Rangga, laki-laki yang lahir pertengahan 21 tahun lalu dari seorang ibu yang luar biasa. Anak kecil yang sering ditinggal bekerja oleh orang tuanya dan dirumah bersama neneknya. Bocah kecil bermata sipit yang tidak terbiasa makan sumber protein dari daging merah ataupun putih. Semakin berjalan waktu, anak kecil yang sudah mulai mengenal rokok berani untuk meniru apa yang sekitarnya lakukan, yaitu merokok. Kebiasan yang terus terbawa sampai akhirnya terjerumus ke lingkungan yang aktif dengan hal negatif, lingkungan terpaksa membuatnya terbawa. Hingga akhirnya dia jera, karena bui memanggilnya 2 malam untuk singgah, untungnya hanya karena tawuran antar warga. Karena memang laki-laki ini orang yang keras dan selalu mengutamakan fisik contohnya bertengkar. Berpindah tempat kerja, tanpa lupa ibadah, mengaji di hari Sabtu siang, dan menjadi pria musholla. Pria beranjak dewasa yang pernah di bui itu semakin dewasa, lelah berpindah kerja kemudia mendaftar kuliah. Memang dasarnya laki-laki kepala batu, sulit diatur di kampus akademi yang notabene sekolah tinggi banyak aturan. Empat bulan menuntut ilmu dengan absen banyak longkap, tiba-tiba berganti menjadi penuh, karena katanya ada penyemangat dari kakak tingkat. Mungkin Rangga sangat menyayangi kaka tingkatnya itu. Hari demi hari berlalu, kakak tingkat itu harus pergi pelatihan kerja industri dan meninggalkan laki-laki sipit itu untuk berkuliah sendiri, dan nahasnya absen itu kembali banyak longkap. Absen bukan tolak ukur keberhasilan, tapi menjadi dewasa itu kunci keberhasilan. Dan kakak tingkat Rangga dikampusnya itu sangat menyayangi Rangga, kalau ada kata lain melebihi infinity to love you mungkin itu yang akan kakak tingkatnya ucap. Dan kakak tingkatnya itu adalah aku, Dliya Afifah. Jadi, Rangga, aku sangat mencintaimu. Selamat tanggal dua, sayang. Kali ini 13 bulan kita sama-sama ngelewatin egoisnya kita, tanpa mengurangi rasa sayang kita satu sama lain. Sampai jumpa di tanggal 2 seterusnya sayang.