5

44.7K 2.1K 39
                                    

Hari perpisahan itu....

"Freya, kembalikan!" teriak Miki masih sambil berlari mengejar Freya yang mengacungkan amplop berwarna cokelat di tangannya tinggi-tinggi. Itu surat cintanya! Bagaimana bisa surat itu sekarang ada di tangan Freya? Bisa mati dia kalau sampai Freya membaca isinya.

"Ha-ha, ayo, ceritakan padaku! Surat ini mau kau berikan untuk siapa?" tanya Freya setelah berhenti.

Kini, orang-orang yang ada di sepanjang koridor kelas tengah memperhatikan mereka.

"Freya! Kumohon, kembalikan surat itu padaku sekarang! Atau kalau tidak—"

"Hmmm, biar kutebak! Ini untuk Sammy, bukan?" Freya mundur selangkah ketika melihat gerak-gerik Miki mau melompat ke arahnya.

"Ayolah, Frey! Itu rahasia! Kembalikan surat itu padaku sekarang!" Miki maju selangkah sambil mengulurkan tangan kanannya. "Frey, kumohon!" ucapnya dengan wajah memelas.

Freya tersenyum simpul. Sepertinya surat itu memang sangat rahasia. Ia jadi tidak tega untuk membacanya. Lagi pula, sejak kapan Miki pintar merayu seperti itu.  "Huh, baiklah, kalau kau tidak mau cerita. Ini kukembalikan—"

"Hap! Apa ini?!" Tiba-tiba saja Axel sudah berdiri di belakang Freya dan langsung merebut surat itu dari tangannya yang sempat terulur ke arah Miki. Padahal dua detik lagi surat itu ada di tangan Miki.

Wajah Miki menegang ketika melihat Axel merobek kepala amplop, menarik isinya, dan membacanya. Dunianya seakan gelap saat Axel menatapnya tajam setelah membaca surat itu. Tatapan yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

"Hei, kembalikan!" Freya merebut surat itu tapi Axel sudah lebih dulu merobeknya menjadi potongan kecil-kecil, lalu menghamburkannya begitu saja tepat di hadapan Miki dan Freya.

"A-apa yang kau lakukan?!" pekik Freya tidak percaya. Ia melotot pada Axel yang tampak tenang-tenang saja.

"Aku tidak sengaja," ucap Axel dengan dagu terangkat tinggi.

"Hanya orang buta yang mempercayainya!" kata Freya geram. Ia menghampiri Miki yang diam sambil memandang serpihan kertas di lantai yang kemudian terbang tertiup angin.

"Miki, maafkan aku. Ini salahku. Ah, ya Tuhan, apa yang sudah kulakukan! Maafkan aku!" Freya mengatakannya dengan setulus hati. Sungguh, ia benar-benar merasa bersalah.

"Tidak apa-apa, Frey. Ayo, pergi!" ucap Miki sambil menatap Axel lekat-lekat.

Axel mengabaikan tatapan Miki yang dilemparkan ke arahnya. Tatapan yang sarat akan kecewa, marah, dan menyesal.

"Tidak apa-apa bagaimana? Kau pasti membuat surat itu dengan susah payah, kan? Ya Tuhan, Miki! Aku sungguh merasa bersalah!"

"Sudahlah, Frey!" bentak Miki tidak sabar. "Aku tidak apa-apa. Mungkin lain kali aku harus mengatakannya secara langsung. Ayo, pergi," Miki menarik tangan Freya.

"Keterlaluan," ucap Freya pada Axel sebelum ia benar-benar pergi.

Axel mendecih. "Apanya yang keterlaluan? Kalau itu darimu aku tidak akan melakukannya, bodoh," cibir Axel pelan, berharap tidak ada yang mendengar ucapannya.

"Miki, maafkan aku, ya? Aduh, Axel itu kenapa menyebalkan, sih? Kalau itu suratku, tidak masalah. Tapi, itu punyamu! Ini pasti gara-gara kau berteman denganku!" kata Freya setelah mereka tiba di kelas.

"Entahlah, Frey. Omong-omong, hari ini kau jadi pergi?" tanya Miki mengalihkan pembicaraan.

"Apa? Oh, ya, tentu! Kau dan Harry harus mengantarku!"

"Bagaimana kalau kau dan Axel bertemu kembali?"

"Astaga! Aku tidak ingin membayangkannya. Kuharap itu tidak terjadi."

Stupid BiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang