Tiga Pertemuan di Antara Kegiatan Literasi

46 7 6
                                    

Sekira awal tahun 2018 saya bergabung dengan komunitas literasi Pustakaki dan mulai ikutan melapak di trotoar sekitar Situ Buleud Purwakarta setiap Minggu pagi. Dalam kegiatan membuka lapak itu beragam orang yang berkunjung, dari anak-anak kecil sampai  orang-orang yang mulai berusia senja.

Ada yang cuma tanya-tanya soal buku, ada yang lihat-lihat buku tapi tidak baca,  ada yang baca sambil duduk di trotoar, ada juga yang meminjam bukunya untuk dibawa pulang. Dari orang jenis terakhir inilah terjalin komunikasi antara saya dengan peminjam. Sebab setiap pengunjung biasanya mengisi daftar hadir yang di mana di sana ditulis akun sosmed dan nomor wa. Kemudian terjadilah pertemuan pertama yang berkesan.

Seorang bapak berumur kurang lebih 40 tahunan yang meminjam buku tafsir karya KH Abun Bunyamin, yang karena beberapa hal ia terlambat mengembalikan buku. Tapi pada saat hari di mana kami bertemu di luar lapakan buku, beliau mengembalikan buku yang dipinjamnya. Lalu ia mengambil satu bungkus kresek hitam yang cukup besar.

"Ini buku koleksi saya, " katanya pada saya, "buat tambahan kalian buka lapak buku." Saya mengucapkan terima kasih banyak dan beliau segera masuk mobil dan berlalu. Kesan saya padanya, adalah saya baru tahu bahwa gerakan-gerakan sederhana semacam Pustakaki ini sebenarnya mengundang perhatian banyak orang dan itulah yang saya temukan di pertemuan selanjutnya dengan kawan SMA saya.

Selain ikut melapak, saya juga mendapatkan tugas untuk menjadi admin akun instagram Pustakaki. Kadang saya juga mengunggah  kegiatan buka lapak buku itu ke media sosial saya, ternyata ada seorang teman yang tertarik dengan Pustakaki dan berniat menyumbangkan buku-buku bacaannya. Itu sungguh membahagiakan.  

"Semoga bermanfaat dan lebih banyak orang yang mau membaca, " katanya sambil tersenyum ringan.  Saya pun berharap banyak seperti pesannya setelah memberikan buku-buku itu.

Tak lama setelah itu saya  bertemu dengan guru sewaktu SMA pada 5 tahun lalu. Minggu pagi itu kami bertemu dalam helatan "Purwakarta Membaca " yang diadakan oleh FTBM Purwakarta di depan halaman Perpustakaan Daerah.

Aku melihatnya sedang menuntun seorang anak kecil berumur lima tahunan. Kelihatannya sedang mengikuti serangkaian acara yang diadakan. Saya menghampirinya dan bersalaman. Ia bilang kepada saya, "wah sekarang lagi sibuk jalanin hobi yak." Saya tidak tahu harus bilang apa, hanya tersenyum.

Kami tak mengobrol banyak karena beliau pun sibuk mengawasi anaknya yang sedang duduk mengikuti acara mendongeng yang dipandu oleh seorang  kakak Mahasiswi yang menjadi pemandu acara . Tak lama, saya pamit dan mulai kembali bergabung lagi dengan teman yang lain.  

Setelah acara mendongeng selesai, acara berlanjut dengan pembacaan puisi dan musikalisasi puisi. Saya ikut tampil membacakan puisi. Setelah acara tersebut selesai saya pulang dengan perasaan yang bercampur aduk, senang dan bersemangat.

Saya senang sebab masih banyak orang yang peduli akan buku.  Entah itu dengan membacanya,  menyumbangkannya ke perpustakaan-perpustakaan, mengadakan event-event membaca atau sekadar memotretnya untuk di posting di sosmed mereka. Saya juga bersemangat sebab saya mau tak mau sudah terlibat dalam urusan mengajak orang lain untuk ikut membaca, dan banyak orang yang ikut tergerak untuk membaca buku—ya minimal mereka sadar jika membaca itu penting buat makanan pikirannya.

10 KALI TANTANG MENULIS (KATA HATI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang