Berawal dari pertengahan Juli 2018..
Aku tersentak tak tahu harus ikut bahagia atau khawatir. Dua garis merah pada foto testpack yang kamu kirimkan ke aku pagi itu.
Kamu jauh di sana, ribuan mil di sebuah negara yang amat sangat ingin kukunjungi sekali seumur hidup. Negeri asal kekasihmu, Negeri para matador, dimana orang berucap dengan cepat dengan bahasa negaranya yang terdengar seksi di telinga.
Kamu hanya bilang padaku.. "Mbak, aku blank"
Apalagi aku...
Esok harinya kamu pertegas lagi dengan dua testpack yang berbeda dan sama-sama menunjukkan hasil bahwa di dalam tubuhmu tumbuh satu sosok impian kekasihmu dan keluarganya.
Bukan accidentally,
Aku tahu, kalian merencanakan ini matang-matang.
Terlepas bagaimana ombang-ambing perahu kalian selama ini saat mengayuh dayung bersama.
Demi mendengar, "Momma dan dia bahagia sekali, mbak.."
Kamu pun tersenyum saat mengucapkannya. Aku bisa apa selain ikut bahagia. Mungkin lebih bahagia aku daripada kamu sendiri.
Aku membayangkan sosok mungil yang akan menemanimu, menguatkanmu saat kekasihmu itu berulah menyakitimu berulang kali seperti adanya selama ini.
Aku bahagia, sungguh bahagia. Aku yang cerewet segera mendaftar what should you Do and Don't.
Kamu hanya berujar " Kamu sama cerewetnya sama dia, Mbak..." Dan kita menertawakannya.
Kalian mulai mereka-reka, seperti apa masa depan kalian nanti bersama buah hati kalian.
Bahkan kebutuhan sedetail pagar kolam renang setinggi apa, apartemen baru yang dekat tempatmu bekerja, sampai browsing bagaimana mengajak balita naik pesawat, kalian sudah memikirkannya.
Padahal dia masih berusia janin tak lebih dari 7minggu.
Aku selalu berharap dengan hadirnya bayi kalian, kalian akan bahagia. Tak ada lagi cerita dia bersama si anu, si itu. Pergi dan datang sesuka hatinya. Menduakan, mentigakan, tapi tak pernah mau melepasmu karena dia selalu berkata, kamulah tempat ia merasa pulang.
Kehamilanmu tidak mudah, aku tahu. Meskipun aku tidak ada di sana, mengelus perutmu. Namun aku selalu ada saat dirimu berkeluh kesah, menangis, membagi tawa bagaimana sesi mengidammu membuat kelabakan seisi negeri Singa.
Oh aku ingat, si bayi meminta kue Nagasari namun si Daddy membawakanmu kue lemper sebanyak ia bisa beli, karena memang dia tak bisa membedakannya.
"Kamu bilang kue nagasari dibungkus daun pisang, dan hanya ini yang terbungkus daun pisang di sana" ucap si Daddy membela dirinya saat kamu melongo melihat hamparan kue lemper di meja makan kalian.
Daddy mungkin bukan kekasih yang baik untukmu. Namun dia calon Ayah yang luar biasa untuk bayimu kelak.
Bagaimana kamu bercerita ikatan kuat yang mereka jalin saat itu. Bagaimana reaksi bayi kalian tiap kali kalian berinteraksi.
Meskipun ia kerap membuatmu menangis, kecewa, meninggalkan rumah kalian berulang kali. Namun tetap saja kamu tak bisa lepas dari dia karena bayimu tahu apakah ia bersama ayahnya atau tidak.
Bagaimana nyerinya seluruh tubuhmu saat janinmu merajuk karena jauh dari sang ayah. Dan bagaimana aktifnya dia saat suara sang ayah terdengar dan tangan besar itu mengelusnya dari perutmu.
Aku bahkan masih ingat bagaimana perdebatan kalian memikirkan sebuah nama saat tahu bayi yang kalian tunggu adalah bayi lelaki yang tampan. Terima kasih untuk sebuah teknologi canggih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Bukan novel
Short StoryAnggap saja ini lembaran-lembaran untuk menuangkan isi hatiku selama ini...