Kardus Keliling

4 0 0
                                    

Kalau sedang tidak ada pengajian biasanya aku akan bermain bola bersama teman-teman kobong yang lain. Teman-teman memanggilku dengan panggilan Ohing. Sebenarnya nama asliku adalah Farhan. Awalnya mereka memanggilku begitu karena aku biasa mengenakan peci miring dan sarung yang diselendangkan di dada. "Mirip tukang sate," katanya. 

setelah berjamaah isya ada acara muludan di Masjid Besar dekat pesantren jadi kami yang berada dekat sana mesti datang untuk ikut menghadiri dan sebagian teman ada yang mengisi acara seperti baca alquran dan baca salawat. Aku yang tidak kebagian apa-apa duduk di barisan tengah, dan keramaian muludan terasa sangat menjadi lambat dalam kepalaku. Angin-angin berhembus sepoi membelai mataku dan kepalaku mulai berat.

"Sial, mungkin aku terlalu lelah bermain sepak bola tadi sore. Tidak biasanya saya seperti ini," aku terus menguatkan mataku untuk terus terbuka dan meluruskan kepala agar tidak terus disangga tangan kanan. 

Acara muludan sudah dimulai, pembacaan Alquran, pembacaan salawat, sambutan ketua, dan acara utama siraman rohani oleh ustad siapa aku tidak tahu. Suaranya samar-samar di telingku. Kepalaku sudah benar-benar terasa berat dan rasanya seperti diberi beban sekarung beras dan ingin segera terbaring dan tidur. 

Jeppp, mataku tertutup dan aku tidak mendengar dan melihat apa-apa. Suara-suara teman-teman di sebelahku seperti ada yang meredam dan suara peneceramah pun tak terdengar sama sekali di telingaku. Aku tertidur.

Sekira 5 menitan mataku kembali terbuka dan mendapati kardus yang sedang dikelilingkan. 

"Ide bagus nih," pikirku. Panitia muludan yang mengerti keresahanku.

Kardus itu terus digilirkan. Mataku masih belum sepenuhnya terbuka. Pikiranku masih samar-samar dan tersenyum memikirkan apa yang kulihat dan punya ide bagus. Aku bisa melihat bagaimana orang-orang yang hadir sudah menghabiskan sebagian hidangan yang disuguhkan dalam kotak putih itu. 

Sampailah kardus itu tepat di depan mataku. Aku mengumpulkan sisa dari apa yang sudah selesai kumakan, aku maraih bungkus bacang dan memasukkannya. dan kembali tertidur.

seusai acara muludan saya dipanggil oleh panitia acara. 

"wah apa ni? sepertinya ide saya itu akan mendapat apresiasi," saya tersenyum sambil berjalan dengan yakin menuju ruang panitia. Sampai di ruang kecil itu aku melihat seorang bapak sekira 45-an. Ia berdiri dan terlihat sedang menunggu sesuatu. Pas si Bapak itu menengok aku melihat matanya yang mencerminkan raut marah. 

Rupanya saat tadi aku tertidur aku memasukkan sampah ke kardus yang dikelilingkan. Kardus itu ternyata adalah uang sumbangan atau biasa disebut gelar sorban. tapi karena sorbannya tidak ada jadi dikelilingkan tanpa dibalut sorban, hanya kardus bekas akua saja. Saya yang tidak menyadari itu karena  mengantuk saking beratnnya habis dimarahi oleh panitia Muludan yang kusangka memiliki ide bagus soal sampah. Aduh  muka saya merah, dan peciku makin miring. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

10 KALI TANTANG MENULIS (KATA HATI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang