Chapter 3

36 9 0
                                    

Jason's POV

"Akhirnya dia tidur juga. Untung saja lah dia tak apa-apa."

Aku mengambil ponselku dan membuka aplikasi Instagram.

"Hmm..., tolong aku..., Ibu, Ayah jahat bu" Rintihnya.

Aku melihatnya sedang menggeliat sambil berkeringat. Rupanya ia bermimpi buruk. Aku pun mendekatinya dan mengusap lembut keningnya. Badannya sangat panas.

"Hei, hei July, kau tak apa?" Tanyaku sambil terus menggoyang-goyangkan tubuhnya.
"Tidak, ibu, jangan tinggalkan aku" Dia terus memukul-mukul kepalanya.
"Shhh..., Shh..., Tenanglah, aku disini" Aku mengelus rambutnya agar ia merasa tenang.
"IBUUU..., BERHENTI" Dia berteriak sambil menangis tapi ia tetap tertidur.

Aku spontan memeluknya agar ia merasa tenang.
"Shh, July tenanglah, ibumu tidak apa-apa. Aku disini, kau aman"

—————————————————
01:12 AM.

Spontan ia terbangun dan langsung menangis dalam pelukanku.

"Kenapa Jason?" Tanyanya.
"Kenapa ini semua menimpaku? Apa yang salah denganku? Apa aku melakukan kesalahan? Katakan padaku Jason! Katakan!!" Tangisnya pecah sambil memeluk tubuhku.
"Kau tidak salah July, tenanglah, ceritakan padaku mengapa kau seperti ini?" Tanyaku lembut agar ia mau bercerita.

Ia mendorong tubuhku tanda memintaku melepas pelukannya. Ia meringkukkan tubuhnya dan menangis.

"Shhh..., tenanglah" Ucapku menenangkannya.
"Dia merenggut ibuku" Serunya sambil menatapku dengan tangisan yang sedikit menjerit.
"Siapa?" Tanyaku bingung.
"Tuhan" aku langsung terkejut setengah mati.
"A... apa maksudmu?" Bingungku.

Dia kembali meringkuk dan tangisannya semakin menjadi.

"Aku terlahir di keluarga yang tidak kaya, bahkan sangat kekurangan. Ayahku seorang penjudi, dan saat aku berumur 7 tahun, ibuku mengidap tumor otak— " Spontan aku kaget dan membuka mulutku.
"Jadi, orang tua mu sudah meninggal"
"Iya, Dan ibuku meninggal karena tumor itu. Kami tidak bisa mengobatinnya karena tidak memiliki uang, dan aku kehilangan ibuku saat usiaku 9 tahun. 3 tahun aku disiksa oleh ayahku. Dan ia gila karena kalah judi. Ia berhutang hingga 500 Juta pada rentenir, sekarang, aku lah yang harus membayarnya" Tangisnya terpecah kembali setelah ia menceritakan kisah hidupnya yang pahit itu.
"Aku tidak percaya adanya tuhan, karena memang ia tak membantuku sama sekali" Ucapnya lagi sambil menggenggam erat kepalanya.
"July, sudah..., Kau punya aku" Seruku spontan dan ia nampak bingung.
"Kau baik Jason, terima kasih" Ucapnya sambil menunjukkan senyum getirnya itu.

Aku mendekatinnya dan merengkuh tubuhnya itu kedalam pelukanku. Ia memiliki nasib hidup yang sangat menyedihkan. Bahkan aku berkali-kali lipat lebih beruntung darinya.

Ia sudah sedikit tenang sekarang.

Ia menatap wajahku tajam.
"Apa yang kau lihat? Aku tau aku memang tampan" Ledekku padanya.
"Tidak" Jawabnya singkat.
"Jason, aku ingin bertanya padamu" Serunya.
"Apa?"
"Apakah mataku sembab?" Tanyanya polos.
"Bodoh" Jawabku sambil me-roll eyes kan mataku.
Dia memukulku dengan guling.
"Kenapa kau meledekku?" Tanyanya kebingungan.
"Dengar ya, dimana-mana jika orang habis menangis ya matanya sembab" Jawabku
Dia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.






————————————
06:27 AM.

"Kerbau, bangunlah" Teriakku pada July yang masih setia dengan ranjangnya itu.

Dia mengucek-kucek matanya dan duduk.
"Apa?" Tanyanya.
"Ini waktumu tes darah bodoh" Jawabku
"Kenapa kau selalu mengejekku bodoh? Apakah aku sebodoh itu?" Polosnya dia.
"Sangat, sudah cepatlah bersiap, dokter akan datang dan akan mengambil darahmu" Ucapku sambil membawakan makanan pagi untuknya, aku yakin, ia lelah menangis semalam.
"Aku takut jarum" Celetuknya.

Spontan aku tertawa terbahak-bahak.



July's POV

"Aku takut jarum" Jawabku sambil menundukkan kepalaku.

Lalu, dengan tidak berdosanya, ia malah tertawa terbahak-bahak.

"Menagapa kau tertawa?" Tanyaku.
"Kau sih, lagian ya, kau penakut sekali, dengan jarum saja kau tak berani. Ucapnya.
"Ya kan, bagaimana lagi, tertusuk jarum itu sakit"
"Tenanglah, aku akan menemanimu" Serunya.

Spontan aku merekahkan senyum termanis dan terlebarku.

"Terima kasih Jason"
"Hmm" Jawabnya pelan.


———————————
1.00 PM.

Tanganku sakit sekali. Benar-benar sangat sakit.
"Aw, Jason, tolong ambilkan Es batu, ini sakit sekali" pintaku pada Jason.
"Sekali lagi kau bodoh" Ejeknya lagi.
"Memang kenapa lagi? Kau memang hobi mengejekku ya" Ucapku sambil mengerucutkan bibirku.
"Jangan begitu, atau kucium kau" Serunya.
Aku langsung menutup mulutku dan melihatnya dengan tatapan membunuh.

Dia memeras air hangat dan mengompresnya di lenganku.
"Apakah tidak akan melebar? Kenapa tidak memakai es saja?" Tanyaku menuntut.
"Kalau memakai es malah bengkak bodoh, sudahlah anak kecil diam saja" Ejeknya.
"AKU SUDAH 21 TAHUN JASON, JANGAN MENGEJEKKU ANAK KECIL" Teriakku sambil mencubit lengannya.
"Nyatanya kau bodoh sekali"

Dia membaringkan tubuhku dan mengecup keningku.
"Tidurlah."
Aku spontan mendorongnya dan mengusap kasar keningku.
"Hey hey maafkan aku, aku refleks" Kekehnya
"Sudah sudah, aku mengantuk"
"Good night July"
"Too"




HAI HAI HAIII JENG JENG BACK WITH CECAN. GAK DENG. GIMANA GIMANA? SABAR MAK SABAR, STEWARD NYA LAGI SISIRAN. NEXT CHAPT JANJI ADA STEWARD.

Next? 20++ Vote.
Gak nyampe? Gak publish.

Mozarella ParmesanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang