(1)

24 1 0
                                    

Waktu di tangannya terus saja bergulir, menandakan ia semakin terlambat untuk masuk kelas. Namun, badannya tetap tak bergeming dari satu tempat. hanya kepalanya yang selalu melihat kanan dan kiri. Deru motor dan mobil yang berlalu lalang di depannya membuatnya enggan untuk melangkah menyeberang jalan padahal ia tahu dosen sudah menunggu di dalam kelas. Saat keadaan mulai lenggang dia mulai berjalan, namun baru satu langkah dia tapakkan, suara klakson motor mengagetkannya hingga ia mundur ke belakang tanpa melihat apa yang ada di belakangnya. Alhasil, terinjaklah kaki seseorang yang berdiri tepat di belakangnya.

"maaf" itulah yang bisa terucap dari bibirnya yang kecil. Raut mukanya mulai memucat dan tangannya gemetar karena traumanya meradang.

Menit berlalu. Sudah banyak orang yang menyeberangi jalan namun dia tak menggerakkan kaki selangkah pun. Tiba-tiba, terasa genggaman kuat yang merangsang di setiap sela jemarinya. Kemudian menggandengnya menyeberangi jalan bersama di antara lalu lalangnya kendaraan.

"aman kan?" kata laki-laki yang menggandengnya menyeberangi jalan sambil berlalu meninggalkannya. Hangat genggamannya yang masih terasa di sela jemarinya.

"terimakasih" teriaknya sambil mulai berlari menuju kelas yang sudah terlalu lama ia tinggalkan.

----

"kemana aja Vin?" tanya sahabat sejati Vina yang sedari tadi duduk resah menunggunya

"jalanan ramai Ke!" jawabnya berbisik

"bukannya kamu jalan kaki? masalahnya dengan jalanan?"

"kamu kan tahu sendiri aku takut nyebrang."

"hmhhh.. kamu tu ada-ada aja. punya trauma kok takut nyebrang. Terus tadi gimana kamu nyebrang?"

"ada yang megang tangan aku terus nyebrang bareng."

"What? siapa? kok bisa? cie...cie"

"ssttt.. itu yang di belakang suaranya!!" Pak Zainuddin memecahkan obrolan mereka yang terlalu mengganggu konsentrasi kelas.

---

Mata kuliah statistika memang bikin sakit mata. Rumusnya yang "njlimet"  membuat kepala jadi pusing tujuh keliling. Tapi semua itu akan terasa sirna bagi Vina dan Rike ketika mereka sudah tiba di warteg Bi Inem.

"Ke, Ke... kayaknya orang yang tadi narik aku!" Vina menunjuk salah satu orang yang sedang berjalan masuk ke arah kantin

"serius dia? itu kan kak Fariz anak TI?? kamu nggak kenal?" Rike menyahut pasti

"kak Fariz? Bukannyadia...."    

bersambung ..

hai semua,,, semoga tertarik ya baca cerita ini.. 

soalnya aku orangnya yang takut banget buat publish suatu karya kayak gini

tapi ini diberani-beraniin, biar yang ada di otakku ni tersalurkan. 

semua tokoh ini khayalan gaes,,,, 

tapi di part ini trauma yang dialami Vina sama kayak penulisnya. 

tragedi kecelakaan 4 tahun silam buat penulisnya nggak berani buat nyebrang jalan. 

sooo..

happy reading

wish you enjoy my story

endlessly loveWhere stories live. Discover now