*-----*
Kamu tahu apa yang aku suka dari hujan?
Bukan..
Bukan beribu-ribu air yang turun dan akhirnya membasahi daratan, atau bahkan cuaca lembab yang menghangatkan, apalagi kenangan mantan yang selalu saja datang tiba-tiba kedalam ingatan. Bukan itu semua. Melainkan aroma khasnya yang membuat aku merasakan ketenangan bagai di atas awan.
Aroma dimana air hujan menghampiri bumi dan membiarkan dia jadi tersenyum kegirangan karenanya, aroma dimana daun-daun bersorak ria dengan air yang memberikan kehidupan kepada mereka, aroma dimana air yang datang akan kembali menguap sampai akhirnya menimbulkan awan-awan lain yang akan menurunkan hujan yang lain pula.
Aku suka itu semua.
Tidak bisa kupungkiri, aku menyukai aromanya bukan tanpa alasan, aku menyukainya karena Ibuku pernah berkata jika aroma itu adalah aroma dari peri yang datang menghampiri bumi dan akan mengabulkan satu permintaan yang disebutkan saat itu juga.
Usiaku baru saja tiga tahun saat mendengar itu dari Ibuku dan setiap kali hujan turun, aku berteriak pada peri untuk meminta banyak permintaan. Saat mengingat itu kembali di usiaku yang sudah mencapai angka sembilan belas tahun, aku selalu saja terkekeh geli karena bisa percaya pada perkataan tak bedasar dari orang tuaku saat itu.
Jesus Christ!!
Jangan hina aku! Aku masih berumur tiga tahun saat itu. Anak berumur tiga tahun pasti akan percaya pada hal berbau peri serta keajaiban dan sihir kan? Atau mungkin hanya aku saja yang percaya? Ah! Tidak! Aku tahu kalian juga mempercayainya, bahkan mungkin mereka sampai sekarang sering berharap akan ada keajaiban dalam hidup mereka, persis sepertiku yang selalu berharap bahwa Ibuku akan kembali memelukku seperti saat aku masih percaya pada peri hayalannya.
Tak tahu sudah berharap berapa ratus kali kepada peri hayalan Ibu dan meminta semua kehidupanku kembali seperti empat tahun kebelakang, harapan itu hanya akan menghilang saat hujan tak kunjung datang.
Empat tahun sudah Ibu meninggalkanku bersama dengan Ayah serta dua saudariku.
Terakhir kali aku ingat, Ibuku sempat berpesan padaku untuk menjaga Adik-adikku serta Ayahku dengan baik. Tak tahu harus apa, aku hanya bisa mengangguk mengiyakan meskipun nyatanya aku justru jadi kakak yang buruk untuk kedua Adikku.
Sebagai anak pertama dari tiga saudara, aku merasa beban hidupku sangat berat saat ingat bahwa aku harus menghidupi kedua Adikku. Memberi mereka makan, menyekolahkan mereka sampai akhirnya sukses dan tidak lupa juga ditambah dengan mengurus pekerjaan rumah serta Ayahku yang semakin hari semakin menua.
Sembilan belas tahun masih terlalu muda untuk mulai memikirkan bagaimana caranya hidup. Mungkin, orang diluar sana sedang bersenang-senang menghabiskan uang orang tua mereka tanpa perlu menghawatirkan besok akan makan apa, atau bahkan mereka sedang sibuk mencari ilmu yang akan membuat mereka bisa diterima kerja dimana saja, atau mungkin menjalani hidup yang serupa denganku, dimana hidup dibawah tekanan beban yang akan membuat kepala terasa pening dengan seketika.
Pada dasarnya, aku akan tetap memita. Baik itu kepada Tuhan atau bahkan kepada peri yang kuragukan adanya.
Musim penghujan tiba. Setelah kemarin satu bulan kemarau panjang, pada awal bulan september ini Tuhan mengaruniai bumi dengan air hujan yang melimpah. Tak lupa memanjatkan syukur pada yang Maha Kuasa, aku meletakkan tanganku di dada dan mulai berdoa berharap agar Tuhan berbaik hati dan mendengar curahan hati sang pendosa dan mengabulkannya.
*- Petrichor, 2019 by Riska Pramita Tobing -*
Pergi mencari kerja setelah kehilangan pekerjaan lain yang sempat kulakukan untuk beberapa bulan terakhir, aku hanya bisa bersyukur saat teman Ayahku memberikan pekerjaan yang mudah bagiku, hanya tinggal duduk dan mengedit beberapa bagian dai novel dan aku akan mendapat uang dari sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor (COMPLETED)
Short StoryPetrichor adalah aroma alami yang dihasilkan saat hujan jatuh di tanah kering. Kata ini berasal dari bahasa Yunani, petra yang berarti batu, dan ichor, cairan yang mengalir di pembuluh para dewa dalam mitologi Yunani. Istilah ini dicetuskan tahun 1...