Bagian 1 (warisan?)

63 3 2
                                    

Diriku adalah seorang anak hasil pernikahan orang tua yang di jodohkan. Ayahku seorang yang mengalami sedikit gangguan kejiwaan (stres) dan dia di jodohkan pada ibuku oleh kakek ku.

Dahulu memang kita sudah tidak asing dengan yang namanya perjodohan.

Dari sinilah cerita berasal, aku

orang yang normal tapi karena pandangan orang-orang terhadap ayahku yang stres ( tidak waras)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

orang yang normal tapi karena pandangan orang-orang terhadap ayahku yang stres ( tidak waras).
Mereka pun beranggapan bahwa aku juga stres karena mereka beranggapan bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

Dan aku menolak itu, "Aku normal, aku tidak stres, aku sama seperti anak-anak lain".

.......

Sewaktu kecil semua berjalan normal seperti biasa. Iya mungkin sebenarnya sudah tidak normal tapi aku saja yang masih belum mengerti kalau orang-orang sudah sering membicarakan ku dan ayahku.

Aku pun termasuk salah satu anak yang pintar sewaktu SD. Aku sering mendapat juara kelas. Juara  1,2 dan 3 besar salalu kudapat saat aku duduk di sekolah dasar. Sewaktu SMP pun aku masih tetap masuk 3 besar. Tapi waktu itu saat aku naik ke kelas 9 semuanya berubah.

Aku mulai mengerti dan sangat sering aku mendengarkan omongan orang-orang di sekitarku. Mereka melarang anak-anak mereka bergaul denganku.

Mereka berkata "Jangan berteman dengan Gino! dia itu gak waras, nanti kamu juga terikut olehnya" begitu katanya.

Aku tidak mengerti apa penyebabnya, sehingga mereka berkata seperti itu. Jadi saat itu ku beranikan diriku untuk bertanya
" mengapa Dina tidak boleh bermain denganku? "
tanyaku ke pada ibu itu.

Ibu itupun hanya diam tanpa menjawab pertanyaanku lalu tertawa seperti meledek ku dan pergi menjauh membawa Dina pergi dariku.
Setiap hari aku pun terus berfikir sebenarnya apa yang terjadi sehingga aku terus di jauhi.

Dan saat aku masuk SMA sedikit demi sedikit semua pertanyaanku selama ini terjawab.

"Bapak kamu itu stres ya sudah pastilah anaknya juga stres."

Ternyata argumen itulah yang selama ini membuat tidak ada seorangpun yang mau berteman denganku.

"Memangnya apa yang telah ayahku perbuat sehingga aku terkena imbasnya?"

3 tahun selama di SMA aku lalui dengan semua cacian dan hinaan, aku di katain gila, dikatain kurang-kurang, gak waras, stres, sehingga tidak ada satu orang pun yang mau berteman denganku.

Disitulah aku merasa pesimis, aku merasa drop. Dahulu yang nilaiku selalu bagus kini hampir semua nilai rapor ku berwarna merah.

Aku dianggap orang yang gagal. Tapi aku hanya bisa diam tanpa melawan. Semua cacian dan hinaan hanya bisa kupendam dan kurasakan sendiri.

Setiap malam aku merenung, sebenarnya dosa apa yang ku perbuat sehingga aku harus mengalami semua ini.

Setiap malam aku menangis dan mengeluh. "Kenapa harus aku?"

Begitulah kalimat yang terulang di benakku.
Tapi aku bersyukur waktu itu, karena aku masih dapat bertahan dan menyelesaikan sekolah ku. Dan perlahan karakter asliku mulai terbentuk.

I am not psycho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang