Si Pembawa Sial dalam bahasanya tak lagi meneriakkan nama-nama orang yang akan meninggal...
Paruh runcingnya penuh dengan bebusukan dari penampungan sampah di lingkungan tempat orang-orang itu tinggal...
Tak pernah lagi bayangannya menyentuh atap rumah orang yang diincarnya...
Terus mengunyah, mereka diam bertengger di ranting kegemarannya menanti saat-saat musim kawin yang tak kunjung tiba...Yang memekakan telinga adalah suara teriakan Si Pencabut Nyawa memanggil-manggil maut...
Mulutnya penuh terisi dengan sumpah serapah dan kata-kata busuk...terbawa angin membahana memecah keheningan malam yang semakin larut...saat bayangannya berdiri angkuh menantang kutuk...Sama mencengangkan...sama magisnya...
Hingga teknologi menghantamnya...!
Kemudian menghantarkan ia ke tempat kegemarannya...
Rumah...Untuk sebuah pengertian...
Kesempatan...
Atau..untuk sebuah penantian...
Pemakaman
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Pembawa Sial & Si Pencabut Nyawa, Mitos & Teknologi, Kematian & Kesempatan
PoetrySebuah puisi tentang Si Pembawa Sial & Si Pencabut Nyawa, Mitos & Teknologi, Kematian & Kesempatan