentak aku ngatain aku di depan orang banyak, gak malu?

Suara ini terdengar sangat lemah tapi menusuk

Oke aku ke depan

Titit

"Nas maafin aku ya"
 
To: Anas
Aku taruh ini di depan.

"Dasar pengecut!" terucap dari bibir tipis Anas saat mengetahui kekasihnya sudah hilang ditelan teras depannya.

______________________________________________

okeyy semoga kalian suka sama part ini, yang terpenting jangan lupa vote yaa! 1!1!1













KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang