Ketika Alam Mulai Berbicara

61 0 0
                                    

Salah satu tugas OKK (orientasi kehidupan kampus) pas angkatan aku (2011) adalah menulis 100 mimpi. Aku menulis mimpi mulai dari nonton final NBA secara langsung, ikut drag race, hingga terselip tulisan be a hafizah dan hafal juz 30. Padahal saat itu aku ga tahu keutamaan ngafal Qur'an dan cuma biar keren aja menuhin daftar mimpi, hehe.. tapi ternyata tulisan ini perlahan Allah berikan jalannya.

Saat itu sekitar awal tahun 2014 aku sedang duduk bersama teman-teman kelompok tahsinku di Selasar Selatan MUI sambil menunggu kedatangan guru baru. Tak lama kemudian, datang sesosok wanita yang penampilannya tidak jauh beda dengan kami. Beliau pun menyapa " Assalamu'alaikum dengan Panny ? ", "oh iya benar, kakak guru dari Utsmani ya?", jawabku "Iya",sahutnya. kami pun duduk melingkari beliau dan memulai pelajaran. Tentunya kami saling berkenalan dulu sebelum belajar. Beliau ternyata memang seumuran dengan kami, bahkan seangkatan tapi beliau baru masuk kuliah. Aku pun terheran lalu aku bertanya, "kakak, kenapa baru kuliah?". Beliau menjawab "Aku ngafal Qur'an dulu" "wah iya ka? sampai 30 juz?" tanyaku lagi. "iya alhamdulillah" jawab beliau. Wahh dari situ aku terkagum banget, seseorang yang seumuran denganku (sebenernya agak mudaan dikit si hehe, lahiran 93) sudah selesai ngafal 30 juz, lah aku juz 30 aja belum hafal-hafal. Aku jadi malu dengan diri sendiri, ngapain aja ya selama ini. Tapi, aku juga jadi excited, karena aku bisa melihat secara langsung sosok penghafal Qur'an yang seumuran, berarti aku juga bisa seperti dia. Aku pikir yang namanya penghafal Qur'an itu orang-orang yang ada di dalam pondok pesantren saja dan tidak mungkin berjumpa dengan kami yang hidup di luar sini atau yang usianya sudah paruh baya.

Aku pun bertanya, "kakak gimana cara ngafalnya?" Beliau menjawab, "aku nyantri dulu di pondok khusus tahfizh" "itu dimana ka? berapa biayanya? syaratnya apa aja ka?" aku pun memberondong dengan seribu pertanyaan, hehe. Entah kenapa, saat itu aku sangat ingin bisa menghafal Qur'an juga.

Pondok Tahfizh yang beliau ceritakan adalah Pondok Tahfizh Qur'an Al-Utsmani yang berada di Jakarta Timur, biayanya gratis dan dengan syarat maksimal umurnya 22 tahun, minimal bisa bahasa Arab dasar dan hafal juz 30. Aku bersyukur karena pondoknya ga jauh dari rumah, karena kalau di luar kota uda pasti ga dapet izin orangtua. Soal umur alhamdulillah juga masih bisa meskipun tepat di batas maksimal. Nah tinggal soal ngafal juz 30 dan belajar Bahasa Arab dasar yang perlu dikejar pikirku. Tapi sebenernya pasca lulus, rencanaku memang pingin langsung kerja sambil bikin start up bareng teman. Aku pun sudah mulai merancangnya. Kemudian jadilah galau. Masuk pondok meninggalkan segalanya atau stick to the first plan ? Aku masih ngerasa gabisa ngafal disambi sama kerjaan lain jadi harus pilih salah satu.

Rasanya niatku masih belum terlalu kuat, tapi Allah melalui "alam"nya mulai berbicara kepadaku. Salah satunya ketika aku membaca buku biografi istri-istri Rasulullah sallahu'alaihi wasallam, dalam satu chapter di buku tersebut ada bagian yang menjelaskan anak bisa menjadi surga ataupun nerakanya orang tua. Tertulis hadits anak yang menghafal Quran akan diberikan mahkota dan memberikan jubah kehormatan kepada kedua orangtuanya di surga kelak.

Setelah baca hadits tersebut, Aku pun berpikir, kini orang tuaku sudah sangat lanjut usia, kalaupun aku kerja dan bisa membahagiakan mereka secara finansial itu tidak akan lama, tapi kalau aku menghafal Qur'an aku bisa memberikan hadiah yang lebih abadi di akhirat kelak.

Kemudian menjelang kelulusanku dan pembukaan pendaftarn, aku beranikan diri untuk meminta izin kepada kedua orangtuaku. Namun, tidak semudah itu izin dengan orang tuaku yang super perhatian. Ayahku menanyakan sangat detail soal pesantrennya seperti ada izin Depag-nya atau tidak, pemiliknya siapa, dari tahun berapa, pemikirannya apa, berapa lama, ada ikatan dinasnya tidak, syaratnya apa dan masih banyak lagi. Kalau ibuku cenderung sudah memercayai keputusanku. Alhamdulillah, setelah dijelaskan panjang lebar orang tuaku pun setuju, dengan syarat cukup setahun sesuai program yang ditawarkan. Maka dengan bismillah aku coba mendaftar pesantren.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 22, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kumpulan Kisah Nyantri PaskaKampusWhere stories live. Discover now