Matahari kian beranjak dari timur, mulailah dia memancarkan sinar ultraviolet yang membakar kulit. Dengan seragam merah putih dan tas lucu yg menutupi punggung, 3 anak SD itu berjalan beriringan.
Anak perempuan yang berjalan didepan kedua anak lelaki tiba-tiba berhenti dan langsung berbalik. "Langsung main aja yuk, ga usah pulang kerumah, mamah sama papah juga belum datang" ajak Sinta pada Angga dan Inggil. Sebenarnya dari pada ajakan lebih tepat disebut titah, karena bagaimanapun kedua anak lelaki itu sudah tau dengan sifat Sinta yang arogan dan tidak bisa dibantah.
Dengan berat hati keduanya mengangguk. "Tapi main kemana? Aku laper, Angga dirumah kamu pasti banyak makanan, main kerumah kamu aja yuk" anak perempuan kelas 5 SD tersebut langsung berjalan riang tanpa menunggu persetujuan 2 kawan sekelasnya.
Rumah Angga memang yg paling besar diantara 3 anak itu, ayah dan ibunya selalu sibuk bekerja hanya datang saat menjelang malam, hingga rumah yg besar tersebut hanya di jaga oleh satpam dan seorang pembantu.
Sesudah memakan makanan yg sudah tersaji lengkap, mereka lalu menonton TV. Sebenarnya rumah Sinta dan Inggil tidak terlalu jauh, namun dirumah mereka sama saja kosong karena orang tua mereka terlalu sibuk bekerja.
"Main petak umpet yuk" ajak dan titah sang ratu Sinta. Beberapa ronde terlewati, giliran Inggil yg mencari, namun belum juga mulai mencari tiba-tiba Sinta sudah keluar dari kamar orang tua Angga yg tidak terkunci sambil membawa benda kotak tipis.
"Loh kok keluar, belum juga aku nyari"protes Inggil.
"Angga, keluar buruan" teriak Sinta
"Apaan sih, aku lg sembunyi " Angga yg keluar dari arah dapur.
"Nonton ini yuk, tadi aku nemuin ini di kamar papa mama kamu " Sinta mengacungkan wadah DVD bergambar erotis, DVD porno rupanya.
"Ah ngga mau, nanti ketauan bi imas lagi" Angga enggan, tapi dalam hati dia juga penasaran dengan isi DVD tersebut.
"Tenang aja si bibi kan tadi pas kita makan bilangnya mau ke rumahnya, dan balik nanti sore" dukung Inggil sambil membetulkan kacamata, Angga tidak menjawab.
Segera saja Sinta memasukan DVD tersebut ke player dan menyalakan tv di ruang tengah. Walau begitu Angga juga mengikuti karena penasaran, tentu saja Inggil sudah menyertai Sinta.
Video berjalan, semakin lama adegan semakin panas, ketiga bocah SD yang kurang pengawasan orang tua itu tidak berkedip, napas ketiganya mulai tak teratur.
Di pertengahan video nampak Sinta semakin gelisah. Lalu "kok ceweknya kaya yang keenakan" ujarnya, kedua kawannya tidak menanggapi tetap fokus pada layar tv.
"Kita coba yuk" kalimat singkat dari Sinta mampu mengalihkan keduanya.
Entah bagaimana mereka bertiga sekarang bugil. Tubuh mungil Sinta dengan payudara yg baru mulai mengerucut mampu membuat 2 anak lelaki yg belum baligh terdiam.
"Ko diem, ayo cepetan coba masukin punya kamu" tunjuk Sinta ke Inggil, tapi Inggil masih terlalu takut, dan menyenggol angga. perlahan Angga mendekati Sinta, penis kecilnya sudah tegang sejak awal DVD diputar kini bebas dan siap di masukan kedalam lubang vagina yg masih rapat dan mulus milik Sinta temannya sejak TK. Mungkin baru kali ini Angga benar-benar memperhatikan wajah Sinta, wajahnya bisa dibilang cantik dan imut.
"Aku nggak tau ini digimanain" kata Angga.
Sinta juga sebenarnya tidak tau, tapi secara naluriah segera memeluk Angga, tubuh mungil keduanya bersatu penis Angga terhimpit oleh tubuh Sinta membuatnya merintih.
"Masukin titit kamunya kesini ga" ujar Sinta agak kesal sambil menunjuk vagina yg kecil dan mulus itu.
Berkali kali Angga mencoba, namun masih gagal, Sinta semakin geregetan. Ditarik oleh Sinta penis kecil Angga, lalu diarahkan ke vaginanya dan menyuruh Angga mendorongnya. L
Bless... "Ahhhmmmm" keduanya merintih tertahan, beberapa lama mereka terdiam dalam keadaan penis Angga tertancap.
"Maju mundurkan dong kaya yang di video" ujar Sinta mulai kesal dengan kepolosan Angga. Dituruti kemauan sang ratu, awalnya terasa perih hingga Angga sedikit merintih. baru beberapa genjotan Angga sudah mencabut penisnya dan berlari ke arah WC karena merasakan ada desakan dari ujung penisnya, baru beberapa langkah namun 'air kencing' yang Angga kira itu sudah keluar dan menimbulkan sensasi yg nikmat.
"Kok kencingnya enak ya, ngga kaya biasanya " mendengar kata Angga segera Inggil mendekati Sinta karena merasa penasaran. Namun Inggil tidak langsung menusukan penisnya, ia terdiam lalu.
"Sinta kamu berdarah" tunjuk Inggil ke arah vagina kecil Sinta.
Sinta melihat kearah tubuh bagian bawahnya dan melihat sedikit darah menetes dari vaginanya. Tangannya sibuk mencari bekas luka yg menimbulkan darah tersebut tapi tidak menemukan apa-apa. Sinta hanya menggeleng tak tahu, namun akibatnya Sinta menyudahi sesi seks yg tak mereka ketahui itu.
Inggil sedikit menggerutu akibat tidak diberi 'jatah' oleh Sinta sementara Angga hanya senyum-senyum merasakan ejakulasi pertamanya.