Pagi itu, suhu udara di kota Tallinn mulai menurun. Menandakan musim semi akan segera berakhir. Orang-orang berlalu lalang, sudah mulai memakai baju yang lebih hangat. Kota Tallinn merupakan ibukota Estonia yang dikenal dengan keindahan kota tuanya. Kota Tallinn memang sangat indah, sama indahnya dengan seorang gadis yang sedang berjalan pelan. Gadis itu terlihat sangat lemah, dapat dilihat dari caranya berjalan, Setiap langkah kakinya, dapat membuatnya jatuh jika keseimbangannya tidak terjaga.
Dan benar saja, saat ia melangkahkan kaki kanannya, ia terjatuh. Gadis itu langsung bangkit dan berjalan sama seperti sebelumnya. Melangkahkan kaki dengan langkah yang tak berdaya, sangat lemah. Tak bisa dipungkiri sorotan matanya yang menatap kosong.
Langkah kakinya berhenti di sebuah toko kue. Dengan sisa tenaga yang ada, membuka pintu toko dengan sekuat tenaga. Pemilik toko kue yang merupakan teman dekat gadis itu, langsung membukakan pintu dari dalam, melihat temannya kesulitan membuka pintu.
"Ada apa denganmu?", tanya teman gadis itu, selagi menuntun berjalan ke meja kecil, tempat kesukaan mereka berbincang.
Mata gadis itu mulai berkaca-kaca, memberanikan diri menatap temannya.
"Anne, katakan sesuatu. Ada masalah apa?", tanyanya lagi.
"Sepertinya kau belum sarapan. Kubuatkan kau teh hangat dan roti ya. Tunggu disini. Jangan kemana-mana!", perintah temannya, berlari kecil menuju dapur.
Tangan Anne bergetar. Cemas, sedih, dan kecewa yang kini ia rasakan. Tak ia sangka, hal yang ia harap dapat membuatnya bahagia, tidak sesuai yang ia harapkan.
Aroma roti menyeruak, mulai tercium oleh indra pencium Anne Marleen. Anne menoleh, melihat Gerda, teman yang selalu mendengar keluh kesah Anne. Anne tidak menyangka ia mempunyai teman yang begitu baiknya, jujur, selalu mendukungnya, dan yang paling Anne senangi dari Garde adalah tidak menusuknya dari belakang. Karena itulah yang sering dialami Anne semasa hidupnya, selalu bertemu orang-orang picik.
"Harus dimakan habis!", perintah Gerda selagi menaruh sepotong roti dan segelas teh hangat.
Anne menatap sepotong roti di hadapannya, hanya dilihat, taka da keinginan untuk menyentuhnya. Matanya mulai berkaca-kaca, kemudian menunduk, tak kuat dengan derita yang ia pikul. Gerda menyentuh tangan Anne, memberikan pesan secara tidak langsung kepada Anne bahwa ia selalu berada disisi Anne.
"Hiks... Robert...", Anne berusaha menahan air matanya, tidak ingin membuat kericuhan di pagi hari.
Anne mengambil ponsel yang berada di dalam tas kecil berwarna ungu. Menggerakan jarinya, menulis pola kunci layer ponsel, dan mencari suatu gambar. Diserahkan ponselnya kepada Gerda. Gerda tersentak, berpindah tempat duduk yang tadinya berdapan dengan Anne, menjadi di sampingnya. Memeluk Anne, mengelus punggungnya.
"Kenapa aku mendapat hal buruk lagi ya Gerda?"
"Disaat aku kira sudah waktunya aku merasakan hal bahagia. Kenapa hal-hal buruk selalu dan selalu menimpa diriku Gerda"
Gerda menarik nafas dalam, mencoba menenangkan diri karena ia juga merasakan sedih yang dirasakan Anne.
"Tidak hanya kau saja yang merasakan pahitnya kehidupan. Semua makhluk di muka bumi ini juga merasakannya. Kau harus lebih kuat lagi".
Anne melepaskan pelukan Gerda, terlihat amarah pada sorot mata Anne.
"Aku tahu hal itu. Tapi ini sangat sulit aku terima. Bertahun-tahun aku mengalami masalah, tidak hanya urusan cinta tetapi juga ekonomi, keluarga, dan juga teman.".
Anne mengambil ponsel yang sedari tadi di genggam Gerda.
"Dan foto ini. Foto lelaki yang sangat gue sayangi sedang bersama wanita lain".
Anne kembali melirik layer ponselnya. Ia terisak, memegang dadanya yang terasa sesak
Kenapa
Kenapa kau tidak ingin membuatku bahagia ya Tuhan
Sudah bertahun-tahun harapan itu hilang
Disaat aku merasa aku sudah menemukan kebahagiaanku
Kau curi lagi kebahagiaan dariku
Tidak pantaskah aku berada di dunia ini
Anne beranjak, melangkahkan kaki berniat untuk keluar dari toko Gerda.
"Hei, kau mau kemana?", Anne tidak mengubris pertanyaan Gerda, kakinya terus melangkah ke pintu.
"Berjalan saja kau tak kuat Anne. Istirahatlah sebentar disini, atau setidaknya habiskan dulu rotimu supaya kau punya tenaga". Gerda menarik tangan Anne pelan, bermasuk untuk menyuruhnya memakan rotinya.
"Aku butuh udara segar Gerda, mungkin dengan berjalan-jalan di pagi hari dapat mengurangi rasa sedihku"
"Setidaknya habiskan rotimu dulu, baru kau boleh keluar", Anne menghela nafas berat.
"Baiklah, tolong bungkuskan saja rotinya. Aku akan makan roti itu diluar".
***
Banyak mata yang menatap tajam Anne. Anne berjalan terhuyung-huyung, berkali-kali menabrak orang-orang yang berjalan berlawanan dengannya. Mata gadis itu tidak menunjukkan kehidupan, melainkan kesepian dan dingin yang terpancar oleh mata cantiknya.
Mata amber yang dimiliki Anne Marleen, sebenarnya adalah mata terindah yang dimiliki manusia. Tetapi karena begitu kuatnya cahaya dari mata Anne ditambah kesan dingin yang terpancar oleh aura Anne Marleen. Orang-orang bergidik ngeri melihat keadaan Anne Marleen. Mara Anne Marleen berwarna emas dan kekuningan yang kuat dengan warna tembaga mirip dengan yang terlihat di mata serigala. Mata yang sangat langka, dan hanya segelintir orang yang mempunya mata berwarna amber. Bahkan orang tua Anne tidak memiliki mata berwarna Amber.
Anne tersandung dan menyebabkan tubuhnya terjatuh mengenai tubuh orang yang tidak sengaja ditabrak oleh Anne. Lebih tepatnya posisi Anne tak sengaja memeluk, lelaki yang tak sengaja ditabraknya. Anne membenarkan posisinya, mendonggak menatap wajah lelaki dihadapannya, ingin meminta maaf. Anne mulai membuka mulutnya, berusaha mengucapkan sesuatu.
Lelaki itu tersentak melihat Anne Marleen.
Brakkkk
Tubuh Anne jatuh dan kembali memeluk. Lelaki itu mengangkat tubuh mungil Anne dengan sekali gerakan. Ditatapnya wajah Anne yang terlihat sangat kelelahan
Mata Amber itu
Akhirnya aku menemukannya
YOU ARE READING
Cinta Selalu Menyediakan Air Mata
RomanceTuhan... Tidakkah kau lelah selalu mengujiku Memberiku cobaan Tidak bisakah kau kasih cobaanmu kepada orang lain Jangan kepadaku terus menerus Ku mohon Pintaku hanya satu Tolong buatlah suatu keajaiban Hanya satu keajaiban Aku hanya ingin bertemu de...