By: @rizamars_
***
Syuting, pemotretan, dan rekaman adalah pekerjaan mutlak seorang artis papan atas, mereka dituntut memiliki segudang keahlian dan prestasi agar nama mereka semakin melejit. Tapi dibalik kesuksesan mereka dalam merintis karir, mereka harus rela di caci maki oleh netizen yang tidak suka dengan mereka. Anehnya, mereka hanya bisa menghujat lewat social media. Seperti yang diarasakan Shafiana Prilly sekarang, meskipun membaca kolom komentar dengan derai air mata, tapi dia terus membacanya. Dia memang pendatang baru, dan banyak yang menghujat kemampuannya dalam berakting.
Axel datang dari arah dapur, baru saja mengambil susu hangat yang baru saja ia buatkan untuk kekasihnya yang selalu mampir ke rumahnya seminggu sekali, "Shaf, udah sayang..." Axel mengelus pundak kekasihnya, satu tahun dekat dengan Prilly membuat Axel tau, bahwa Shafiana Prilly adalah orang yang keras kepala.
"Aku harus gimana Xel, aku bingung..." Axel menarik Prilly dalam dekapannya. Ia sendiri juga tidak tau menahu mengenai hal seperti ini. Axel sempat merasa, bahwa Prilly terlalu mencampuri perasaan saat menghadapi hujatan para hatters. Seharusnya Prilly sadar, bahwa hujatan tidak perlu dibaca, didengar ataupun dimasukan ke hati.
"Shaf, kamu harus tegar. Aku gak tau lagi harus gimana. Menjadi seorang artis adalah keputusan kamu, maka dari itu kamu harus bisa menerima semua konsekuensinya." Axel lebih suka memanggil Prilly dengan nama Shafiana. Biar beda dari yang lain katanya.
"Hati perempuan selembut kapas Xel, aku gak bisa berusaha untuk baik – baik aja." Prilly tetap menangis seenggukan dalam dekapan Axel. Dia masih tidak bisa menerima semua hujatan yang datang kepadanya.
"Kuatin hati kamu. Kamu buktiin ke mereka, bahwa kamu bisa menjadi hebat, tidak seperti apa yang mereka katakan." Selalu seperti itu, Axel seperti tidak mengerti perasaan Prilly. Dia memang bersikap dewasa layaknya seperti ayah dan bunda, tapi yang Prilly lihat dari Axel, Axel tidak pernah memberi saran – saran yang membuat hatinya yakin dengan Axel.
Prilly sudah mengenal Axel selama satu tahun, ia mengenal Axel berkat Nova, teman lamanya. Tapi semenjak ia menjadi seorang artis, Axel berbeda. Dia tidak se-menyenangkan dulu, dia bahkan enggan untuk mempublish-kan hubungannya di depan media, dengan alasan tidak ingin merusak pamor Prilly."Aku anterin kamu ke lokasi syuting ya..." Tawaran dari Axel mendapat persetujuan dari Prilly. Meskipun tidak ingin media tau tentang hubungan mereka, tapi Axel harus tetap mengantar Prilly, ini sudah malam, tentunya ia juga tidak ingin terjadi apa – apa terhadap Prilly.
Selama perjalanan mereka sama – sama diam, "Aku anterin sampai depan gang aja ya. Gak apa kan?" Kebetulan lokasi syuting Prilly masuk ke gang, dan hal itu sangat menguntungkan bagi Axel, ia tidak perlu memberi alasan lain agar Prilly yakin bahwa menyembunyikan hubungan ini didepan media adalah keputusan yang benar. Prilly mengangguk, menerima apa yang diputuskan Axel.
Sesampainya mereka di depan gang, Prilly turun tanpa mengucapkan apa – apa, begitupun dengan Axel, ia langsung berbalik arah dan meninggalkan Prilly tanpa sepatah katapun.
Disaat – saat seperti ini, Prilly semakin yakin, bahwa ada yang disembunyikan dari Axel. Hingga sebuah dering panggilan membuat ia langsung mengambil handphone yang ada di tasnya dan menjawab panggilan tersebut.
"hallo."
"Penghuni langit tidak akan pernah meninggalkan pijakannya . Begiut juga aku, aku tidak akan meninggalkan kamu. layaknya matahari meninggalkan langit ketika malam. Layaknya bintang meninggalkan langit ketika bulan bersinar dengan terang. Layaknya bulan meninggalkan langit ketika malam berganti dengan pagi."
"I-ini siapa?" Prilly mengernyit
"Aku ucapkan selamat malam, untuk kamu penerang pagi dan malam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejuta Rasa
FanfictionIni adalah kumpulan short story dari para penulis APL. Temukan kisah-kisah seru disetiap ceritanya