This Dilemma: Prolog

17 3 0
                                    


"Agatha! Bangun!!"

Aku terbangun karena mendengar suara alarm yang begitu familiarnya. Bahkan aku tidak ingat pernah menyetel suara ini. Namun, setiap pagi selalu saja terdengar suara teriakan "Agatha" yang membuatku tersadar bahwa aku tidak lagi sedang bermimpi. Apa yang di harapkan seorang anak kecil bila kau terbangun dengan alarm yang kau setel dan kau matikan kembali jika kau hanya akan melanjutkan tidurmu? Tidaklah berguna. Mereka hanya akan bersemangat bila kau dibelikan jam beker setelah sekian lama kau merengek kepada ayah dan ibumu dan berjanji akan bangun lebih awal. Tapi, itu tidak akan berlangsung lama.

Mimpiku terhenti saat aku sedang berada di istana dengan damai, bersama pangeran, dan hidup bahagia dengan beribu-ribu butir permen yang disimpan di dalam gudang dan pastinya gudang itu juga terbuat dari permen.
   
Dan hidup tenang tanpa Monster jahat.

"Bangunlah Agatha!! Kau nanti akan kesiangan."

Apa?? Apa yang membuatku kesiangan dihari Minggu?? Aku bukanlah seorang anak yang rajin sampai-sampai dihari minggu aku harus bangun pagi hanya untuk pergi ke sekolah. Huh.. Menyebalkan. Bisakah ibu membiarkanku terbangun sendiri disetiap hari? Barang dihari libur seperti hari ini??

"Turunlah sayang... Segeralah mandi dan bersiap-siap agar kita tidak terlambat ke bandara. Jangan lupa makan kudapanmu untuk sarapan hari ini."

Pernyataan yang membuatku bingung untuk kesekian kali. Bukankah ayahku akan pulang dua hari lagi dari urusan bisnisnya di Paris? Atau.. Apakah aku akan berlibur ke Paris sekaligus menyusul ayah? Kuharap begitu.

"Bukankah kita berjanji akan mengantar aunty Mia yang akan pergi? Kau nanti juga akan berpisah dengan sahabatmu dengan waktu yang sangat lama." Terjawab sudah pertanyaanku. "Atau kau mau aku yang ke atas untuk menyuruhmu bangun?"

Orrgh mother...Tidak bisakah ibuku membiarkan diriku melamun sehabis bangun tidur? Lagipula aku tidak ingin mengantar Monster jahat itu di bandara. Apa yang semua orang pikir hingga mengatakan dia adalah sahabatku, bahkan teman-temanku juga mengatakan hal yang sama.

Baiklah.. Kuturuti semua perintah ibuku. Lagipula bibi Mia adalah tetangga yang sangat baik sampai-sampai aku menganggap dirinya adalah bibiku sendiri, tidak seperti anaknya.

"Uh.. Bisakah aku tidur lagi mom?" Kataku setelah turun dari tangga.

Ibu menjawab, "Apa yang kurang dari tidur selama 8 jam sayang?"

Dengan langkah gontai aku kembali ke kamarku. Belum sampai puncak---

"Kau mau pergi ke mana Agatha?!? Turunlah. Kau tidur terlalu lama."

"Aku akan mengambil handuk" suaraku terhenti, "Mother!"

***
London, 07.15

Berjalan menyusuri tempat dimana orang-orang berdatangan bagi yang memiliki kepentingan. Entah itu pergi berlibur, mengunjungi saudara, urusan pekerjaan, atau sekedar mengantar kerabat untuk mengatakan salam perpisahan sementara. Aku adalah salah satunya.

Aku hanya mengikuti ibuku, bersembunyi di belakangnya dan berharap tidak bertemu monster jahat itu. Tempat ini sangat luas. Terbayang jika aku tersesat di tempat ini. Apa yang bisa dilakukan seorang anak sekecil aku di tempat sebesar ini?

"Mom, kapan aku bisa jalan-jalan naik pesawat?" aku bertanya kepada ibuku sambil menarik baju kaos polosnya.

Ibuku hanya memegang kembali tanganku yang menarik baju kaosnya. Mungkin itu cara agar aku berhenti sebelum terjadi hal yang buruk seperti baju yang menjadi robek atau kaos yang berubah menjadi melar misalnya.

Dengan tersenyum, ibuku menjawab, "Tunggu saat kau bertambah besar sayang."

"Tapi monster itu bisa, mengapa aku tidak? Bukankah kami berdua sama besarnya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

This DilemmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang