Chapter 2

203 46 21
                                    

Previous story

"Apa kau tidak nyaman bekerja disini?" tanya Guanlin sambil menyuap makan siangnya. "Atau apartemenmu?" lanjutnya.

"Tidak juga. Aku tipe yang dapat beradaptasi dengan lingkunganku dengan cepat. Apartemenku juga cukup nyaman dan tenang. Aku selalu bisa tidur dengan nyenyak. Tapi..."

"Tapi?" lanjut Guanlin yang penasaran dengan kelanjutan cerita Daniel.

"Aku selalu bermimpi bertemu dengan seseorang. Dan orang itu selalu menyuruhku pergi. Kalau tidak..."

"Apa?" tanya guanlin yang semakin penasaran.

"... Dia akan membunuhku," ujar Daniel menghadap kearah Guanlin dengan wajah seriusnya.

.

.

.

Chapter 2

.

.

.


"HAHAHAHAA..." Guanlin tertawa dengan keras, sampai penghuni kantin secara otomatis menatapnya dengan tatapan terganggu.

Melihat teman kerjanya tidak ada tanda untuk menghentikan tawanya, Daniel berinisiatif untuk menyikutnya dengan cukup keras.

"Ouchh... Uhuk.. Uhukkk... Kau kejam sekali," lirih Guan yang memegang perutnya sambil menahan sakit.

"Kau mengganggu bodoh," ujar Daniel acuh tak acuh.

"Ayolah, itu hanya mimpi," senyum Guan kembali mengembang ketika mengingat apa yang tadi membuatnya tertawa terbahak. "Dan lihat ekspresimu tadi. Lucu sekali. Kau kelihatan bodoh- ampun," lanjut Guan cepat, melindungi kepalanya dari sendok yang akan dilayangkan ke kepalanya.

"Awalnya aku memang tidak menghiraukannya. Tapi itu terjadi seminggu berturut-turut. Dan itu mengganggu," balas Daniel dengan gusar. Dia lelah. Dia memang bisa langsung tertidur ketika tubuhnya menempel pada kasur. Tapi mimpi itu yang membuatnya tak tenang.

"Aku tau bagaimana cara menghentikan mimpi itu," ujar Guan. Kali ini dengan nada bicara yang serius.

"Bagaimana?" tanya Daniel penasaran. Berharap Guanlin dapat memberi jalan keluar.

"Kau, tak usah tidur."

BLETAK~

Sebuah sendok kini sukses mencium kepala Guanlin dengan indah.

"Ouchhh sakiiiittt~" si empunya kepala mengaduh kesakitan sambil mengusap-usapnya, berharap sakitnya berkurang.

Sementara pelaku tindak kekerasan segera melenggangkan kakinya menjauh dari tempat kejadian perkara, seolah tidak terjadi apa-apa.

.

.

.

Daniel merebahkan tubuhnya di kasur lipat. Selimut terpasang menutup badannya untuk menghindari dingin. Kedua tangan menyangga kepala dan mata menatap langit-langit apartemennya seolah ada sesuatu yang menarik disana.

Two Worlds - NielChamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang