Musik berdentum memenuhi arena pesta. Lampu-lampu diatur sedemikian rupa mengikuti irama yang mengentak. Pesta memang sedang berada hampir pada puncaknya. Ini bukan lagi seperti pesta ulang tahun biasa, jauh dari bayangan Indi sebelumnya. Maklum saja yang punya hajat adalah raja pesta. Penikmat hura-hura.
Indi, gadis yang usianya sudah bukan remaja lagi datang ke pesta ini untuk mewakili kantor. Si pemilik hajat adalah rekan bisnis perusahaaannya. Untuk itu Indi ditunjuk oleh bos sebagai perwakilan, karena kebetulan sang direktur sedang berada di luar kota. Dengan berat hati Indi datang ke acara yang lebih mirip dugem di diskotek. Beruntung, Indi tidak menarik perhatian tamu lain karena ia sengaja tak mengenakan gaun malam seksi, melainkan jin dan kaos.
"Ehm, boleh saya duduk di sini?" Indi tersentak, gelas di tangannya hampir terjatuh jika saja tangan pria asing itu tak gesit menangkap. Indi kikuk dan risih melihat pria itu menatapnya tajam, meski hangat.
"Si-silakan saja," gugup Indi sambil beringsut sedikit menjauhkan jarak dari sang pria.
Pria itu duduk di samping Indi, menyunggingkan senyum manis, lalu mengulurkan tangan. Indi mengamati tangan kokoh itu sejenak. Bukan menyambut, Indi membuang pandangannya ke arah lain.
"Saya Bram, kamu siapa?" tanya lelaki itu masih dengan tangan terulur pada Indi. Indi masih ragu, satu-satunya cara mengelak dari perkenalan itu adalah dengan cara kabur. Hanya saja Bram seperti sudah dapat membaca pikirannya, tangan kokoh itu menarik pergelangan tangan Indi dengan kuat.
"Apa-apaan, sih?!" ketus Indi. Tangannya mencoba lepas dari tangan Bram, tapi nihil. Pria itu terlalu bertenaga dibanding wanita seperti Indi. Kehabisan cara, Indi hanya bisa menahan napas.
"Kamu beda dari perempuan lain. Bikin aku penasaran dan pengen dekat-dekat kamu lebih lama," ujar Bram seraya memangkas jarak mereka. Indi membeku. Napas pria itu seolah membiusnya, aroma min samar tercium dari jarak yang cukup dekat dan sedikit aroma lain yang Indi yakin alkohol. Indi berusaha sekali lagi membuang muka.
"Saya bukan wanita murahan yang gampang didekati pria asing di pesta seperti ini. Camkan itu, Tuan!"
Bram menganga, tak menyangka ia menemukan wanita seperti itu di tengah hiruk pikuk pesta. Adrenalinnya semakin menggelora. Mencari cara bagaimana melumpuhkan mangsa.
Indi menjadi target Bram. Bagaimanapun Indi harus menyerah kalah, layaknya wanita-wanita lain yang mengelilinginya selama ini. Bram memupuk asa.
"Hanya saja saya yakin, kita bukan kebetulan ketemu di sini. Ini takdir. Ya, takdir," ucap Bram.
🎉🎉🎉
Halo semua, hmmm aku up cerita baru yang tadinya mau diikutkan ODOC tapi karena kendala teknis niat itu batal.
Hanya saja semangat ODOC aku pinjam untuk membuat cerita ini. Semoga kalian menikmati. Salam sayang dan terima kritik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Senior
RomanceIndi tak menyangka akan bertemu Bram, si duda playboy yang tajir melintir. Direstui ibunya membuat Indi begitu sulit menghindar dari jerat pria itu. Sanggupkah Indi melewati hari-harinya bersama playboy senior itu? Lalu bagaimana nasib Alan yang sel...