2. Pertemuan Keluarga

18 9 9
                                    


***

"Jadi ini calonnya Bang Asta ya?" Kiki bertanya girang, pasalnya ini adalah pertama kalinya sang Kakak membawa perempuan ke rumah mereka.

"Wah! Cantik banget Bang! Buat Eman aja ya." Sahut Firman tak kalah heboh. Ia adalah adik Asta yang terakhir. Umurnya baru saja 10 tahun dan kiki 15 tahun. Sebenarnya perbedaan umur mereka dengan sang kakak sangat jauh.

Rachel masih sangat syok, Ia masih mencerna apa yang sedang terjadi kepadanya saat ini. Calon? Apa itu? Maksudnya calon apa?!

"Ah.. Haha, adek namanya siapa?" Tanya Rachel ramah sembari tersenyum manis.

"Nama aku Firman Kakak. Dan ini Kak Kiki," Ia menunjuk sang Kakak.

"Ini pertama kalinya loh Kak Asta bawa cewek kerumah. Biasanya boro-boro." Sahut Kiki cekikikan. Asta hanya mendengus pelan.

"Mana mama Ki?" kali ini Ia mengalihkan ocehan adik-adiknya. Bisa gawat jika mereka terlalu banyak bicara.

"Asta, udah dateng?"

"Eh mama, Iya Assalamualaikum." Ia pun mencium tangan sang mama.

"Waalaikumsalam, Pa ini anaknya udah dateng ayo turun!"

Rachel masih termenung mencerna keadaan, bagaimana ini, sepertinya Asta sudah gila! Apa yang Ia lakukan, mengapa mengajaknya datang kerumahnya coba?

"Iya iya ma, sabar. Papa lagi pakai tuxedo nih." "Kenapa sih pakai tuxedo segala?" Bisik Rachel pelan pada Asta. Asta mengendikan bahunya acuh tak acuh.

"Itu.. Tante sama Om mau kemana ya? Udah rapi banget hehe."

"Lah, kan sebentar lagi keluarga besar akan datang, Asta mau mengenalkan calonnya kepada keluarga. Awalnya tante gak percaya, mana mungkin Asta punya pacar ya kan Pa?" Sang Papa mengganguk mengiyakan pertanyaan istrinya. Ia juga masih terharu Asta membawa wanita kerumahnya.

APA?! Pertemuan keluarga?! Tidak-tidak Ia belum siap!

Akhirnya Rachel dipersilahkan untuk menuju ruang tengah, sebentar lagi jam 9 malam. Acara akan segera di mulai. Rumah Asta sudah ramai di datangi beberapa anggota keluarganya.

Rachel belum siap. Dari tadi Ia seperti di introgasi oleh keluarga ini, mereka memang ramah tapi..

Ah! Rachel tau, Ia harus berakting agar bisa keluar dari tempat ini.

"Ta.. Kepala aku pusing," Ia memegang kepalanya yag sakit mendadak, Ia sengaja tentunya. "Aku mau pulang aja. Aku lupa belum minum obat juga." Ya sebenarnya Ia tidak sepenuhnya berbohong, toh Ia memang harus meminum obat, dan juga Ia sudah sangat capek, dasar Asta ini tidak pengertian.

Asta mengalihkan atensinya kepada Rachel, sepertinya benar. Wajahnya pucat sekali. Ia menunduk untuk men-sejajarkan diri dengan Rachel, membuat sang punya berdebar-debar tidak karuan. Kemudian menyentuh keningnya.

"Kamu sakit?" tanyanya khawatir.

"Aku pusing Ta, aku mau pulang." Rengeknya lagi. Asta tidak tega melihat sang kekasih terlihat begitu kesakitan, akhirnya Ia pamit untuk mengantarkan Rachel pulang.

Rachel menghembuskan nafas pelan. Ia selamat. Ia tidak terbiasa berada di tempat se-formal itu.

"Ayo, kita pulang." Asta mengulurkan tangan kepadanya, Ia pun ragu-ragu menerima tangan itu. Senyuman Asta begitu menenangkan, parasnya sangat-sangat tampan.

Ah~ rasanya ingin Ia bawa pulang saja.

"Loh, Asta mau kemana?" tiba-tiba saja ada gadis cantik yang merangkul Asta mesra. Apa-apaan gadis itu?

Asta memberikan sunggingan manis. Dan bersikap tetap sopan, Ia melepaskan gadis blasteran tersebut.

"Aku mau nganterin 'Pacar' Aku pulang." Jawabnya sembari merangkulku. Asta menatapku sekilas, "Dia sakit. Tadinya aku mau kenalin sama keluarga besar."

"Pacar?" Gadis blasteran itu tampak cengo.

"Kalo gitu~ Aku permisi dulu ya Sya." Asta membawaku keluar, dan membukakan pintu mobil. Sesekali aku melihat kebelakang, sekedar penasaran dengan reaksi Gadis cantik tersebut. Sekali liat saja Aku tau dia menaruh hati pada Asta. Asta memasuki mobil dan membawaku pulang.

"Asta.. gadis tadi siapa?" aku mencoba bertanya kepadanya, tatapannya sangat dingin. Tampak sekali Ia tidak menyukai pertemuan mereka tadi. "Dia Syasa. Sodara jauh." Kuperhatikan dia sebentar, tampak tampan sekali. "Ah~ aku lupa tanya, rumah kamu dimana?" Asta menoleh, aku tampak gugup, tiba-tiba sekali mata kami bertemu. "Di jalan Kenanga, No.12." jawabku agak gugup.

Ah, aku jadi lupa. Padahal tadi aku inginn sekali menghakimi laki-laki ini.

"Ta, kamu apa-apaan bawa aku kerumah kamu tadi?!" tanyaku menggebu-gebu, tiba-tiba aku jadi kesal sekali.

"Eh? Kamu gak suka?" tanyanya sok polos, "Aku cuman mau ngenalin kamu aja tadi."

"Di saat pertama ketemu? Kamu udah gila?! Kamu gak mikir kita pacaran beneran kan?" Asta mengehentikan mobilnya tiba-tiba. Dia memajukan badan dan menatapku "Kita emang pacaran kan?" senyumnya. Aku tergugu. Tubuhku mendadak dingin, lidahku kelu. Tiba-tiba aku merasakan takut sekaligus gugup. Aku merasa tertekan.

"Kamu gak turun sayang?" aku tersentak. Dia mebukakan selbeltku. "Kita udah sampe. Ini rumah kamu?" tanyanya lagi. "Hmm? Eh iya." Lagi-lagi aku hilang fokus. Aku turun, "Ka-kamu gak mau mampir dulu?" tanyaku masih terbata-bata. "Enggak udah malem. Kamu masuk aja, Aku pulang kalo kamu udah masuk." "Kamu pulang duluan." Jawabku tak mau kalah.

"Huuft ya udah, aku pulang dulu kalo gitu.." Ucapnya sebari mengelus puncak kepalaku. Dan tersenyum meremehkan. "Pendek."

Aku merengut, Asta tertawa. Benar-benar menghancurkan moment romantis orang itu. Setelah itu Ia masuk mobil dan melambaikan tangan, aku membalas. Dan melihat mobil tersebut semakin jauh meninggalkanku.

Save Me, Please..Where stories live. Discover now