itu....Selalu menghindar

7.5K 73 6
                                    

Zul sempat dibuat melongo dengan sikap Lisa, perlahan lengkungan senyum terbingkai saat Zul menatap lama pintu sebelahnya. Jujur dia senang ternyata tetangganya itu tidak sejutek yang dia pikirkan, selama mereka bertetangga Zul beberapa kali sering berpapasan dengan Lisa tapi setiap Zul tersenyum atau sekedar menyapanya, respon Lisa selalu diam dengan wajah datar dan hm... lebih parahnya Zul sering memergoki Lisa buru-buru masuk ke kamar saat tak sengaja bertatap muka dengan Zul.

Zul sempat berfikir kalau Lisa membencinya dan itu membuatnya sedih, tapi Zul tak mau ambil pusing. Biarlah Lisa melakukan apa yang mau dilakukannya.

Zul juga tau kalau tetangganya itu juga bekerja dipabrik yang sama dengannya, namanya Lisa Dewiyanti kalau tidak salah Zul sempat melirik name tag di seragam cewe pendiam itu. Tapi tunggu--

Kenapa cewe itu memberinya makanan di waktu yang tepat? Seakan tau Zul sangat kelaparan sekarang, apa ini hari keberuntungannya?

Ah-Zul tak mau banyak berfikir dulu, perutnya sudah keroncongan minta diisi. Malam itu sudah dipastikan Zul bisa tidur dengan nyenyak dari rasa perih.

Jam dinding menunjuk angka 21:30, seperti biasa sebelum berangkat kerja Lisa pasti mengintip kamar sebelahnya, selalu mendapati penghuninya tertidur pulas dengan wajah damai nan polos. Bagi Lisa, acara intip-mengintip itu sudah menjadi kebiasaannya dan lagi dirinya seolah mendapat suntikan energi saat bekerja nanti, tak sabar ingin berjumpa lagi dengan Zul.

.
.
.
.

Suara Kokok ayam terdengar bersahut-sahutan, mengganggu Zul dari tidur nyenyaknya. Zul mengucek mata sebelum manik kelam itu terbuka perlahan mencari kesadaran. Hal pertama yang dilihatnya tak ubah dari langit-langit kamar yang catnya sudah banyak mengelupas. Mengulet sebentar me-rileks-kan diri sebelum bangkit ke kamar mandi, didalam sana Zul mengguyurkan tubuhnya dengan air dingin yang merembes sampai tulang, anggap Zul sudah kebal dari rasa dinginnya.

Setelah kesadarannya penuh, Zul bergegas mengganti pakaian dengan stelan seragam kerja. Diliriknya jam masih menunjukan angka 05:20 pagi, Zul mengambil wudhu untuk menunaikan sholat subuh. Alhamdulillah Zul pasti mengingat pesan emak-nya untuk menjaga sholat lima waktu. Begitu selesai Zul merapikan mukenah ke tempat biasa dengan rapih.

Klak!

Suara jeplakan rice cooker pertanda nasi yang dimasaknya sudah matang, Zul melipat kasur lantainya jadi 2 bagian dan menaruhnya di pinggir dengan rapih, apa yang bisa diharapkan dari kostan yang lebarnya hanya sepetak.
Seperti biasa Zul duduk bersila dilantai sembari melahap makanan seadanya, berlauk ikan tongkol dan oreg kering yang kemarin sore dibeli dan ikut dihangatkan untuk makan pagi.

Hidup sesederhana itu? Iya- yang rumit itu ego.

Disini Zul berusaha mensyukuri apa yang didapatinya. Zul menempati setiap barang yang habis digunakannya ke tempat biasa dalam keadaan bersih dan rapih. Jujur Zul tidak begitu senang mengurus rumah, hanya saja dia itu orangnya risihan.

Diliriknya jam dipergelangan tangan, 06:10. Saat Zul sedang memakai sepatu, dia mendengar suara jeplakan dikamar sebelah, mungkin tetangganya itu sudah pulang. Setahu Zul, Lisa kerja dibagian QC shift 3, berangkat jam 10 malam pulang jam 6 pagi. Berbeda dengan dirinya yang nonshift jadwal kerja mulai jam 07:00-15:00.

Zul memang berniat mengembalikan rantang tetangganya itu, sekaligus mengucapkan terimakasih sebelum berangkat kerja.

Tok tok tok

Diketuknya pintu kamar Lisa dengan sopan, membuat si mpu keluar hanya dengan balutan handuk ditubuhnya, mungkin dia tadi mau mandi tapi diurungkan saat mendengar suara pintunya diketuk.

Untuk beberapa saat keduanya saling pandang, ini pertama kalinya mereka bertatapan dengan waktu yang agak lama. Zul melihat raut wajah Lisa tersirat kelelahan, meskipun begitu parasnya tetap cantik. Dengan Bola mata besar dilengkapi satu set bulu mata lentik dan alis tertata yang indah, hidung mancung yang kecil bertengger manis diwajahnya, pipi tirus dan dagunya yang kecil.

Diantara mereka, Zul lebih dulu menemukan kesadarannya. Dengan bibir tersenyum, tangannya menyodorkan rantang bersih didepan Lisa. "Makasih ya makanannya tadi malem, nih rantangnya udah bersih udah gue cuciin."

Lisa tersenyum canggung, dan waw- Zul baru menyadari kalau perempuan itu mempunyai lesung pipi dan gigi gingsul, kesannya bertambah imut.
"Iyah, sama-sama. Thank juga udah dicuciin."

"Hm, oh ya-kenalin panggil aja gue Zul." Ucap Zul menyodorkan tangannya, memperkenalkan diri.

"Udah taauuu~" lagi-lagi Lisa tersenyum manis, membuat Zul terkesiap melihatnya.

"Ah!" Zul menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia jadi salah tingkah.

"Lisa." Lisa balik menyodorkan tangannya sambil cekikikan pelan, Zul menyambutnya.

"Senang berkenalan." Sambut Zul.

Mata keduanya terkunci, manik kelam keduanya menampilkan potret dihadapannya dengan penuh perhatian. Zul akan selalu mengingat wajah manis itu, Zul bisa merasakan kalau Lisa orangnya sangat ramah.

"Hm, ya udah gue mau sekalian berangkat kerja." Perkataan Zul direspon anggukan, "Udah lu sana mandi, bau tau gak." Tambah Zul mencoba akrab.

"Ya udah sana huzz huzz." Lisa membuat gerakan mengusir tanpa maksud jahat, Zul pamit.

Lisa masih memperhatikan punggung Zul yang kian menjauh, sedari tadi dadanya terus berdebar begitu keras, sampai-sampai Lisa khawatir Zul bisa mendengar debarannya.

.
.
.
.

Pabrik tempatnya bekerja tidak begitu jauh dari kostan, Zul hanya perlu menyebrang jalan dan naik angkot sekali bertarif Rp.2000 yang berhenti digerbang perusahaan.

Citttttttt!!!!!!!!!!!!

Suara gesekan ban motor dengan aspal terdengar nyaring ditelinga saat rem ditarik kuat-kuat dari kecepatan tinggi dipaksa berhenti mendadak.

Ditengah jalan Zul memejamkan mata nya seolah pasrah dengan keadaan, sebuah motor berhenti tepat dihadapannya. Entah karena Zulnya yang tidak hati-hati atau pengendara motornya saja yang sedang terburu-buru, yang pasti kecelakaan itu nyaris saja terjadi.

"WOI CARI MATI LU YA!!"  Teriak si pengendara dengan balutan seragam SMA, ditepikannya motor dipinggir jalan diikuti Zul berniat menyelesaikan masalah yang hampir terjadi tadi, lebih tepatnya mengadu argumen melimpahkan kesalahan.
"Kalo gak bisa naik motor gak usah gegayaan kebut-kebutan dijalan!! Lu sengaja mau bunuh orang hah?!" Zul geram juga.

"Eh-eh! Ada juga elu!!Jalan tuh liat-liat pake mata goblok, bosen hidup lu?!" Lanjutnya lalu mencopot helm yang ternyata seorang cewe, yang Zul akui meski masih sekolah wajahnya tak kalah cantik dengan Lisa.

"Eh neng, semua orang juga liat, jelas-jelas Eneng yang salah. Udah tau tadi banyak yang nyebrang eh Eneng malah ngebut aja." Ucap bapak-bapak yang tak jauh dari TKP membela Zul.

Zul melihat name tag yang tertera diserahkannya, bertulis Rina, kelas XII MIPA 3, dari SMA 25 Jakarta. Cewe itu seolah tak menerima kesalahan, jari telunjuknya dengan berani menuding wajah Zul.

"Urusan kita belum selesai." Itu kata terakhir sebelum cewe itu kembali menaiki motornya dan tancap gas dengan sengaja disamping Zul.

Sedari tadi Zul belum menanggapi, semua orang juga tau kalau orang itu yang salah tapi tak mau disalahkan. Tapi apa sih untungnya berdebat dengan bocah sekolah yang bahkan kontrol emosinya saja tidak stabil. Hmz, untung saja dia tidak tertabrak tadi. Nasib baik hari ini.

Gerombolan yang dadak berkumpul perlahan bubar dengan sendirinya, begitu melihat angkot tanpa buang kesempatan Zul menyetopnya, duduk manis sampai tempat tujuan.

Wajah songong bocah SAMA itu-Zul tidak akan melupakannya.

Bersambung....

KARMA ITU....LESBI (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang