Empat Tahun Belakangan

12 0 0
                                    

Lagi-lagi, ini perihal hujan.
Kebasahan dan kedinginan. Dia memilih untuk meminggir ke kiri dan berteduh di sebuah rumah yang tidak berpenghuni.

“Mau neduh dulu?”

“Bo-boleh,” jawabku setengah menggigil. Meski hujan hanya bergemecik, namun tidak lekas hilang. Cukup membuat kuyup.

Tanggal 22 januari.
Aku menghembuskan napas pelan ditengah terpaan angin yang menembus kulit. Hari ini dingin sekali.

Aku memilih diam setelah mataku mendapatkan tanggal itu di ponsel. Dua hari menjelang keberangkatannya menuju tanah kelahirannya, Medan.

“Aku masih ingat sekali,” tiba-tiba ia membuka suara. “25 Januari 2015 lalu, aku datang ke kota ini. Sudah empat tahun berlalu, dan aku belum menginjakkan kaki lagi ke kota kelahiranku.” Dia menyilangkan kedua tangannya di dada. Menatap air langit yang terus berjatuhan. Kemudian, kulihat senyum di detik setelahnya.

Aku tahu, pulang ke kampung halaman adalah suatu hal yang menyenangkan. Menjemput rindu dengan orang-orang yang juga merindukannya.

Namun, gelisah tetaplah gelisah.

“Aku sedang duduk di depan kelas, menikmati gemercik hujan sambil menunggu jam pulang sekolah dengan jenuh. Aku kelas sepuluh pada tahun itu, 2015.”

Dia menatapku. Lalu, kembali menatap ke depan. Membuka ingatan di tahun tersebut.

“Sepertinya, aku sudah tamat sekolah satu atau dua tahun di tahun itu.”

“Terus, apa yang udah kamu dapat di empat tahun ini?”

Dia tertawa kecil.
Biar kutebak. Tawanya adalah meremehkan diri sendiri. Aku masih ingat, beberapa waktu lalu, ia merasa belum bisa menghasilkan apa-apa setelah jauh merantau ke kota ini. Padahal, dia adalah sosok pria yang keren, menurutku. Penilaianku bukan semata-mata karna dia adalah kekasihku. Tapi karna semua perjuangan yang ia lakukan untuk sampai ke titik ini.

“Calon istri,”

Baiklah.
Maaf, tebakanku salah!

—puan, Januari 2019.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dua EmpatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang