1. Taruhan

36 8 36
                                    

Perasaan tidak serta-merta datang melalui sebuah pertemuan. Perasaan datang karena adanya rasa nyaman dan kasih yang saling tersampaikan. Dari sesuatu yang bahkan hanya sebuah lelucon namun mampu saling menggetarkan hati satu sama lain.

Ting

Rachel yang sedang sibuk memasukan buku-buku kuliahnya pun merasa kesal, pasalnya Ia sudah sangat terlambat. Apalagi pagi ini adalah mata kuliah yang di ajarkan oleh dosen yang paling terkenal killer di kampusnya. Sudah dua kali Ia mendapat teguran bahkan di usir dari kelasnya gara-gara terlambat 5 menit saja. Bayangkan hanya 5 menit dan Ia di usir. Sungguh keterlaluan.

Ting

Ting

Ting

Lagi-lagi notifikasi ponselnya terdengar, dengan gerutuan dan sumpah serapah yang Ia tinggalkan kepada sang pengirim pesan Ia akhirnya membuka ponselnya itu.

Astajim

Pagi sayang

Sayang bangun

Sayang

Sayang itu ilernya di lap dulu, cuci mukanya meskipun gak mandi ya. Asta TERSAYANG~

Rachel pun buru-buru mengelap bagian bawah bibirnya secara tidak sadar, dan langsung mencari kaca. Dan benar saja ada bekas ilernya yang sudah mengering di sana. Ia pun mendesah. Bagaimana mungkin Asbak rokok itu tau kondisinya. Itu sesuatu yang sangat aneh, sekaligus membuat dirinya malu mengakui bahwasanya ia benar-benar tidak mandi pagi ini. Bahkan mencuci muka saja Ia tak sempat. Dia sudah sangat telat.

Rachel akhirnya sampai di kampusnya. Ia lari dengan sangat tergesa-gesa dan sesekali melihat jam di tangan kirinya. 07.50, sebentar lagi jam pelajaran sudah mau di mulai. Dan benar saja Ia sudah melihat Pak Bayu di lorong sebelah nya. Matilah! Kalau Pak Bayu masuk lebih dulu ke kelas Ia tak akan selamat.

"Mampus deh, semoga aja Pak Bayu kesandung ya allah, buku-bukunya jatoh, kepalanya kepentok, Aamiin." Doanya, Anehnya sedetik setelahnya Pak Bayu benar-benar tersandung, buku-bukunya berserakan, bahkan bunyinya pun terdengar sangat nyarim, kepala plontosnya itu, pasti jatuh lebih dulu, Ia yakin. Luar biasa doanya langsung di jabah. Dalam hati Ia terkikik dan segera masuk ke kelasnya.

"Chel, sini." Lara melambaikan tangan kepadanya, Ia pun tersenyum. "Yo, Ra. Keren kan gue gak telat." Kali ini Ia malah narsis sembari mengibas-ngibaskan tangannya. Pasalnya Ia kepanasan. Pagi-pagi sudah olahraga saja.

"Nyaris sih." Sambung Lara, "1 menit lagi masuk, Lo lagi beruntung agaknya." Tanggas Lara.

"Gue anak sholeh, anak sholeh doanya selalu di jabah. Di depan gue balapan sama Pak Bayu." Lagi-lagi Ia tertawa mengingat kejadian jatuhnya Pak Bayu. Ahh~ harusnya Ia rekam saja tadi.

Tiba-tiba Pak Bayu memasuki kelas, wajahnya merah padam sudah jelas mengingat posisi Ia jatuh pagi ini. Bisa-bisanya tali sepatu-nya lepas dan terinjak olehnya sendiri, seorang yang perfeksionis sepertinya sungguh tidak mungkin.

Pak Bayu mengajar mata kuliah Filling Management, Sebagai seorang mahasiswa Management, Ia harus paham cara pengarsipan data, pengolahan dan pemusnahan, arsip-arsip penting dalam perusahaan. Namun sayangnya, saat Ia sedang fokus-fokusnya, HandPhone nya terus bergetar, Ia sengaja meng-Silent-kan HP nya. Ia sudah tahu pasti orang itu yang terus-menerus menggangunya. Dasar orang kurang kerjaan.

Astajim

Sayang.. belajar yang bener ya, supaya jadi ibu yang pintar buat anak-anak kita nanti.

Ia pun tertawa membaca pesan dari orang yang menjadi Pacar Online nya itu. Ia juga tidak mengira akan terlibat hal seperti ini dengan orang yang bahkakn wajahnya saja Ia tak pernah tahu. Hanya saja sudah seminggu ini, Ia terjerat taruhan dengan orang gila tersebut. Ada-ada saja, Siapa yang lebih dulu jatuh cinta? Heh? Dia pikir Rachel akan kalah? Lucu sekali.

Save Me, Please..Where stories live. Discover now