2. Tragedi Pulang Bersama

1.1K 202 129
                                    

Kalau di mata Mark, cinta adalah suatu keindahan yang terombang-ambing di antara kesemuan dan kenyataan yang indah. Tetapi di mata Jeno, cinta yang dirasakan oleh Mark adalah suatu kegoblokan.

Setelah merasakan hawa gelap dari sahabatnya, Jeno segera menarik tangan Mark dan mengajaknya menuju lapangan basket indoor di sekolah mereka. Meskipun bel telah berdering nyaring, namun Jeno menolak untuk kembali ke kelas. Mark Lee yang sedang patah hati adalah masalah besar, bro.

"Uhh, Jen," Manik kembar milik Mark yang berbinar menyedihkan mengikuti pergerakan Jeno. Rupanya ia sedang mengambil salah satu bola basket di dekatnya. "Ternyata Donghyuck jahat, ya?"

"Heh! Jangan sedih, dong!" Jeno malah merengut, meletakkan kembali bola basket tersebut di sebelah Mark. Kedua tangan Jeno bertengger di atas bahu sahabatnya sedari kecil itu. "Dia yang buta karena tidak menyadari betapa tampannya dirimu, wahai sahabatku!"

Mark mencebik kesal. "Memangnya siapa yang bilang kalau aku tampan?"

"Aku!"

"Oh. Jadi kekasihku, yuk?"

"Jijik!" Pemuda bermata sipit tersebut mengernyit penuh hina. "Na Jaemin beribu kali lipat lebih baik darimu, dasar budak cin—"

"Kenapa memanggilku, Jen?"

Mark dan Jeno sontak menoleh patah-patah menuju arah sumber suara. Seorang pemuda dengan senyuman lebar tengah melangkahkan kaki jenjangnya, mendekati sepasang sahabat bodoh yang kini tengah terdiam membeku. Mark menyeringai kecil, sedangkan Jeno kini mulai mengeluarkan keringat dingin.

"Hai, Jaemin," sapa Mark. "Lama tidak bertemu, ya."

"Hai, Mark!" Jaemin tersenyum sangat lebar. "Woah, kau tampan sekali, bung! Ke mana perginya kacamata bulatmu, huh?" tanya Jaemin seraya menaik-turunkan alisnya, menggoda si pemuda blasteran itu.

"Tuh! Mark tampan, kok! Temanmu itu, lho, bilang kalau—" Menyadari kalau suaranya terlalu keras, lantas Jeno berdeham kecil guna meringankan rasa gugup yang menderanya. Satu, dua, tiga, siap. "—m-maksudku, h-hai, Jaemin," sapa Jeno dengan kikuk.

"Hai, Jen! Apa kabar?" Jaemin menepuk pelan lengan berisi milik Jeno. "Berdua bersama Mark lagi, huh?"

"Hah? Oh, jelas, dong!" ucap Jeno cepat tanpa berpikir, berharap-harap dia mendapatkan sinyal semisal Jaemin cemburu karena kedekatannya dengan Mark.

Bah, namun harapan hanyalah sekadar harapan saja.

Jaemin malah terkikik geli. Dia sesekali melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kirinya. "Kalau begitu, aku duluan, ya! Renjun menungguku di kelas. Sampai jumpa, teman-teman!"

Kemudian sosok Jaemin yang melambai-lambaikan tangannya bergerak semakin menjauh dari pandangan mereka.

Selang beberapa detik, Mark meloloskan decakan penuh prihatin. Ia memindai Jeno tanpa minat. "Bung, tidak perlu menangisi orang yang sudah punya kekasih," ujarnya.

Mata Jeno yang berkaca-kaca bergerak guna membalas tatapan Mark. "Mark..."

"Cup, cup," Kedua tangan Mark terbuka lebar, mengundang Jeno yang dilanda patah hati untuk direngkuhnya. "Sini, sini. Dasar manusia lemah."

"Brengsek," Jeno mengumpat pelan. Tetapi dia tetap memeluk sahabatnya itu. "Donghyuck dan Jaemin ternyata sepasang sahabat yang brengsek, ya."

"Kalau mereka sepasang sahabat yang brengsek, pasti kita adalah sepasang sahabat yang bodoh," gumam Mark berusaha menenangkan. Dia tertawa pedih, entah mengejek kisah tragisnya yang dicuekin gebetan atau malah kisah Jeno yang menyukai kekasih orang lain.

Hello, You Beautiful Thing • MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang