Bab 3

20.9K 1.3K 17
                                    

Bel berdering nyaring di sepanjang lorong kelas yang menandakan bahwa waktu pelajaran telah habis. Ms. Regan yang sebelumnya mengajar segera keluar dari kelas setelah memberi tugas yang menumpuk untuk kami kerjakan nanti di rumah.

Dengan gerakan terburu-buru aku segera bangkit dari kursiku kemudian mulai memasukkan alat tulisku kedalam tas, mengalungkannya disalah satu pundakku lalu berjalan keluar kelas.

Kakiku melangkah melewati koridor yang kini terisi oleh banyak orang, melewati kerumunan itu dan berjalan menuju sebuah pintu kaca yang dilapisi kayu pada bagian kanan-kirinya.

Tanganku bergerak untuk membuka pintu itu dan memasuki ruangan yang sarat akan bebauan buku-buku yang tersebar di ruangan ini. Rak-rak buku menjulang dihadapanku sehingga tanganku tiba-tiba saja terasa sangat 'gatal' untuk segera membuka lembaran-lembaran kertas itu dan membacanya.

Perpustakaan di sekolah ini termasuk cukup besar dari sekolah-sekolah yang ada di daerah ini. Aku menyusuri lorong-lorong kecil diantara rak-rak buku itu, berkeliling untuk mencari buku yang kuinginkan. Tanganku menyentuh sekilas cover buku yang kulewati lalu berhenti disebuah buku yang menarik perhatianku.

Aku segera meraih buku itu untuk membacanya sekilas kemudian berjalan kembali untuk mencari buku berikutnya.

Setelah mencari cukup lama, akhirnya aku memilih 3 buku yang kemudian kubawa ke petugas perpustakaan lalu keluar dari ruangan itu. Aku membuka ponselku kemudian mengetikkan sebuah pesan untuk Emily supaya dia menunggu di lapangan parkir.

"Hai," sapa seseorang mengagetkanku.

"Hai...," balasku terdengar ragu, aku tidak mengenalnya.

"Kau sudah merasa baikan?" tanyanya.

Aku mengerutkan keningku, saat mendengar pertanyaannya yang terkesan akrab. Rasanya kami baru saja bertemu.

"Kau tidak ingat padaku? aku yang mengunjungimu saat kau sedang tidak enak badan tadi pagi," ucapnya berusaha menjelaskan.

Aku hanya mengerutkan kening bingung. Lalu ada apa? ucapku dalam hati.

Dia membeku lalu mengulas senyum kaku. "Lupakan saja yang tadi, sampai jumpa."

"O-oke...?" balasku tidak yakin.

Cowok itu menganggukkan kepalanya seraya tersenyum kecil lalu melangkahkan kakinya menjauhiku, meninggalkanku yang masih terpaku di dekat pintu perpustakaan.

Aku menggelengkan kepalaku kemudian melangkah menuruni tangga menuju lapangan parkir. Pikiranku berkelebat pada wajah cowok itu yang ramah dengan mata berwarna coklat dan rambut pirang pasir.

Mungkin cowok itu salah mengiraku sebagai teman akrabnya.

Aku menatap kearah lapangan parkir dan menemukan Emily sudah berada disana sehingga dalam sekejap kami sudah berada didalam mobil dan menjalankannya menuju apartemenku.

"Kau tadi lama sekali," gumam Emily memecah keheningan. "Ada urusan apa?"

"Cuman meminjam beberapa buku," jawabku singkat.

"Kok lama?" tanya Emily lagi tampak penasaran.

"Ada yang menghalangi jalanku saat aku mau keluar dari perpustakaan tadi."

"Menghalangi? Apa maksudmu?"

Aku mengangkat bahuku. "Dia bertanya apakah keadaanku sudah baik-baik saja atau tidak, padahal kami saja baru pertama kali bertemu."

A werewolf girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang