.

506 64 15
                                    

Sekali lagi aku terbangun dan menghadapi fakta bahwa semua ini nyata. Bahkan setelah sebulan lamanya aku masih belum terbiasa... Dan mungkin tidak akan pernah terbiasa. Sepertinya perkataan bahwa waktu dapat menghapus luka itu tidak berlaku untukku. Nyatanya seiring waktu berlalu, aku merasa tenggelam semakin dalam dan dalam hingga ke titik dimana permukaan itu tidak bisa lagi kulihat.

Aku terjebak. Tidak bisa bernapas.

Semua tentangnya menghantuiku... Sosoknya, bayangannya, dan semua hal kecil dapat membuatku teringat padanya. Seolah berusaha memojokkanku untuk mengakui kesalahanku.

Ya, aku telah salah. Aku tidak berpikir ulang dan lebih mengutamakan ego saat itu. Dan jangan kira aku tak menyesal setelahnya.

Kupikir ini yang terbaik. Kupikir aku sudah tidak memiliki perasaan apapun padanya. Dan kupikir keputusan baik untuk mengakhiri semuanya.

Kenapa aku baru menyadarinya sekarang...

Senyuman yang terpatri di wajahnya, aroma mint yang kerap kali tercium olehku, bagaimana helai pirangnya menari terterpa angin, dan perasaan diterima yang kurasakan ketika bersamanya.

Semua itu, aku telah menyia-nyiakannya.

Dan ketika aku menyadarinya... Semua sudah terlambat.

Aku tidak bisa begitu saja muncul dihadapannya dan mengatakan padanya untuk kembali.

Tidak. Tidak setelah semua yang kulakukan. Bahkan jika dia ada di hadapanku saat ini, kemungkinan aku hanya akan melarikan diri.

Lagi... Dan akan terus begitu...

Haha... Dasar pengecut... Bahkan tidak punya keberanian untuk bertanggung jawab.

Masih teringat olehku bagaimana semua depresiku ini berawal. Bagaimana manik citrine itu berkaca-kaca saat menatapku. Senyumannya yang terlalu dipaksakan kala itu tidak akan pernah kulupakan. Dalam tangisnya, dia tersenyum padaku. Senyuman yang terasa menyakitkan.

Dan aku berpaling dari semua itu. Membuat bayangannya terus memburuku. Tidak ada hari tenang dimana aku bebas dari perasaan yang seperti akan membunuhku ini.

Yahh, lebih baik jika itu bisa membunuhku saja sekalian.

Hanya jika saat itu aku mengahus air matanya, menariknya dalam pelukanku, akankah semuanya akan berbeda? Akankah dia masih di sampingku saat ini? Akankah kami mendapatkan hari-hari kami seperti dulu?

Huh, kenyataan yang sesungguhnya tidak seindah romansa novel kau tahu...

Mungkin seharusnya dari awal dia tidak bertemu denganku, dengan begitu dia tidak harus mengalami semua ini, dia tidak seharusnya terluka.

Aku hanyalah makhluk egois yang mengharapkanmu datang padaku seperti peri dalam dongeng dan menghapus semua kesedihan ini bagaikan itu hanya mimpi.

Oh sudahlah...

Aku benar-benar terpuruk sampai berharap seperti itu. Lagi pula peri tidak akan mendatangi peran antagonis.
.
.
.
.
.

Drrtt drrtt...

Suara bergetar yang berasal dari samping membuyarkan pikiranku. Sebuah pesan masuk. Sedikit malas, kuraih benda persegi panjang itu sekedar untuk melihat si pengirim pesan.

"Lagipula sudah pasti bukan darinya..."

... Tapi jika aku boleh sedikit berharap...

Sinar kebiruan dari handphone ku menjadi terlalu menyilaukan dengan ruangan gelap yang kutempati ini. Menyipitkan mata, atensiku menangkap nama si pengirim yang tertera di layar. Urata-san...

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang