CHAPTER 4

787 39 22
                                    

Aku berlari dan terus berlari

Mengejar segalanya yang mungkin dapat terlewati

Aku berlari dan terus berlari

Membuka setiap kemungkinan yang mungkin akan terjadi

Meski darah mengucur deras dikakiku

Meski setiap langkah terseok dan tertatih

Aku akan terus berlari

Mengejar takdirmu

Karena Cinta adalah candu

Yang akan membawamu kesisiku

***

"Uhuk.. uhuk.."

Jennie terbangun dari pingsannya, dadanya masih sedikit terasa sesak. Walau begitu, dia merasa jauh lebih baik.

"Kau sudah bangun? Minumlah tonik ini, dada dan tenggorokanmu akan terasa lebih hangat.." Tabib memberinya semangkuk Tonik, cairan hijau yang sedikit menyengat baunya.

Tanpa ragu, Jennie segera mengambil mangkuk itu dan meminumnya pelan, setelah meletakan mangkuk dinampan yang dibawa pelayan, Jennie memandang seseorang tepat didapan pintu yang sepertinya sudah lama orang itu menatapnya tanpa ekspresi. Lantas Jennie bertanya;

"Kenapa kau baru menemuiku, Mino?"

Mino tak menjawab pertanyaan itu, wajahnya masih tanpa ekspresi, setelah memastikan Jennie baik-baik saja, Mino berbalik berniat meninggalkan Jennie begitu saja.

"Tunggu! Mino!" Jennie langsung turun dari tempat tidurnya, ia sempat terjatuh beberapa kali karena masih terasa lemas, namun ia berusaha sekuat tenaga untuk tetap mengejar Mino. Sedangkan Mino dengan ekspresi dinginnya tak berniat berbalik sedikitpun.

Sudah seharian Mino menunggu Jennie sadar dari pingsannya, ia bahkan tak tidur semalaman, padahal tabib sudah memberitahunya Jennie akan sadar secepatnya, namun hatinya tak sedikitpun merasa tenang. Setelah Jennie sadar, Mino justru langsung meninggalkannya tanpa bicara apapun.

Tanpa menyerah sedikitpun, Jennie berlari mengejar Mino, hingga keluar dari ruangan dimana dirinya dirawat, untuk sejenak Jennie langsung terpana dengan pemandangan didepannya, ia memandang takjub dengan lautan lepas yang terhampar luas hingga memenuhi pupil matanya. Mereka berada ditengah lautan, entah seberapa jauhnya hingga sejauh mata memandang tak terlihat adanya dataran.

-sedang dimana aku?- kemudian Jennie cepat-cepat sadar dari rasa takjubnya dan kembali berlari mengejar Mino.

Dengan susah payah akhirnya ia dapat menyusul Mino, kini Jennie sudah berada dibelakang Mino, jarak mereka hanya beberapa langkah.

Angin berhembus lumayan kencang, jubah bagian belakang Mino berkibar tak beraturan, poni dan ikat rambutnya ikut berkibar searah dengan hembusan angin. Beberapa pelayan yang berlalu lalang diteras kapal, untuk sejenak berhenti dari aktifitas mereka karena terpana dengan pemandangan indah itu, mereka memang sudah lama mengikuti Mino kemanapun Mino dan teman-temannya pergi berlayar, namun mereka seperti tak pernah bosan untuk berhenti terpana dengan ketampanan pangeran mereka. Mino benar-benar membuat semua gadis dari rakyat jelata, bangsawan hingga seorang putri sekalipun untuk  berdebar setiap kali melihatnya.

..........

"Tunggu Mino, kumohon dengarkan aku, kenapa kau bersikap seperti itu? Aku hampir kehilangan nyawa hanya untuk bertemu denganmu, dan kau.. kau begitu saja pergi tanpa bicara apapun, apa aku sudah menyakitimu?"

Jennie terus berteriak sambil berlari untuk mengimbangi langkah besar Mino, kakinya yang mungil tentu tak bisa menyeimbangkan kecepatannya dengan kaki jenjang Mino, namun Mino masih tak memperdulikan ocehan Jennie, ia hanya mempercepat langkahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MESKI KAU IBLIS, AKU MENCINTAIMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang