1. nyebelin

877 80 6
                                    

saya harap kalian tinggalkan jejak..
thanks and lofs u!<3

Happy reading!
• My Abnormal Boss •

Sejak satu jam yang lalu, Dipa hanya menatap nanar beberapa kertas bertumpuk dengan jengah. Beberapa kali mendengus karena ulah atasannya yang seenaknya memberikan tugas di luar pekerjaannya. Bukan hanya jengah, Dipa hampir mengutuk atasnya karena sudah mengganggu waktu luang di hari minggunya yang seharusnya ia menyibukan aktifitas pemutihan kulit.

Udah gue duga, sih, dia jomblo seumur hidup tuh karena doa gue di jabah sama tuhan. Bener-bener gila tuh cowok, nggak bisa liat gue cantik dikit kayaknya. Sial, lah, lipstik gue dari Keana belom di pulangin. Sinting emang! Dosa apa gue punya atasan sinting kayak dia?

"Jangan ngomongin saya, lanjutin kerjaan kamu. Nggak liat ya? Kerjaan kamu tuh setumpuk sama dosa kamu."

Dipa sedikit tersentak ketika terciduk oleh atasanya sedang melamun dengan bibir yang sedikit maju. Jari-jarinya menggenggam kencang bolpoin sebagai bentuk pelampiasannya. Bukannya menyahut, gadis itu hanya menatap sinis atasanya dengan malas. Sudah biasa Dipa terciduk sedang mengumpati bossnya, sampai pernah sesekali ia terciduk sedang menggosipi bossnya bersama teman-teman kostnya.

Pria dengan jas hitam sedikit menggeram kesal merasa di cueki bawahannya dengan sengaja. Kemudian ia berdeham kecil untuk menarik perhatian Dipa, namun nihil, gadis itu kini fokus pada beberapa lembaran kertas.

"Kamu ngacuhin saya lagi?"

Dipa tersentak, lalu menghela nafas dalam ketika atasnya menyahut tidak jelas. "Lho? Maaf, pak, tapi saya sedang bekerja. Saya nggak bermaksud tidak sopan sama bapak, tapi jujur pak, kalau saya di ganggu nanti otak kanan saya berhenti connect, kalo otak kanan saya udah mentok otomatis otak kiri ikutan otak kanan. Soalnya mereka saling melengkapi gitu, pak."

Gue ngomong apa njir?

"Otak kamu seperempat dalemannya Haechan, sih. Jadi nggak heran." Pria ber-name tag Seo Johnny sedikit terkekeh.

"Yang otaknya seperempat dalemannya Haechan kayanya bapak, deh. Gini ya, pak, otak bapak kayanya udah damage jadi bapak dengan enaknya ngasih saya kerjaan padahal bapak tau ini hari saya buat mempercantik diri." Menyeka pelu didahi, Dipa berkacak pinggang. "Salah saya apa, sih, pak? Sampe pake lipstik aja nggak boleh, malahan lipstik saya belum dipulangin. Bapak harus tau—emang, sih itu lipstik nggak beli, cuma itu pemberian dari teman kost saya. Udah gitu kenapa bapak harus jemput saya setiap hari? Saya bisa naik angkutan umum. Jadi mulai besok bapak ngga perlu repot jemput saya, saya udah bisa mesen ojek online kok, kemarin sempet di ajarin Lyra. Jadi... Ya gitu, pak."

"Udah ngomongnya?"

Dipa melongo tidak percaya respon atasannya, malah sekarang Johnny sudah menempatkan bokongnya di kursi yang berhadapan dengan meja bawahannya. Dalam hati, Johnny sedikit terkejut ketika Dipa memohon agar dirinya tidak lagi menjemput sekertarisnya itu setiap pagi, perasaan kecewa sedikit muncul pada perasaannya.

Dipa mengangguk kecil. Johnny sedikit mengerjap sebelum ia buka suara.

"Pertama, yang otaknya seperempat dalemannya Haechan itu kamu. Kedua, kamu nggak punya salah sama saya, jadi ngga usah terlalu berlebihan. Ketiga, masalah pewarna bibir—okay, kamu di sini mau kerja, bukan mau fashion show, jadi ikuti saja perintah saya. Terakhir, untuk itu saya belom bisa pastiin, saya cuma nggak mau kamu.. kenapa-kenapa, kamu mikir nggak? Boncengan bertiga satu motor itu bahaya, apalagi kamu pakai rok. Jadi saya akan tetap jemput kamu setiap pagi, Dipa."

Bahu Dipa merosot, tak terima apa yang dikatakan bossnya. "Untuk yang ketiga sama yang terakhir, nggak bisa di pikirin lagi, pak?"

"Kamu lagi negoisasi ke saya?"

"Untuk lipstik, saya cuma mau barang itu balik, pak. Janji nggak akan pakai lagi saat jam kerja, tapi tolong balikin, pak. Soal antar jemput sa—"

"Saya bukan supir kamu."

"Emang, jadi nggak usah jemput saya lagi kalo bisa."

"Lipstik kamu nanti saya kembalikan, kalau perlu saya beliin yang lebih mahal." Johnny menghela nafas, "Saya akan tetap jemput kamu setiap pagi."

Ampas, palingan juga PHP lagi. Punya boss kok otaknya cuma setengah.

"Saya tau bapak punya duit banyak, bererot tujuh turunan. Tapi kayaknya nggak usah bilang mau beliin saya lipstik kalau cuma janji semata." Dipa menetralkan nafasnya sejenak. "Lagian saya bisa beli lipstik sendiri, nggak usah PHP-in saya mulu. Emang dikira ngga sakit?"

Alis Johnny terpaut, sedetik kemudian ia tertawa kecil dengan tangan yang sudah terlipat di dadanya. "Memangnya saya udah PHP-in kamu berapa kali? Kayaknya saya nggak pernah janjiin kamu apa-apa, deh—ah, kamu ngaur kali?"

Dipa terdiam, kemudian menarik nafas dalam-dalam sebelum menghembuskan dengan kasar, lalu menarik sedikit kurisnya yang agak menjauh dari mejanya. Ia menatap Johnny lekat sehingga pria itu mengernyit ragu. "Bapak kalau cuma mau bikin saya emosi mending balik ke ruangan bapak, deh. Saya mau lanjutin kerjaan saya biar cepet-cepet pulang."

"Oh, bagus kalau gitu. Selesaikan tugas kamu, saya nggak mau tau hari ini harus beres semuanya." Johnny bangkit dari duduknya dengan sedikit tersenyum simpul. "Kalau sudah selesai beri tau saya, saya akan antar kamu pulang. Sa—"

"Saya di jemput teman, pak."

Johnny mendengus. "Bilang ke temenmu kalau kamu pulang dengan saya. Saya nggak nerima protesan kamu, protes mulu sih, saya heran."

Boss gila!

"Ah, satu lagi, buatin saya kopi seperti biasa. Nggak pake gula, jangan lupa!"

Dipa mengeraskan rahangnya menatap kesal punggung bossnya yang menghilang di balik pintu. Rasa-rasanya gadis dengan rambut sebahu itu ingin menelan hidup-hidup atasannya kalau saja tidak ingat dosa. Dipa cukup bersyukur karena ia bekerja dengan upah yang setara dengan jabatannya, sekretaris CEO. Padahal ia kira jabatannya yang cukup berpengaruh tidak berefek pada upahnya perbulan yang cukup untuk bayar sewa kost dan mentraktir teman-temannya makan bakso sebulan sekali di pinggir komplek.

Ya, setidaknya ia cukup bersyukur karena mempunyai atasan yang hanya memiliki setengah otak.

Inget, dip, Lo kerja di sini di gaji, bukan sukarela. Jadi apapun alasannya lo harus bertahan demi traktir dua dugong yang lagi berhibernasi di kost-an. Demi harga diri, jangan mau di injak-injak sama pak Johnny, pokonya kali-kali lah lo yang nginjek pak Johnny biar otaknya makin bener!

❎❎❎

Next?

Yes or yes?

—dipeacz, 2019.

My Abnormal BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang