Dinginnya udara malam tak lantas mengurungkan niat Sooyeon untuk menyambangi rumah pohon sedang di tepi danau, tak jauh dari rumahnya.
Bermodalkan jaket sekolah angkatan, sekeranjang makanan, dan dua lipat selimut yang di ambilnya dari almari sang ibu. Dara mungil itu menyusuri jalanan es yang membeku untuk sampai pada tujuan utamanya, rumah pohon.
Beberapa kali langkahnya bahkan tergelincir hingga mengakibatkan nyeri yang lumayan kuat di engsel kaki sebelah kiri. Kendati begitu, semangatnya tidak langsung padam. Buktinya sekarang ia telah sampai di tepi danau yang membeku.
Tepat di depannya, sebuah pohon besar menjulang tinggi dengan rangkaian rumah pohon yang menghiasi puncaknya.
"Baejin-ah~!"
Sambil menahan dinginnya malam yang menusuk hingga ke tulang belulang, Sooyeon melafalkan nama 'Baejin' hingga tiga atau empat kali.
Tepat di seruan kelima, kepala kecil dengan rambut pirang yang kontras dengan gelapnya malam akhirnya menyembul. Melirik sekilas gadis kecil dengan tubuh menggigil di depan pohon, ia lantas mengulurkan tangga kayu ke bawah; membiarkan si gadis mencapainya hingga berakhir dengan bertatap wajah dengan si empunya rumah.
"Apa yang kau lakukan? Bukankah suhu diluar sangat rendah?"
Gigi Sooyeon gemeretak. Alih-alih menjawab, ia justru sibuk mengurai dua selimut, yang lumayan tebal, yang ia bawa dari rumah.
"Itu yang ingin kutanyakan!"
Selembar selimut ia lemparkan ke arah laki-laki pirang di hadapannya.
"Bagaimana bisa kau bertahan di tengah suhu yang sangat rendah seperti ini?"
Baejin, lelaki berambut pirang itu, memalingkan wajah. Menghindari tatapan Sooyeon yang menuntut akan jawaban, bibirnya hanya mampu menjawab "Entahlah."
Baejin mengenal Sooyeon kira-kira di awal bulan Desember. Ketika danau es di sebrangnya tiba-tiba pecah, sementara Sooyeon sibuk mengejar anjingnya yang berlari ke tengah pecahan.
"Bae, kau benar-benar tidak punya rumah selain rumah pohon ini?"
Si jaka yang tengah sibuk mengaduk sup jagung yang dibawa oleh Sooyeon, tertegun.
"Eh? T-tidak."
"Kalau begitu bagaimana tinggal sementara di rumahku?"
"Mana mungkin!"
Sooyeon mengerucutkan bibirnya. Berulang kali ia—sebut saja—memohon Baejin untuk mengungsi ke tempat lain. Di rumahnya, dirumah neneknya, dirumah kawannya, dimanapun itu, terserah. Asalkan jangan di rumah pohon.
Pasalnya, musim dingin kali ini benar-benar sangat parah. Sore tadi saja suhunya mencapai minus lima. Sooyeon khawatir dengan kondisi Baejin. Sejak kemarin bibirnya pucat, dan bertambah parah hingga sekarang. Kendati tubuhnya tidak mengigil seperti Sooyeon, tetap saja itu mengkhawatirkan!
"Kau benar-benar tidak mau mencari tempat lain?"
"Kemana? Ini rumahku." tutur Baejin lemah.
"Hm. Entahlah. Tapi tempat ini terlalu dingin untuk kau tinggali." Sooyeon memandang sekali ke sekeliling ruangan. "Lihat, kau saja tidak punya selimut yang cukup kalau aku tidak membawa ini." Gadis itu memegang lembar selimut yang di pakai Baejin guna menutup lututnya.
"Aku tidak apa-apa. Ini sudah biasa."
Menyebalkan! Sulit sekali sih membujuk Baejin?
"Tapi kau tau tidak?"
"Apa?"
Sooyeon mendekatkan tubuhnya ke arah Baejin, "Setiap musim dingin, kudengar Jack Frost akan berkeliaran di sekitar sini."
Baejin mengangkat satu alisnya, "Jack— apa?"
"Jack Frost!" Sooyeon melangkah mundur, kembali ke tempatnya. "Itu loh, remaja laki-laki yang tenggelam di danau bawah tujuh tahun silam. Katanya, tubuhnya menjadi es di dasar danau. Dan setiap musim dingin tiba, ruhnya berkeliaran di sekitar sini untuk—"
"Untuk apa?"
Sooyeon memutar bola matanya ketika Baejin memotong kalimatnya tiba-tiba. Mengerdikkan bahu sekali, kemudian ia membalas, "Hm.. Entahlah? Mungkin dia mencari teman untuk di bekukan?!"
Baejin terkekeh. Terkadang imajinasi Sooyeon itu berlebihan.
"Berhentilah mengarang cerita. Kau bukan seorang penulis, tau?"
Sooyeon mengerucutkan bibir, "Ya tetap saja, intinya cari tempat baru untuk berlindung! Aku tidak mau nanti kau seperti anak lelaki yang membeku itu!"
Baejin tersenyum tipis, sampai-sampai Sooyeon tidak menyadarinya.
"Jangan khawatir. Hal itu tidak akan pernah terjadi."
Karena akulah remaja laki-laki yang kau bicarakan itu.
—FIN.
Imagine Baejin sebagai Jack Frost, persis seperti di cover yash❤ Dan teruntuk dedek Baejin yang masih imut dan menggemaskan, tolonglah berhenti terlihat tampan. Noona tidak sanggup / gigit baju
KAMU SEDANG MEMBACA
JACK FROST
FanfictionSooyeon sampai memaksakan diri untuk menerjang dinginnya malam yang mencapai minus lima, hanya untuk mengunjungi Baejin yang tinggal di rumah pohon. Bagaimana bisa Baejin sanggup tinggal di rumah pohon di bulan Desember?