Kelas yang terkesan sejuk dan tenang dipecahkan oleh kehadiran seorang pelajar baru. Dia berkulit seputih es krim vanilla, dengan paras cantik dan iris sebiru laut lepas. Rambutnya yang diikat ponytail menyisakan poni di atas kelopak mata menambah paras cantiknya. Tubuh idealnya menyesuaikan seragam sekolah formalnya.
Di depan kelas, di depan teman-teman barunya ia membungkuk, kembali berdiri tegak memperkenalkan dirinya dengan sopan santun. "Namaku Katakura Hamiya. Aku pindahan dari Sapporo. Senang berkenalan dengan kalian. Mohon bantuan dan kerjasamanya."
Seruan pun berlangsung cukup lama. Banyak yang menanyakan hal tak penting menurut Hamiya. Tapi satu orang menarik perhatian gadis pemilik iris biru laut ini. Sosok bersurai coklat cerah pendek yang duduk di pojok belakang dekat jendela, memalingkan wajah mulusnya menatap pemandangan indah di luar sana dengan cueknya. Iris hitamnya menatap intens pada burung-burung yang beterbangan ke sana kemari, walaupun terhalangi oleh kacamata bulatnya.
Dia sama sekali tak memerdulikan kehadirannya.
Sosoknya menarik perhatian Hamiya untuk segera mendekatinya dan menjadi teman, bila perlu Hamiya jadikan dia sebagai sahabat pertama.Segera Hamiya duduk di bangku kosong, yang kebetulan bersebelahan dengan sosok yang Hamiya lihat. Hamiya mengedarkan pandangannya ke sekitar. Semuanya baik-baik saja.
Hamiya sangat antusias untuk berkenalan dengan si tampan di sebelahnya. Ia mengerling sedikit, tampak dia masih tak acuh terhadap lingkungan sekitarnya. Karena sisi cueknya lah yang membuat Hamiya berkeinginan untuk bergerak menyapanya.
"Hai!" Hamiya berbisik seraya melambaikan tangannya. Wajah cerianya kian cerah setelah senyum memukaunya ia sunggingkan. Ya, memang kian cerah, tidak dengan orang yang disapanya. Dia hanya mengerling, dan tersenyum dingin. Sudah dingin singkat pula dia meresponnya.
Sekali lagi, sisi cueknya yang Hamiya sukai.
Hamiya bertekad menulis sebuah kalimat di lembaran kertas binder. Ia menulis panjang lebar, kalau perlu pakai tinggi. Kini pikirannya hanya satu, hanya pada sosok tampan yang Hamiya sapa. Ia meremasnya dan melemparkan tepat ke meja si tampan.
Semoga dia membacanya, batin Hamiya berharap. Ada orang yang mengatakan bahwa Tuhan akan senantiasa mengabulkan permohonan para hamba-Nya. Namun sepertinya tidak berlaku untuk gadis periang ini.
Rupanya dia menepis benda yang dikira sampah itu. Ah, sungguh disayangkan. Tapi entah kenapa sifatnya sungguh mengajak Hamiya untuk menaklukan si hati beku itu.
Misi Hamiya adalah mengenal si tampan lebih dekat.
Waktu tak terasa melaju cepat, dan tak sadar bel istirahat sudah berdering. Semua teman sekelasnya menghampiri bangku Hamiya, di mana sang pemilik bangku itu masih asyik menulis materi-materi lawas. Di situ pula Hamiya tak bisa melihat ke mana si tampan itu pergi. Berat juga cara agar bisa menaklukkan si tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MonoLinear✔
Short StoryKatakura Hamiya, gadis terlahir sehat tanpa cacat sedikit pun menemukan sebuah momen tak terlupakan di sekolah barunya. SMA Oshuu, sekolah di mana semua pelajar, baik pelajar normal maupun pelajar berkebutuhan khusus diperbolehkan menimba ilmu. Di...