16. a

4.9K 887 381
                                    

Aku merasa bisa membunuh.
Aku merasa mungkin aku akan menyukainya. Dan aku tahu bahwa perasaan itu seharusnya membuatku takut.
Tapi, ternyata tidak. Hal itu malah membuatku bergairah.

.

.

.

Pandangan Namjoon menyapu hutan di sekelilingnya. Empat anjing pelacak berada di belakangnya, tidak lagi menggonggong seperti beberapa saat lalu.

Mereka kehilangan jejak Alteo.

Hutan ini berbatasan dengan rawa yang tembus ke sebuah jalan tua. Alteo tampaknya telah merencanakan segalanya dengan sempurna. Namjoon pikir, bom di dalam rumah itu pun sudah dirakit sejak lama.

"Teruslah mencari," perintah Namjoon pada pawang anjing pelacak. Namun dia tidak memiliki banyak harapan bahwa mereka akan menemukan sesuatu malam ini.

Aroma asap masih tercium kental di udara, dan ketika Namjoon kembali ke rumah Alteo yang kini telah berubah menjadi puing, dia melihat petugas pemadam kebakaran sedang berkumpul di lokasi.

Kapten telah dibawa ke rumah sakit beserta setengah lusin polisi lainnya yang juga mengalami luka parah.

Hongbin mendongak dan ketika dia melihat Namjoon, dia bergegas mendekatinya.

"Apakah hal semacam ini ada di dalam profilmu?" Tanya Namjoon menuntut.

Wajah Hongbin tampak pucat, "Dia menutupi jejaknya. Ledakan itu adalah sebuah keharusan baginya. Hal itu bukanlah—"

"Bukanlah polanya untuk membunuh." Tukas Namjoon, menyelesaikan kalimat yang ingin Hongbin ucapkan. "Jadi, apa yang akan dia lakukan selanjutnya? Dia menyerang Seokjin—"

Hongbin menoleh ke samping dan melihat Seokjin tengah duduk di belakang ambulans bersama seorang petugas medis yang sedang mengobati lukanya.

"Dan Seokjin balas menyerangnya." Ujar Namjoon tajam. Seokjin telah menembak bajingan itu, juga menyelamatkan Namjoon beserta anak buahnya. Seokjin jauh lebih kuat dari yang pernah disadarinya. "Kurasa hal itu sudah cukup untuk merusak teorimu, bahwa Seokjin terlibat dalam kasus pembunuhan-pembunuhan itu."

"Aku tidak berpikir jika Seokjin—"

"Kami sudah mengirimkan peringatan ke setiap rumah sakit." Potong Namjoon. Dia berbalik dan melangkah menuju Seokjin. Namjoon membenci ekspresi tegang yang terlihat pada wajah Seokjin, "Alteo terluka, jika dia pergi ke rumah sakit, kita akan segera mengetahuinya." Para polisi pun telah meningkatkan pencarian mereka di kota.

Ponsel Namjoon berdering. Dia menjawab panggilan itu tepat ketika dia berada di hadapan Seokjin.

"Kim Namjoon."

"Aku membutuhkanmu di kantor."

Namjoon mengerutkan kening. Itu adalah Jimin, dan suara pemuda itu terdengar bergetar.

"Aku masih berada di TKP. Kami belum selesai di sini—"

"Yoongi menghilang. Bajingan itu menculiknya!"

"Kau yakin?"

"Sangat yakin! Mobilnya masih berada di tempat parkir. Ban belakangnya kempes, tidak ada seorang pun yang bisa menemukannya." Namjoon bisa mendengar kemarahan dan ketakutan dalam suara Jimin. Semua orang cenderung berpikir jika Jimin adalah orang yang sangat terkendali, tetapi Namjoon tahu jika suatu hal berkaitan dengan Yoongi, pengendalian diri Jimin akan retak.

Cape Fear | NamJin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang