S1 2

1K 228 6
                                    

"Yuta..."

Tiba-tiba sebuah suara yang sangat familiar menyapa. Apa dia berhalusinasi lagi hingga terdengar suara Sicheng memanggilnya lembut?

Namun ketika ia memandang sahabatnya, Johnny menunjuk arah belakangnya dengan dagu. Seolah memberitahu jika ada seseorang yang ingin berbicara dengannya.

Sial.

Jadi bukan halusinasi?

Secara perlahan, ia menoleh. Maniknya langsung bertemu dengan iris terindah yang pernah ia lihat dan senyuman paling memikat yang pernah ada. Sicheng berdiri di samping meja makannya, menatapnya dengan raut yang tidak bisa ia baca.

Baru tadi pagi ia bertemu Sicheng dan berusaha lari darinya, kini ia malah dihadapkan dengan orangnya langsung.

Kenapa Tuhan menghukumnya sampai seperti ini?!

"...." Ia masih belum membalas, lebih baik menunggu Sicheng untuk memulai pembicaraan.

"Bisakah kita berbicara berdua di tempat lain?"

"C'mon bro. Get your man!" Johnny berbisik ditelinganya. Yuta ingin menolak tapi sahabatnya mencubit pahanya dengan keras.

Ketika ia telah memutuskan untuk mengikuti langkah Sicheng, ia bisa melihat Johnny mengangkat kedua tangannya untuk memberikan semangat. Bola matanya berputar malas. Ia tidak akan melakukannya.

Dia tidak akan meminta Sicheng balikan, lagipula kekasih Sicheng itu sangat tampan dan berkelas. Dia merasa sangat kecil jika bersanding dengan kekasih barunya itu.

Setelah merasa berdiri di tempat yang tepat, Sicheng berhenti. Cukup lama dan tidak berbalik untuk menatapnya sehingga Yuta bertanya-tanya ada apa dengan mantannya itu? Dia sedang menyiapkan skenario jahat atau apa?

Tapi rasa penasarannya seketika menghilang saat terdengar isakan kecil dan bahu yang bergetar.

Jantung Yuta terasa jatuh di lantai sekarang.

Apa Sicheng menangis? Kenapa? Apa dia putus dengan kekasih barunya?

"Kau... baik?"

Hanya ada isakan yang terdengar. Yuta sudah gatal sekali ingin mengulurkan kedua lengannya dan memberinya pelukan hangat, tapi ia sudah tidak berhak. Lagipula Sicheng pasti tidak menyukainya.

Mereka kan hanya... mantan. Teman juga bukan.

Butuh sekitar dua menit hingga Sicheng mengusap wajahnya menggunakan lengan hoddie-nya dan pemuda yang lebih tinggi itu berbalik untuk menatapnya. Ia terlihat sangat berantakan dengan bekas-bekas airmata. Yuta ingin sekali mengusapnya, sungguh. Ah, dunia sangat kejam padanya.

"M-Maafkan aku karena tiba-tiba menangis."

"Tidak apa-apa."

Kepalan tangan Yuta mengeras. Ya Tuhan, tidak bisakah dirinya menahan lima menit saja? Kenapa perasaannya terasa menguar begitu saja ketika mendengar Sicheng berbicara selembut itu?

"Apa yang ingin kau katakan?"

"I-Itu..."Sicheng menggigit bibir bawahnya, pandangannya tidakfokus. Ia terlihat sangat gugup dan takut dalam satu waktu. "A-Aku harus mengatakan ini karena inisangat mengganjal bagiku. Aku tidak bisa lagi menahannya, aku sudah muak."

Apa ini?

Apa Sicheng akan mengatakan bahwa selama ini dia muak karena telah menjalin hubungan dengan Yuta?

Apa dia adalah kesalahan terburuk Sicheng?

Apa dia kesini karena ingin menekannya hubungan sebatas mantan mereka?

Apa kekasih barunya, si Hendery itu cemburu karena berpapasan dengan Yuta tadi pagi?

Ya Tuhan.

Siapa yang mengira kalau dia akan bertemu mereka berdua di perpustakaan fakultas? Ia juga sudah bekerja keras untuk menghindari love of life-nya itu.

"....."

[☑]『 ɪᴍʏ 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang