Kedua

12 3 0
                                    

• R e m o r a - B a g i a n K e d u a •

Sudah hampir jam masuk sekolah dan Cakra masih belum menyempurnakan penampilannya.

Cowok itu sudah mandi, tapi masih mengenakan celana pendek dan tanpa kaus. Rambutnya masih sedikit basah dan handuk bertengger manis di bahunya.

Lantas, apa yang cowok itu lakukan saat ini?

Main Mobile Legends.

Ia sedang duduk di tepian kasur empuknya sambil sesekali mengumpat ketika wifi rumahnya bermasalah atau ada timnya yang menyebalkan.

"Anjir nyampah lu, Goblok!" umpat cowok itu.

Kini tubuhnya beranjak naik ke kasur dan mengambil posisi tengkurap ditemani dengan bantal berbentuk tokoh Monokurobo yang menjadi kesayangannya.

Sebenarnya bantal boneka itu bukan miliknya. Itu milik adiknya yang ia ketahui bernama Ara. Sayang, ia harus kehilangan adik manisnya dalam kecelakaan yang terjadi empat belas tahun silam.

Cowok itu tetap fokus memainkan ponselnya sambil menopang dagunya pada bantal tersebut. Namun, tiba - tiba layar ponselnya nge-lag dan berganti tampilan. Seketika itu juga ia membulatkan matanya.

Ayahnya menelepon!

Bukan perkara takut dimarahi ayahnya, Cakra justru khawatir akan permainannya yang belum sempat terselesaikan. Namun, dengan sedikit terpaksa tetap saja ia angkat panggilan itu.

"Apaan sih, Yah?" omel Cakra begitu ia menggeser tombol hijau.

Adriel terdengar berdecak di seberang sana. "Jam di kamar kamu rusak, ya?"

Spontan, Cakra menengok jam ke jam dinding di kamarnya dan mencocokkannya pada jam di ponsel.

Pukul 6 lewat 45 menit.

"Nggak rusak," jawab Cakra.

Tunggu..

"AYAH, CAKRA TELAT LAGI!"

Mungkin, sekolah lain akan membiarkan muridnya menentukan tempat duduk sendiri. Tapi, berbeda pada sekolah yang kini dijadikannya sebagai tempat menempuh ilmu.

Gadis yang selalu mengenakan hoodie berwarna maroon itu bersekolah di tempat yang mengatur tempat duduk murid tiap kelasnya.

Jadi, di masing - masing meja akan ditempel nama si penghuni tempat itu selama satu semester. Dan, mereka semua harus terima.

Termasuk gadis itu.

Sebetulnya ia tidak mempersoalkan masalah tempat duduknya yang ditentukan. Tapi, ia penasaran dengan siapa ia akan duduk semester ini.

Pasalnya, kemarin adalah hari pertama sekolah dan anak itu tidak muncul. Dan, perlu kalian ketahui bahwa dirinya tidak serajin itu untuk mengetahui nama tiap - tiap orang di sekolah ini.

By the way, sekarang jam pertama di kelasnya kosong dan ia bosan setengah mati.

Ia melirik nama yang ada di meja sebelahnya dan merapalkannya dalam hati sebelum ada sepasang kaki yang berhenti tepat di samping meja itu.

Dilihatnya cowok berperawakan tinggi, tubuh sedikit kurus, dan yang paling penting, gayanya selangit. Dari kesan pertamanya, ia rasa dirinya tidak begitu menyukai cowok itu.

"Gue Cakra," sapa cowok itu padanya, lalu duduk dengan santai. "Nama lo?"

Enggan menjawab, ia menunjuk label nama di hadapannya menggunakan dagu.

"Dara Kaia?" tanyanya retoris.

Gadis itu berdehem.

"Salam kenal Kaia," kata Cakra sambil menepuk pundak gadis itu.

"Dara," selanya. "Jangan panggil Kaia."

"Hm, oke Dara."

Lo cantik, sambung Cakra dalam hati.

Dasar playboy.

Biasanya saat jam istirahat seseorang membuka bekal mereka, makan bersama teman, atau mungkin pergi bersama ke kantin. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Dara.

Gadis berlesung pipi di sebelah kiri itu lebih nyaman membuka buku bersampul biru gelap yang selalu ia bawa kemana - mana untuk menuliskan sesuatu di dalam sana.

Tak lupa, ia memasang earphone berwarna hitam yang selalu berada di saku seragamnya dan memutar lagu - lagu kesenangan gadis itu.

Namun, ketika ia tengah sibuk menulis sesuatu di buku catatannya, tiba - tiba saja ada yang menyenggol tangannya dan membuat goresan panjang di sana.

Dara menoleh, dan mendapati Cakra tengah menatapnya dengan cengiran yang entah sudah berapa kali cowok itu tunjukkan di hadapannya.

"Temenin gue dong," ujar cowok itu memelas.

Dara menaikkan sebelah alisnya. "Ngapain?"

"Kantin?" kata Cakra dengan nada yang lebih terdengar seperti pertanyaan.

"Nggak suka," jawab cewek itu cepat.

Tepat sedetik kemudian, ponsel milik Dara bergetar dan dengan segera si pemilik keluar kelas untuk mengangkat panggilan tersebut.

Sedangkan Cakra, masih setia bergeming di tempatnya sambil mengamati barang - barang teman semejanya yang tergeletak begitu saja.

Dan, ada satu barang yang sangat menarik perhatiannya. Yaitu buku bersampul biru milik Dara yang masih terbuka di atas meja.

Diam - diam Cakra meneliti sekeliling, dan dalam sekejap benda persegi panjang itu telah berpindah ke dalam tasnya dengan risleting tertutup rapat.

Lo bikin gue penasaran, Dara.

F O L L O W

Instagram : @coretansemesta_
Twitter : @coretansemesta_

Jakarta, 12 Februari 2019

RemoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang