Aku terbangun dari tidurku, mengerjapkan mata dan segera bangkit dari ranjangku. Mataku terbelalak melihat jam dinding yang sudah menunjukan pukul 3.50 sore. Bodoh ! aku ada janji dengannnya untuk ke rumahnya tepat jam 4 sore. Tapi kenapa aku baru bangun jam segini? Ah, kenapa Mom tak membangunkanku? Dengan terseok seok aku berlari menuju kamar mandi.
Selesai mandi dan berpakaian, aku langsung berlari ke luar. Sepertinya, di rumah sedang tidak ada orang. Kemana Dad, Mom dan juga adikku? Apa mereka pergi bersama? Sial ! Aku hanya sendiri di rumah. Baiklah, aku akan segera pergi sebelum aku semakin terlambat ke rumahnya. Tunggu, aku akan menulis note untuk Dad, Mom atau si kecil jika mereka sudah pulang nanti.
Note : ‘Dad, Mom, Bella aku pergi sebentar. Ada urusan sedikit. Jangan khawatirkan aku, aku hanya pergi sebentar. Aku akan kembali, sebelum hari mulai gelap –Elisa-‘. Kutaruh note itu di atas meja ruang tengah, semoga saja mereka membacanya. Dan aku segera berlari ke garasi untuk mengambil sepedaku.
Sore ini, aku berniat menuju rumahnya, rumah seseorang yang telah mencuri hatiku. Kukayuh sepedaku melewati gang kecil di pinggir gedung – gedung bertingkat di pusat keramaian kota. Kulihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Ah, sial ! ini sudah jam 4.15 sore. Bisa habis aku menerima celotehannya karena aku terlambat. Kupercepat kayuhan sepedaku, aku tak ingin terlambat semakin lama.
Aku sudah sampai di depan rumahnya, kuparkirkan sepedaku di depan rumahnya. Kuketuk pintu rumah sederhana itu. Seseorang membukakan pintunya dan sepertinya dia akan marah padaku. Tepat, dugaanku tepat, dia berceloteh memarahiku karena aku terlambat datang ke rumahnya. Setelah dia puas menghujaniku dengan umpatannya, akhirnya dia menyuruhku untuk masuk ke dalam rumahnya. Sudah cukup untuk berbincang dengannya, kuputuskan untuk berpamitan pulang dengannya.
~~~~~~~~~~
“Aku pulang “ seruku setelah aku masuk ke dalam rumah.
“ Mom, Dad, Bella dimana kalian? Aku sudah pulang.”
Tak ada balasan dari mereka. Hanya terdengar suara angin yang berhembus kencang di luar, gesekan daun – daun yang gugur dari pohonnya dan kicaukan burung yang berlalu lalang di luar sana. Sepi sekali rumah ini, apa mereka belum pulang? Selalu saja begini, aku sendiri lagi di rumah.
Aku duduk bersila di sofa untuk menonton TV di rumah. Mataku memang melihat ke arah TV itu, tapi tak ada satu kalimat pun yang aku mengerti dalam acara TV itu. Pikiranku malanglang buana entah kemana. Apa aku sedang memikirkan seseorang? kurasa begitu.
Pikiranku tak jelas, entah apa yang sedang aku pikirkan. Aku hanya terbayang senyum manis yang merekah di bibirnya. Sungguh, aku tak bisa melupakan senyuman itu. Benar – benar senyum yang menawan.
“ Kau melamun, Elisa.” Suara seseorang membuatku tersadar dari lamunanku.
“ Bella? Sejak kapan kau berdiri disitu? Kemana saja dirimu?” kataku terkejut akan kedatangannya.
“ Sejak tadi, kerjaanmu melamun saja. Aku baru saja pulang dari rumah George. Aku tahu siapa yang sedang kau pikirkan. Pasti-”
Ucapan Bella terpotong olehku karena aku tau dia pasti sedang menebak siapa yang aku pikirkan.
“ George? Kau ke rumah George? Untuk apa? Berkencan dengannya?” selaku begitu saja.
Bisa kulihat muka Bella memerah setelah mendengar ucapanku. Dia tidak menjawab pertanyaanku dan hanya tersenyum malu.
“ Ah tidak, hanya ada diskusi kelompok.”
Aku tahu dia berbohong, itu semua terlihat dari wajahnya yang tidak meyakinkan. Bella memang lebih mudah dariku, terang saja dia kan memang adikku. Tapi, dia sudah pernah merasakan first love dan sekarang dia berpacaran dengan George. Sedangkan aku, aku masih sendiri dan mengharapkan cinta seseorang yang tak mencintaiku. Memang bodoh diriku ini.