"Bagaimana dok kabar kakak saya?" Seorang pemuda bertanya ketika ia baru saja sampai di sebuah ruangan instalasi perawatan pasien.
Seorang dokter yang mengenakan jas putih bertuliskan Dokter Mulia, dan seorang suster menghampiri sang pemuda. Suster terlihat sibuk menulis sebuah aplikasi laporan kesehatan atas nama Wisnu. Matanya yang terlihat agak lelah cukup teliti saat menulis.
"Keadaannya masih sama, sampai sekarang saudara Wisnu belum juga mau tidur. Kami juga tidak tahu apa sebabnya, tapi kami akan terus memantau keadaannya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi."
Dokter Mulia menepuk pundak pemuda itu, yang hanya bisa menunduk pasrah. Dokter Mulia pun sempat tersenyum sebelum meninggalkan ruangan itu bersama seorang perawat yang setia mengawalnya.
"Gimana keadaan wisnu dit?" Seorang wanita masuk ke dalam ruangan itu. Ia terlihat masih muda. Jika dilihat sepintas, mungkin orang akan menyangka bahwa mereka berdua sepantaran.
"Masih sama tik," ujar adit lemas.
"Kira kira Mas Wisnu kenapa ya, semenjak sebulan yang lalu keadaannya tidak juga membaik. Dia sama sekali gak mau ngomong, tidur juga cuma 2 jam sehari." Adit melirik kakaknya Wisnu yang sedang duduk bersandar di atas ranjang khusus pasien di ruangan itu.
Hanya kekosongan yang bisa tertangkap dari raut wajahnya, ia begitu kurus. Wajahnya sangat tirus memperlihatkan lekuk-lekuk tulang wajahnya,padahal sebulan yang lalu ia adalah pemuda sehat yang sangat menarik.
Sebuah lingkaran hitam melingkar di kantung matanya, ia sama sekali tidak bergerak. Jika saja matanya tidak terbuka, mungkin orang sudah mengira ia sudah mati.
Satu-satunya gerakan yang ia lakukan adalah meremas-remas telapak tangannya sendiri.
"Mudah mudahan Wisnu cepet sembuh ya Dit. Kita sama-sama berdoa aja. Wisnu pasti kembali kayak Wisnu yang dulu," hibur Tika
"Aamiin...," balas Adit. Seketika matanya menerawang, ia memandang jauh. Ia kembali teringat akan apa yang kakaknya ceritakan sebelum dimulai pada hari itu, hari dimana saat Wisnu baru saja sampai di Jakarta....
***
