1

1 0 0
                                    

25/09/2005
"  My Dear,

Ghania, saya tidak pernah mengerti apa itu cinta, bagaimana itu sayang, dan kamu hadir membawa keindahan. Jangan ditanya, sebesar mana cinta ini mengalir, bilang saja lebih besar daripada ombak yang biasa kita datangi saat melihat sunset. Saya disini tidak baik baik saja, jangan khawatir, ini hanya masalah rindu. Dengan segera saya akan pulang untuk bertemu. Tapi takdir berkata lain, saya disini disibukan dengan berbagai masalah hati, bukan hanya sekedar masalah perasaan, tapi ini bercabang kemana mana.

Ghania,  maafkan saya kalau memang kamu ingin berpindah hati, jangan sampai saya tau, karena itu membuat saya tidak ingin cepat bertemu. Semakin sakit hati saya karena merindu apalagi melihat kamu bersama dengan orang lain. Saya mengatakan ini bukan untuk kamu tau, tapi ingin kamu mengerti saya. Jangan katakan saya kejam, saya pergi bukan untuk meninggalkan kamu dan membuat kesedihan yang berkepanjangan, disini, saya berjuang untuk masa depan. Tapi ingat, saya mencintaimu.

Tertanda, Ghandi   "

Menetes air mataku membaca surat pertama dan mungkin terakhir dari ghandi, karena dia sudah memperjelas semuanya. Terkadang memang benar adanya bahwa hatiku ini sering terguncang karena ketidakhadiran ghandi disisiku saat ini. 

---------

Setiap harinya aku hanya melakukan kegiatan yang membosankan dan berulang ulang. 

"eh, ngelamun aja, mikirin apa ghan?"

"ngak aku cuman pingin tau aja sekarang ghandi lagi ngapain"

"yaampun ghan,  udah deh,  kamu itu gak usah mikirin sesuatu yang ga jelas, mending kita cari makan yuk, laper nih" 

tangan Kanza menarik tanganku untuk makan siang dan melupakan kerinduan hari ini.  

"oh oke" 

Disini aku mau ceritain sedikit tentang Kanza, dia adalah sahabatku dari pertama kali masuk di dunia perkuliahan, sejak awal memang Kanza yang paling bisa membuat aku merasa terbantu karena semua pertolongannya, mulai dari pengalaman anak kos, dan bagaimana caranya hidup dengan uang 10000 rupiah, satu lagi, dia mengajarkanku cara jitu agar tidak jones alias jomblo ngenes, tapi cara ini percuma, aku tidak akan mengkhiati Ghandi dengan cara mudah, Kanza terbaik.

setelahnya kita sampai di Mak Ti, kita langsung menduduki kursi di meja bagian pojok seperti biasanya, Mak Ti itu tempat untuk memuaskan para penghuni perut yang paling terjamin harga dan rasanya, ya..., jodohlah untuk kantong anak kos.

"kamu pesen apa nih" tanya Kanza

"like usually aja, Mi goreng kremes dan 1 es teh ya mak, kmu za?"

"sama aja deh"

"oke, 2 ya mak"

Aku adalah anak perantauan yang bisa dibilang paling minimalis, karena semua yang aku lakukan, aku pakai, pasti apa adanya, meski aku dan Kanza memiliki latar belakang yang berbeda, dia tidak pernah sama sekali merendahkanku. 

"Ghan, udah deh, ini saatnya kamu moving on"

"kmu udah tau pasti jawabannya"

"come on..., kamu yakin ghandi bakalan cinta terus sama kamu?"

"Za.. pls, ini bukan saatnya kita main tebak tebakan"

"ya tapi kamu jadi suka ngelamun gini kan jadinya"

"aku bakalan nyamperin dia ke New York"

"hah? serius?"

"doain ya" sambil aku memegang tangan kanza untuk meyakinkan dia.

"hemmm, terserah kamu deh" Kanza senyum dengan tidak ikhlas.

"ini mbak mie sama estehnya" 

Mak Ti datang tepat waktu.

"makasih mak" kataku.

"ghan, apapun yang kamu lakuin, aku dukung"

aku hanya membalas dengan senyuman.

sebenarnya yang dikatakan Kanza tadi benar, aku tidak bisa  hanya diam saja disini menunggu kepastian ghandi yang selama ini tidak memberikan kabar, i have to moving on. tapi sebelum itu, aku akan memastikan ghandi masih benar benar mencintaiku, karena itu aku akan mendatanginya, tunggu aku ghandi, mungkin kamu kaget, atau bahagia, saat aku disana aku bisa tau bagaimana ekspresi kamu saat melihatku datang.


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 20, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

YellowWhere stories live. Discover now