Prolog

67 6 1
                                    

Angin berhembus pelan, memainkan pemilik rambut coklat yang sedang duduk di taman. Gadis itu tak peduli dengan hembusan angin yang terus membuat rambut coklat sang gadis sedikit berantakan.

Daun-daun sudah mulai menguning, menandakan musim gugur telah tiba. Sepasang mata berwarna amber, menatap nanar pada langit yang sangat indah pada hari itu.

Tuhan..

Apa salahku?

Tidak cukupkah kau merebut orang-orang terkasihku?

Mata gadis itu mulai basah. Perlahan air mata mengalir di pipinya. Pandangannya turun, melihat sebuah kotak berwarna merah muda yang ia pegang sedari tadi. Sudah seminggu tak dibuka kotak pemberian orang terkasihnya. Laki-laki yang sudah seminggu meninggalkannya tanpa pamit.

Dibukanya kotak itu, secara perlahan. Tangannya gemetar menyentuh benda berkilauan. Benda yang sangat disukai oleh bangsa wanita. Sebuah kalung rantai dengan liontin cantik berbentuk daun. Gadis itu terisak, menahan sesak di dadanya.

Untuk apa kau memberi ini jika kau meninggalkanku?

Batinnya terus bertanya-tanya. Tangisnya semakin menjadi-jadi. Tak mempedulikan orang-orang ynag berlalu lalang, menatapnya aneh. Tatapan matanya tak sengaja melihat kertas di dalam kotak yang masih ia pegang. Membuka lipatan kertas, perlahan. Tertera tulisan yang sudah sangat dihafal gadis bermata amber.

Tersenyumlah

Tunggu aku. Aku akan kembali


Cinta Selalu Menyediakan Air MataWhere stories live. Discover now