Semua nampak baik-baik saja di awal.
Dari hanya sekedar teman sebangku, kita mulai mencoba mengenal diri masing-masing. Nama yang terdengar asing saat pertama kali masuk ke pendenganran, dan mencoba mengenal senyum lawan pandang.Kini kita disini. Saling menjadi sandaran yang mampu mendorong satu sama lain.
Dan permukaan yang selama ini kau lihat tampak tenang, itu hanyalah ilusi semata untuk menyembunyikan badai apa yang meraung di dalam dunia kecilku.
~~~~~~~~~_~~~~~~~
Badai pertama kali datang bukan dari semesta kita. Namun dari suatu yang sangat dekat dengan semua benang hidupku.
Keluarga.
Entah sejak kapan semua ini menjadi tampak sangat nyata. Dulu badai ini hanya nampak seperti rintik kecil hujan yang akan hilang terbawa angin. Nyatanya hujan rintik itu perlahan menjadi badai yang mulai menakutiku.
Suasana rumah yang entah sejak kapan berubah menjadi dingin, tanpa meninggalkan sisa hangat kebersamaan. Semua orang mulai menjadi apatis dan menolak untuk peduli. Semua urusan adalah milik setiap pribadi. Pandangan dingin dan acuh perlahan membuat hati bendenyut.
Puncaknya saat emosi dari dua orang yang sudah dewasa itu semakin tidak terkendali. Kesalahan yang nampak tak nyaman dimata dengan mudah diperdebatkan dan tanpa sadar saling menyalahkan. Mereka lupa dengan janji suci yang mengikat mereka. Semakin kabur rasa cinta yang dulj mereka perjuangkan.
Kadang aku mendengar suar mereka yang meninggi dan tanpa peduli telingga yang ada di sekitarnya. Hingga badai ini membuat ku memiliki riwayat baru.
Aku mulai takut mendengar suara orang yang meninggi dan berakhir menyiksa diri dengan mendengar musik di telinga sekeras mungkin saat badai itu datang.
~~~~~~~~~_~~~~~
Tanpa terasa sudah hampir tiga tahun kita berbagi dunia dan segala canda tawa hingga keluh kesah.
Perlahan batas "orang asing" sudah hilang sampai-sampai kita sudah tanpa beban untuk menyusahkan satu sama lain.
Lucu memang, entah kenapa kita bisa saling merelakan untuk memastikan salah satunya bahagia.
Mungkin aku yang salah,
Ya aku yang salah,
Hingga badai kedua ini datang.
Rasa yang muncul tanpa perencanaan dan tanpa permisi ini sudah dengan lancangnya mendatangkan badai.semua berjalan dengan cepat.
Saat aku tersadar, kau sudah menemukan sumber bahagia mu yang lebih dari apa yang bisa aku berikan. Kau juga berputar di dunia 'dia' yang mana lebih menarik dari dunia ku. Aku sedikitnya sakit, tapi aku tahu ini salah. Dengan pasti aku berusaha membunuh rasa yang seharusnya tidak ada. Aku akan berusaha menjadi sumber bahagia mu, meskipun bukan yang utama. Ini lebih baik daripada semua hancur hanya karena rasa yang tidak seharusnya ada.
Badai mulai reda. Kurasa...
Untuk mempercepat pengalihan, aku mencoba dekat dengan manusia-manusia yang ada di sekitar, dan...
Ya, ini berhasil.Hati ini menemukan tempat lain untuk berlabuh sejenak, meski sebenarnya takut untuk masuk ke tempat baru yang tak diketahui seperti apa saja yang ada di dalam sana.
Namun nyatanya, tidak ada semesta yang seindah milik kita. Semua perlahan hancur dan aku tersesat.
Aku tersesat sendirian tanpa kau ketahui, karena kau terlalu tidak peduli dengan goresan luka yang ada ditubuhku, kau hanya sebatas melihat keadaan luarku, tanpa lebih sedikit melihat apa yang ada dibaliknya.
Mencoba terlihat tidak peduli dengan luka-luka yang ada. Semakin sering melihatmu bahagia dengan 'dia', semakin banyak pula badai yang datang.
Hingga satu badai kecil yang bergabung dalam badai besar datang tiba-tiba. Aku hanyut terbawa angin badai yang membawa ku ke dasar jurang.
Semakin lama di dasar jurang, maafkan jika aku berubah, aku mulai mencoba berteman dengan badai yang datang, hati ini semakin dingin karena angin dingin yang terus menerus menerpa. Pandangaku kosong, aku mulai menjadi tidak peduli dengan sekitar, perlahan aku mulai menjadi sosok si jahat yang sebenarnya. Cerita ini berputar 180°.
Benar katamu, aku sudah kalah."kalau kamu memilih untuk manjadi sosok antagonis, berarti kamu sudah ditaklukan dan kalah dari si jahat"
Hari-hari ku semakin redup, badak semakin kencang. Hingga kau sadar akan perubahan yang perlahan tampak dariku.
Setelah aku seperti ini ,kau baru mulai melihat keberadaanku.
Aku sudah terlanjur nyaman berteman dengan badai, tenggelam di dalamnya. Aku takut kamu masuk dan menarikku keluar. Akupun berusaha menutup pintu rahasia ini dan mulai bertingkah kembali seperti biasanya. Supaya aku tidak dipisahkan dengan badai yang sudah menjadi temanku.
Badai lain datang di dunia mu. Aku yang saat itu sedang berperang batin untuk pergi atau tetap berteman dengan badai, menyisihkan masalahku untuk membantumu meleweati badai yang engkau alami.
Lama-kelamaan kehadiranmu yang kembali seperti dahulu membuatku rindu akan masa-masa dimana belum ada badai yang mengaggu kita. Kau yang kehilangan 'dia', melampiaskan semuanya kepadaku, namun lama-kelamaan ini tidak baik. Aku masih menjadi sosok antagonis yang sama. Tanpa tau diri, aku kehilangan kendali dan membuat semuanya runyam. Kita kembali ke semesta kita, dan rasa itu muncul lagi. Aku jadi egois, dan memandang 'dia'sebagi orang yang sudah menghancurkam semestaku denganmu. Semakin lama aku semakin tidak tahu diri.
Dan...
Badai itu kembali...
Mataku terbuka, kamu menyadari sosok jahat yang masih menjadi temanku, kau perlahan menjauhiku.
Aku tahu ini salahku.
Semua selalu dari aku yang memilih untuk menjadi jahat.
Ini pilihanku, dan aku siap menerima apapun yang akan kau lakukan.
Aku siap dengan dunia yang menolak ku.Aku jadi lebih percaya pada sosok jahat, seolah aku percaya jika memang ini diriku sebenarnya.
Dan aku menerimanya....
Maaf untuk semuanya, aku titip pesan untuk keluarga dan untuk kamu yang sudah mau membuat semesta bersamaku...
Mulai saat ini,
Tolong, menjauh dari ku. Aku jahat. Aku takut menyakitimu dan orang yang au sayangi. Berbahagialah...aku baik-baik saja disini.
Selamat berjuang, dan jangan mendekat.
Semua lebih baik dengan jarak ini. Jangan ikut kedunia hitamku, kamu akan bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationshit.
RandomYang awalnya manis bisa berakhir pahit, yang awalnya pahit bisa berakhir manis. [short story | one shot | quotes | random shit ] ~ lil self tough. absurd. ~