Tidak ada hal yang lebih menyenangkan dibanding terlelap ketika turun hujan ditemani kasur yang empuk. Benar bukan?
Namun lagi-lagi ...
Kamu harus terjebak di sekolah yang mulai sepi ini. Sendirian. Mungkin? Karena itu yang kamu rasa setelah menyadari koridor sekolah yang tidak lagi banyak dilalui anak-anak.
"Kamu kan ketua kelas, wajib lapor apapun kepada saya selaku wali kelas. Jadi kamu wajib pulang terakhir ya setiap hari nya." Seperti itulah perkataan wali kelas sejak kamu pertama kali menjabat sebagai ketua kelas.
Lebih parah nya lagi lupa membawa benda yang selalu kamu bawa setiap hari nya-payung lipat transparan-karena kecerobohan sendiri, kamu letakan begitu saja di atas meja saat akan mengenakan sepatu dan sekarang pun membawa laptop juga handphone yang sudah kehabisan baterai.
"Hujan kapan berhenti nya sih? Aku kan pengen pulang," batinmu sembari melipat kedua kaki hingga lutut dapat menopang dagu. Tak lama kamu rasakan tangan yang menepuk-nepuk pundak.
Tanpa pikir panjang kamu menduga itu adalah eomma mu sendiri.
"Eomma, kenapa gak langsung pang-" ucapmu seraya menghadap sebelah kanan dengan pasti, karena yakin Eomma pasti berada disebelah kanan. "-gil a-ku?" ternyata bukan Eomma mu.
Siapa dia?!
"Siapa kamu? Ada perlu apa? Kamu mau jahatin aku ya?! Ngaku!!" kamu beri dia pertanyaan bertubi-tubi dan langsung menuduh nya.
Dia hanya terdiam.
Bagaimana kamu tidak langsung menuduhnya? Dia laki-laki memakai masker berwarna hitam-menutupi indra pengecap dan indra pembau nya-juga terlihat mencurigakan karena memakai baju bebas. Lagipula kamu rasa dia bukan anak sekolah sini.
Tiba-tiba dia mengulurkan tangan nya yang sedang memegang payung. Kamu lihat ke arah mata nya yang menyipit.
"Buat aku? Terus kamu gimana?" tanyamu seraya melihat payung yang dia ulurkan.
Lagi-lagi dia hanya diam dan menatap mu, namun sudah tidak menyipit seperti tadi.
"Dia kenapa ya kok diam aja? Jadi serasa horror... Manusia atau?!" gerutumu pelan dan langsung buang muka ke arah berlawanan secara perlahan.
Masih merasa dia menatap. Terlebih kamu rasa badan dia sangat tinggi, apakah guru baru? TAPI... TIDAK MUNGKIN.
Setelah coba melihatnya dari ujung manik-dugaanmu benar ternyata. Dia masih melihatmu.
Dia juga menghela napas panjang saat melihatmu.
"Nah, aku pergi dulu. Sampai jumpa lagi!" terdengar suara seperti bisikan tepat di sebelah kanan indra pendengarmu dan itu membuat mu terkejut.
Dug!
"ADUHHH..." ringismu yang merasakan kepala diketuk oleh suatu benda.
Tak lama kamu lihat hanya tersisa payung itu tanpa sang pemilik nya-
"Loh kok??" bingung mu. Perlahan pandanganmu ke arah depan.
-dan kamu temukan pemilik payung yang lari di bawah hujan.
"Terima kasih buat payung nya!" kamu berteriak dengan kencang, tidak tahu apakah dia mendengar nya atau tidak.
Namun ternyata dia mendengarnya, terdiam di bawah hujan sejenak, membalikkan badan nya dan memberikan mu lambaian tangan. Meskipun tidak tahu dia siapa tetap saja kamu harus membalas lambaian tangan nya.
Lalu dia membalikan badan lagi dan lanjut berlari kembali di bawah hujan.
Hingga akhirnya kamu putuskan, lebih baik menunggu dia keluar terlebih dahulu dari gerbang sekolah. Barulah setelah itu kamu beranjak dari koridor ini.
×××
"Dari pertemuan singkat itu aku jadi selalu mikirin dia terus. Dia si tanpa nama yang palamarta. Menurutku..." - dirimu.- to be continued 🍃
GIMANA GIMANA?
Lanjut jangan nih? ;((voment juseyo 🙆
KAMU SEDANG MEMBACA
Nayanika «Choi Soobin»
Fanfiction❝Dari isi hatiku untuk Choi Soobin. Cowok penuh misteri dan susah untuk ku tebak isi hati nya.❞ - Yoo Aecha (y/n) Nayanika [kb] mata yang indah dan memancarkan daya tarik. [semi baku•AU] ...