0% - Prologue

261 45 1
                                    

Waktu itu bulan Maret, ketika Lai Guanlin pindah ke Korea untuk mulai bersekolah di sana.

Waktu itu bulan Maret, ketika Lai Guanlin duduk bersantai di tengah hujan dalam sebuah kafe.

Waktu itu bulan Maret, ketika Lai Guanlin tidak sengaja bertemu dengan pemuda manis bernama Ong Seongwoo yang berusia beberapa tahun di atasnya.

.
.
.

Tahun berikutnya...

Waktu itu juga bulan Maret, ketika Ong Seongwoo mulai merasa bahwa Lai Guanlin sudah sama seperti adiknya sendiri.

Waktu itu bulan Maret, ketika Lai Guanlin mulai merasakan sesuatu yang lain dan menyatakan perasaannya pada Ong Seongwoo.

Waktu itu bulan Maret...

.
.
.

"Hyung," panggil bocah tanggung itu pada seseorang yang lebih tua darinya.

Yang lebih tua hanya membalas, "hm?"

"I think... I like you. In romantic way."

Sesudahnya hening.

Ong Seongwoo dan Lai Guanlin membiarkan bunyi hujan deras itu mengisi keheningan untuk waktu yang cukup lama.

Lai Guanlin? Saat ini ia masih diam, menunggu respon dari lawan bicaranya.

Ong Seongwoo? Saat ini, ia tak mampu berujar. Lidahnya kelu.

Sampai jam tua yang terletak di salah satu sisi kafe berdentang lima kali, keduanya masih diam.

"Gua... kecepetan, ya?" Yang lebih muda membuka suara.

Seongwoo tersenyum simpul. Menurut Guanlin yang baru akan duduk di kelas dua SMA, itu bukanlah jawaban.

Oh, hey! Seongwoo bukan diam tanpa alasan. Ia sedang berkecamuk dalam pikirannya. Lai Guanlin yang sudah ia anggap adik itu mengacaukan isi pikirannya.

Okay, Seongwoo memang masih menjomblo saat ini. Bukan karena tidak laku, dirinya memang murni ingin sendiri. Sudah dua tahun lamanya ia tidak menjalin hubungan apapun. Dan, separuh dari masa jomblonya itu ia habiskan bersama Guanlin yang memang tinggal di dekat kafe tempat ia bekerja.

Seongwoo menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ah, sungguh..."

"Hyung butuh waktu?" tanya Guanlin lagi.

"Sebenarnya aku sudah menganggapmu seperti adik sendiri," ujar Seongwoo tiba-tiba.

Guanlin menatap Seongwoo dalam-dalam. "Jadi apakah ini sebuah penola..."

"Aku belum menyelesaikan kalimatku, Lai Guanlin," tegur Seongwoo kalem.

Guanlin sedikit menunduk. "Oh, oke."

Seongwoo mengetukkan jemarinya di atas meja kafe. Lalu, ia menghela napas pelan. "Aku tidak yakin kamu benar-benar menyukaiku seperti ini, Guan..."

"Gua serius, hyung," potong Guanlin dengan sorot matanya yang menunjukkan kesungguhan.

'Dasar keras kepala,' batin Seongwoo. Untuk yang kedua kalinya, ia kembali menghela napas.

"Hyung tidak mau?" tanya Guanlin sekali lagi.

"Aku belum menjawab, bersabarlah kalau memang mau memberikanku waktu," balas Seongwoo pelan.

Kali ini Guanlin diam saja. Ia memang tidak sabaran. Kakinya mulai dihentak-hentakkan pelan ke lantai.

Seongwoo masih bergelut dalam isi pikirannya sendiri. Sampai akhirnya...

"Oke, sekalipun aku menganggapmu sebagai adik, aku merasa tidak bisa kehilanganmu," ucap Seongwoo. "So... wanna give it a try?"

.
.
.

Waku itu bulan Maret, Ong Seongwoo telah memilih pilihan yang akan sangat ia sesali nanti.

.
.
.

To be continued

|[ March ]| - OngLinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang