Part 1

160 19 6
                                    

Denting jam terdengar sempurna dengan kebosanan yang sudah diambang. Kelas hampir berakhir tapi bahkan waktu seperti berjalan mundur. Dosen wanita berusia hampir kepala lima itu menjelaskan dengan begitu santai seolah mahasiswanya melebarkan mata dan telinga untuk mendengarkan materinya padahal dirinya hanya berkutat pada cermin yang sengaja ia pajang di meja.

Mengerling setiap pantulan dirinya nampak pada cermin antiknya seakan menggilai wajah keriput yang selalu ia tambal dengan produk kecantikan ratusan ribu won namun nyatanya tambatan hatipun masih enggan menghampirinya.

Sepuluh menit menjadi saat-saat seperti di neraka ketika masa penantian surga mulai mengintip dibalik pintu. Namun hal itulah yang menjadi menarik dimana penantian tak akan berakhir menyedihkan seperti penantianku setahun yang lalu. Ah bahkan ingatannya masih menggenang memenuhi sudut otak, jadi kenapa tuhan belum menyingkirkannya? Dengan penantian lain misal?

Lamunan akan masalalu seketika teralihkan dengan pintu kelas yang terbuka tiba-tiba terbuka menampilkan sosok seonsangnim senior dan wujud lain mengikutinya dibelakang yang bahkan masih sama setelah sekian lama.

Kedua dosen senior berbicara namun tatapanku terpaku dengan raga yang mulai menegang. Tatapan matanya menembus mataku dengan seringaian menyertai. Setelahnya seonsaengnim meninggalkan kelas dan seorang pria yang masih mematung menunggu untuk dipersilahkan masuk.

Izin telah dilayangkan seketika tungkainya melahkah mendekati meja kosong yang sialnya tepat berada di belakangku. Tak ada perkenalan seperti di sekolah menengah kami di bangku perkuliahan memiliki jadwal kelas yang berbeda membuat tatapan tanya seisi ruangan tertuju pada eksistensinya.

"Annyeong... jihyun ssi?" Sapanya yang bahkan mulai membuatku meremang.

"Bahkan tubuhmu sangat mengenaliku, jadi kenapa kau mengabaikanku?"

Mataku masih berfokus pada yuri saem yang melanjutkan penjelasan materinya dengan isi otak yang berserakan berusaha mengalihkan pikiran yang ada.

"Jangan keluar kelas sebelum kuizinkan atau hal yang sama di masa lalu akan terulang"

Lemas. Pandanganku buram. Bahkan yang terakhir kali kulihat adalah seringai iblisnya sebelum hitam merenggut penglihatanku.
.
.
.

Yoongi POV

Akhirnya kehidupan berhasil ku raih lagi. Menginjakkan kaki di universitas ini, membawa harapan akan terajutnya cerita baru yang kuharapkan menghapus kesan lama.

Pikiran bahkan ragaku tak mampu lepas darinya, setelah 3 tahun kematian dan kekacauanku akhirnya terselesaikan, bekas ini harus segera diperbaiki. Hanya dia, wanitaku, satu satunya yang mampu. Tapi, apakah dia sudah menyelesaikan kematiannya sendiri. Matanya bahkan tak mampu untuk sekedar bertubrukan dengan manikku.

Langkahku mendekat kearahnya dengan tatapan yang bahkan seperti menelanjangi. Haus akan segala yang ada pada dirinya. Dia berubah, ada yang salah. Kenapa kehadiranku begitu mengintimidasinya? Luka itu apakah masih menganga untuknya?

Ku mohon tuhan, bantu aku sekali lagi. Jika kau berhasil membangunkanku dari kematian lalu. Bawalah ia kembali ke kehidupannya juga. Bersamaku.

.
.

"Bahkansalju pertama ini memancarkan pias cahaya ayumu sayang"

"Kau adalah neraka bagiku, tapi cinta yang kau tanam penyembuh utama"


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EnchantressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang